Minggu, Agustus 12, 2007
Latihan Kepemimpinan Alam Bebas (1)
Outbond ala Jurnas di Ciburial
MELEPAS penat akibat beban rutinitas harian selalu diimpikan para pekerja. Apalagi para pekerja di media, karena itu hari libur bagi kami yang bekerja di media seperti Jurnal Nasional tentu sangatlah ditunggu-tunggu. Tetapi berbeda dengan liburan Jum'at dan Sabtu, 10 dan 11 Agustus lalu. Manajemen kantor mengharuskan kami, para redaktur untuk mengikuti kegiatan di alam terbuka. Sebuah upgrading untuk melatih jiwa kepemimpinan, dan karena itu diharuskan, maka mesti dengan setengah menggerutu kamipun ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Maklumlah. Kegiatan alam bebas buat kami tentulah hal yang baru. Apalagi sebelum berangkat, Yusrianty, sang panitia melemparkan email di milis internal bahwa outbond ala Jurnas kali ini dilangsungkan dengan cara berkemah. Berkemah ? Waduh, terbayang masa-masa ikut Pramuka jaman sekolah dulu. Tak heran bila komentar yang muncul di milis juga aneh-aneh. Aku sendiri tak keberatan dengan kegiatan ini. Hitung-hitung mencari suasana baru. Bosan berada di kantor terus, ataupun kalau libur paling-paling juga tidur di rumah.
Bagi seorang jurnalis mencari berita adalah tugas yang menjadi kegiatan rutin yang harus dilakoni. Usai mengumpulkan berita, dia harus kembali ke kantor: membuat laporan, menulis artikel atau merangkum menjadi sebuah tulisan menarik. Siklus itu tak dapat dihindari. Kadangkala, siklus itu membuatnya jenuh dan merasa terhimpit dalam sekat-sekat. Pasalnya, ia selalu dituntut untuk berkreasi dan inovasi untuk mengembangkan ide tulisan. Buatku, kegiatan outbond salah satu selingan yang cukup menyenangkan buatku.
Berangkat dari kantor ternyata mesti pagi hari. Jam 07.00 WIB semua sudah harus berkumpul di Jalan Pemuda No. 234 Rawamangun. Waduh, mesti berangkat pagi-pagi sekali kalau begitu, fikirku. Meski kuusahakan berangkat dari rumah jam 06.00 pagi ternyata baru jam 06.30 aku baru bisa meluncur ke Rawamangun. Untunglah ternyata banyak yang juga datang terlambat, jadi ketika sampai pukul 07.45 ke kantor bisnya belum bergerak.
Perjalanan ke lokasi outbond lancar-lancar saja. Tetapi kerisauan sejumlah teman di milis terbawa-bawa di dalam bis. Alhasil, omelan sejumlah rekan redaktur tercetus begitu saja di bis. Intinya mereka keberatan dengan kegiatan ini. Aku yang mendengar celetukan khas Nurul, penjaga rubrik halaman ekonomi dan bisnis cuma tersenyum saja. Begitu juga keluh kesah yang dikeras-keraskan yang dilontarkan Isni, manajer iklan Jurnas itu.
Yang terkesan cuek, mungkin karena masih mengantuk adalah Hikmat. Redaktur yang bertugas di halaman olahraga untuk Jurnal edisi mingguan itu langsung terlelap begitu bus mulai berjalan. "Baru bisa tidur tadi jam 3 pagi, biasa nonton bola sama main play station," ujar Hikmat terkekeh, sembari mengatur posisi. Dia duduk persis di belakangku. Sementara duduk bersamaku adalah Isni.
Kami sampai di lokasi, Ciburial sekitar pukul 10.00 WIB dan kemudian dilangsungkan acara pembukaan. Penyelenggara Outbond ini rupanya ada dua pihak yaitu Mentari Outbond dan Mada Development Institute. Selain Outbond, juga ada dua sesi kelas masing-masing pada Jum'at malam dan Sabtu siang esok. Usai acara pembukaan, kami langsung melakukan orientasi lapangan. Lokasinya sebetulnya cukup menyenangkan, dan tendanya juga di luar dugaan ada kasurnya. "Wah, kalau begini ya asyik asyik aja," ujar Wahyu, redaktur halaman BUMN.
Karena waktu Jum'at sudah masuk, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan sholat Jum'at terlebih dahulu. Usai sholat Jum'at peserta yang jumlahnya 23 orang langsung dibagi menjadi tiga kelompok. Cara pembagiannya cukup unik. Pertama-tama, diadakan dulu aktivitas Ice Breaking untuk memecahkan kebekuan suasana. Tiap-tiap peserta memilih kelompok Outbond dengan cara mengikuti sejumlah permainan yang disiapkan para komandan. Ya, komandan adalah cara panitia menyebut diri mereka.
Aku akhirnya masuk kelompok Bebek. Ada tujuh orang yang tergabung dalam kelompok ini yaitu Heny Prasetyo (Manajer HRD), Isni (manajer Iklan), Wahyu (redaktur BUMN), aku (redaktur Olahraga), Sapariah (redaktur Ekonomi Mikro), Nuswantoro (redaktur Jurnal Utama) dan Prima Harrison (redaktur Internasional). Belakangan Iman Syukri (redaktur halaman opini dan Iptek) juga bergabung. Dia datang terlambat.
Tantangan pertama yang kami hadapi adalah game pampers. Disebut demikian karena peserta pada game ini bisa basah, karena kejatuhan ember yang diisi dengan air. Bayangkan saja disiram air seember dengan pakaian masih lengkap, tentu tidak enak sekali. Jadi permainan dilakukan dengan berdua. Seorang bertugas sebagai pemandu, dan satunya lagi dengan mata ditutup berjalan melewati rintangan yang sudah dihubungkan dengan tali yang disambungkan dengan jebakan air. Pemain yang bertugas sebagai pemandu duduk di bawah ember yang diisi air.
Wahyu, Prima maupun aku gagal melewati tantangan ini dan basah kuyup disiram air seember penuh. Yang berhasil adalah Heny, yang kebetulan kami tunjuk sekalian menjadi Ketua kelompok. Dia meminta Nus sebagai pemeran yang matanya ditutup, dan Nus sukses melewati rintangan dengan cara merayap di bawah semua rintangan. Waduh, tak terfikirkan olehku tadi. Waktu itu aku memilih Sapariah sebagai pasangan bermain game ini.
Game kedua adalah menaiki sebuah batang kayu yang mesti dipanjat dengan cara menaiki tonggak-tonggak kayu di sepanjang batang kayu itu. Kami mengenakan alat pengaman agar kalaupun jatuh tetap aman. Tonggak kayu itu didirikan dengan cara menghubungkannya dengan enam utas tali yang dipegang oleh peserta lainnya. Sampai di puncak, bukan berarti selesai, karena kami mesti berdiri di atas tonggak kayu itu kemudian memukul sebuah bola yang digantung diatas kepala kami. Untuk game ini, ternyata Sapariah dan Prima berhasil mengatasi tantangan. Isni dan Wahyu gagal mencapai puncak. Dan aku, Pras dan Nus sudah mencapai puncak tonggak kayu namun gagal memukul bola tersebut.
Kami melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Itulah dia pos flying fox yang terkenal sebagai simbol kegiatan outbond itu. Jadi kami mesti meluncur di atas sehelai kawat baja yang dibentangkan diantara dua pohon besar sejauh 500 meter. Awalnya cukup menakutkan. Tetapi aku nekad mencoba sebagai orang pertama dan sukses besar. Semua anggota kelompok bebek berhasil menyelesaikan tantangan ini.
Hari sudah menjelang sore ketika kami akhirnya tiba pada pos terakhir hari ini, yaitu menyelesaikan game Benteng Alcatraz. Wow. Namanya seram, tetapi sebetulnya hanyalah sebuah permainan, dimana kami harus melewati kotak-kotak berjumlah 7 x 9 dan diantara kotak-kotak itu terdapat bom yang ditentukan komandan. Di luar dugaan, kami sukses melewati tantangan tersebut tanpa korban sedikitpun. Luar biasa.
Game pun akhirnya berakhir, dan kami kembali ke tenda. Aku menyempatkan diri untuk mandi sore. Wah asyiknya, meski airnya dingin betul, karena memang terletak di dataran tinggi. Embun mulai turun menusuk badan. Akupun mengenakan jaket dan bersiap untuk acara malam hari yaitu sesi kelas yang akan dibawakan oleh Pak Yakub, seorang motivator profesional yang sering siaran di Radio Smart FM. Ceramahnya bagus sekali dan sangat inspiratif. Saya suka orang ini.
Berikutnya cerita dihari kedua, aku ketik besok saja ya ? Sudah malam soalnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar