''Menurutku Cuma Politik Cengengesan''
MUSISI kondang Iwan Fals tetap saja tak berubah. Saat ditemui Iwan Samariansyah dari Jawa Pos di rumahnya yang teduh dan asri di kawasan Bintaro Jaya, kemarin, dia tetap tampil bersahaja : ramah dan senang guyon. Rambutnya tetap lebat dan gondrong, bahkan kumis dan jenggotnya juga dibiarkan tumbuh tak beraturan.
Ia tidak langsung menemui Jawa Pos. Maklum, Iwan sedang sibuk rekaman. Maka, dia minta istrinya menyilakan masuk dan menunggu sebentar, karena Iwan sedang sibuk menyelesaikan rekaman. ''Inilah kegiatan rutin saya. Sudah 50 lagu kubuat dengan cara begini. Asyik dan senang aja sih.
Mengenakan jins belel pendek dan baju kaus lusuh, Iwan sesekali tampak serius menjawab pertanyaan yang memang melintas tapal batas bidang kegiatannya sehari-hari. Yakni, soal partai politik. Pasalnya, belakangan Iwan diperebutkan organisasi politik peserta pemilu. Inilah petikan wawancaranya :
Mas Iwan, kayaknya Anda sedang diperebutkan orsospol. Anda tahu nggak nih?
Yee, orang kayak begini kok diperebutkan. Apanya yang mau direbutin. Tetapi, omong-omong, saya sudah beberapa hari nggak baca koran.
Kabarnya Mas Iwan diajak 'manggung' oleh ...?
(Pertanyaan belum selesai Iwan langsung memotongnya). Oh itu. Iya, per telepon. Waktu itu
Terus kelanjutannya? Ya gitu. Males akhirnya. Padahal salah satu lagunya sudah aku selesaikan, judulnya Ibu. Itu lagu khusus dariku untuk Mbak Megawati. Aku
Gimana pendapat Mas Iwan tentang situasi politik sekarang ?
Ah, malas ngelihatnya. Aku ini
Pernah nggak Mas Iwan ditawarin jadi caleg? Jadi calon anggota DPR begitu? Pernah. Waktu 1992
Terus kalau sekarang ditawari lagi gimana? Ya sikapku nggak berubah. Nggak deh. Dengan bermain musik
Aku ini
Pernah dihubungi lagi sama orang-orang PPP? Ya kalau ditelepon sih sering. Tetapi mereka paham kok pada pendirianku. Kalau sekadar disuruh manggung sih aku mau. Bahkan kalau perlu main musik di depan seluruh anggota DPR/MPR juga aku mau. Wah kalau boleh, asyik juga itu. Aku pasti dengan senang hati bersedia kalau ada yang memintanya.
Jadi, tegasnya, Mas Iwan nggak bersedia nih jadi caleg? Nggak deh. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran lewat musik
Tetapi
Mas Iwan, kalau Anda dicalonkan oleh Mbak Mega sebagai anggota DPR versi dia bersedia apa nggak? Nggak mau juga. Terima kasih kalau nama saya memang dicantumkan dalam daftar calonnya Mbak Mega. Saya setuju dengan perjuangan moral yang dilakukan Mbak Mega. Saya mendukungnya. Tetapi kalau jadi caleg, baik dari PPP, PDI, maupun Golkar, wah kayaknya aku nggak bakat deh.
Alasan Mas Iwan? Yaah, kalau politiknya masih tetap politik cengengesan, ya susah dong kita. Nggak tahu ya kalau nanti-nanti.
Mas Iwan optimistis kita akan melangkah lebih baik ? Oh, optimistis. Saya percaya bahwa masih ada hari esok yang lebih baik dan penuh harapan. Bangsa ini adalah bangsa yang besar. Dan aku bangga menjadi bagian dari bangsa ini. Aku yakin makin hari kita akan menjadi semakin baik.
(Ketika berpamitan, jabatan tangannya terasa tulus sekali. Akrab dan hangat. Dia mengantarkan sampai ke depan pintu. Dan tak lama kemudian, musik terdengar lagi dari dalam rumahnya. Dia melanjutkan pekerjaannya semula yang terganggu sejenak dengan kedatangan Jawa Pos. Bento .... bento. Begitu musiknya. (iwan samariansyah)
Disajikan di Harian Jawa Pos, edisi 14 September 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar