Senin, Juli 23, 2007

Bermain Cantik


Oleh : Iwan Samariansyah

TIM Nasional kita memang kalah 1-2 dari Saudi Arabia pada pertandingan Sabtu (14/7) lalu di Gelora Bung Karno. Menyakitkan. Meski begitu, selama 90 menit pemain kita telah menunjukkan bahwa mereka juga bisa bermain cantik dan sportif. Meski banyak pihak yang bilang bahwa kepemimpinan wasit Ali Al Badwawi asal Uni Emirat Arab sama sekali tak cantik. Terkesan berat sebelah.

Anak-anak tim merah putih tak peduli. Dan suporter kita yang puluhan ribu itu juga tanpa lelah terus meneriakkan dukungan dari tepi gelanggang. Padahal di lapangan tampak jelas kondisi fisik dan stamina Bambang Pamungkas dan kawan-kawan telah jauh merosot, sementara pemain Saudi terus menggempur gawang Indonesia yang dikawal Yandri Pitoy, pemain asal Persipura Jayapura itu.


Sorakan suporter itulah yang membuat semangat skuad nasional yang sudah kelelahan itu terpompa kembali. Mereka berupaya mempertahankan skor imbang. Merebut satu poin yang kemungkinan besar bisa menentukan kemenangan akhir dan lolos ke putaran kedua Piala Asia untuk pertama kalinya sejak mulai ikut serta pada 1968. Akan tetapi roda nasib terus berputar, dan bola memang bundar.


Dua menit sebelum injury time berakhir, sebuah kesalahan kecil di lini pertahanan membuat wasit meniup peluit free kick, dan pemain-pemain Arab Saudi yang sudah frustasi mendapat peluang besar. Tendangan bebas dari sisi kiri pertahanan Indonesia pun dilakukan oleh gelandang Abdulrahman Al Qahtani mengambil tendangan bebas itu dan melambungkan bola ke dalam kotak penalti tim Merah-Putih.

Striker yang baru masuk lapangan pada menit ke-89, Saad Al Harthi, melompat tinggi guna menyambut bola yang datang. Begitu tinggi lompatannya, dan barisan pertahanan Indonesia tak mampu menandingi tandukan kilat itu, jala gawang Yandri tergetar dan pendukung merah putih mendadak sontak senyap sesaat menyaksikan skuad kesayangannya dikalahkan oleh tamu dari gurun pasir.


Begitulah. Pemain dan segelintir suporter Arab Saudi bersorak gembira, sementara 80.000 orang lainnya terdiam, tahu bahwa Indonesia tidak mungkin mengejar lagi dalam dua menit yang tersisa. Kekalahan itu terasa menyakitkan, sampai ke ulu hati, tetapi itulah sepak bola. Dan Indonesia bukanlah tim pertama yang harus takluk akibat gol pada menit-menit terakhir pertandingan.

Timnas kalah itu biasa dan bisa dibilang wajar mengingat Arab Saudi adalah salah satu kekuatan utama di benua Asia dan langganan lolos ke Piala Dunia. Arab Saudi bahkan pernah tiga kali menjadi Juara Asia. Tetapi permainan skuad asuhan Ivan Kolev malam itu sungguh patut mendapat pujian. Mereka mempertontonkan sesuatu yang selama ini sepertinya hilang dari tubuh tim sepak bola Indonesia, bermain cantik.

Luar biasanya. Semua suporter Indonesia, baik yang mengenakan baju berwarna merah maupun warna lainnya, beberapa tampak berurai air mata, langsung berdiri dan memberi tepuk tangan panjang (standing ovation) sebagai bentuk penghormatan serta terus meneriakkan kata Indonesia hingga para pemain keluar lapangan. Apa artinya itu ? Itu artinya mereka mereka memberi penghargaan kepada tim nasional karena menyuguhkan permainan cantik selama 90 menit bermain melawan kesebelasan papan atas seperti Saudi Arabia.

Masih ada peluang. Pertandingan terakhir, Indonesia akan berhadapan dengan raksasa Asia lainnya, Korea Selatan. Kita sungguh berharap, sebagai penonton dan pendukung kesebelasan nasional kita, bahwa Bambang Pamungkas dan kawan-kawan kembali menyuguhkan permainan cantik. Kalah atau menang itu soal nanti karena semua lawan yang datang bertanding ke Jakarta kesemuanya mempunyai kelas yang berada diatas skuad merah putih.

Tentu saja kita tetap berharap bahwa Indonesia menang. Tetapi bilapun akhirnya kita kalah, kesebelasan yang telah bermain sportif dan cantik patut tetap kita hargai. Penonton kita pasti memberikannya dengan sukarela. Semua penonton memberi penghormatan kepada pasukan Ivan Kolev meski mereka kalah dan tidak lalu berbuat anarkis dengan menjadikan kekalahan sebagai alasan. Selamat berjuang.



Tidak ada komentar: