Selasa, Juli 24, 2007

Da Vinci Code, Novel Sejuta Kontroversi


Oleh : Iwan Samariansyah

INI adalah karya kontroversial yang membahas soal esensial tentang keimanan agama Katolik dan Kristen Protestan. Ada novelnya, dan ada pula filmnya. Kaum agamawan Ortodoks menilai Da Vinci Code dibuat semata-mata untuk menghina dan melecehkan Gereja. Betapa tidak, Yesus Kristus digambarkan memiliki seorang isteri bahkan juga seorang anak sehingga berbagai demonstrasi menentang novel dan film ini meledak !

Novel dan Film ini menceritakan tentang perjalanan Prof Robert Langdon yang diduga membunuh seorang kurator seni museum Lourve bernama Jacques Saunière. Pembunuhan itu sendiri bukanlah pembunuhan biasa karena sang kurator sempat meninggalkan ”pesan kematian”. Uniknya, pesan tersebut juga bukanlah pesan biasa pula karena disampaikan dengan simbol-simbol rahasia yang mesti dipecahkan oleh pihak yang mendapatkannya.

Prof Langdon yang tidak terima dituduh sebagai pembunuh segera melakukan investigasi, dan berupaya memecahkan pesan tersembunyi yang ditinggalkan oleh sang kurator. Dia memulai investigasinya dengan mencermati posisi mayat korban yang membentuk Vituvian Man, salah satu gambar karya Leonardo Da Vinci. Sebagai pakar ilmu simbol (simbologi), Langdon tentu saja merasa tertantang !

Dengan setting waktu yang pendek penulis novel tersebut, Dan Brown, mengajak pembaca untuk mengeksplorasi karya-karya sains, seni dan arsitektur di Perancis dan London. Semua petunjuk tentang pembunuhan tersebut berkaitan dengan apa yang ada di balik sebuah karya seni. Di sinilah kekuatan buku tersebut, setiap karya seni yang terkait mengajak pembacanya memahami kisah di balik karya-karya tersebut.

Disinilah kemudian kontroversial merebak, karena Brown kemudian berupaya mengeksplorasi bagian sensitif dari keimanan Kristiani Semua hasil karya seni bermutu tinggi menunjukkan pula kejeniusan pembuatnya, pesan yang dibawa, teka-teki bahkan sains yang terkandung di dalamnya seperti kriptografi. Dan yang menggemparkan adalah keterkaitannya dengan Kitab Kristen dan posisi Yesus yang dianggap sebagai hujatan kepada keimanan agama Kristen Katolik.

Yang paling menyenangkan bagi pecinta seni adalah deskripsi komplek museum Louvre dari perspektif mata manusia sebagai pengunjung. Pesan rahasia sang kurator museum disampaikan dengan simbol-simbol yang harus dipecahkan secepatnya oleh Langdon agar dia bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Dalam petualangannya dia dibantu Sophie Neveu, seorang ahli pemecah simbol dari kepolisian Perancis yang juga merupakan cucu dari sang kurator yang terbunuh.

Ternyata keberhasilan Langdon memecahkan pesan kematian itu membawanya ke simbol selanjutnya yang ternyata mengarah kepada karya-karya Da Vinci. Akhir petualangan ini tidak hanya membuktikan bahwa Langdon bukan pembunuh, tetapi juga mengungkapkan suatu rahasia yang selama ini disimpan erat-erat oleh tahta suci Vatikan: Yesus ternyata memiliki seorang isteri, dan dia adalah Maria Madgalena. Dan mereka mempunyai keturunan yang hingga sekarang masih ada dan dijaga di bawah perlindungan perkumpulan rahasia bernama Priory of Sion.

GEREJA MARIA MAGDALENA

Dalam novel itu dikisahkan bahwa sebelum disalib Jesus mewariskan Gerejanya kepada Magdalena, bukan kepada Saint Peter yang kemudian melanjutkan pendirian Gereja di Roma. Keturunan Jesus dari Maria Magdalena, ini kemudian dikejar-kejar murid-murid Jesus, dan karena ketakutan melarikan diri ke Perancis. Keturunan Jesus itu masih tetap ada hingga kini, dan selama ratusan tahun terus menerus memelihara tradisi Gereja garis Maria Magdalena.

Rahasia ini masih tetap dipegang, dan disimpan dengan sangat ketat. Selama ratusan tahun itu pula, Gereja Katolik berusaha untuk terus memburu para penganut Gereja Maria Magdalena dan membantai anak keturunan Jesus yang dikhawatirkan mengancam kekuasaan Gereja Katolik dan juga Gereja-gereja Kristen lainnya yang mengakui Jesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.


Dalam novelnya, Dan Brown mampu menghadirkan cerita perburuan keturunan Jesus dan rahasia Gereja Maria Magdalena itu dalam alur cerita yang menegangkan dan memikat. Rangkaian cerita disusun sedemikian rupa sehingga menyeret pembaca untuk menyimak novel ini dari awal sampai akhir. Dan Brown tampaknya nyata betul terpengaruh teori konspirasi.

Cerita-cerita dan fakta-fakta sejarah seputar Jesus dihadirkan melalui dialog tokoh-tokohnya, sehingga tidak terkesan sebagai satu bentuk indoktrinasi, tetapi sebagai ungkapan realitas sejarah versi Dan Brown. Tidak mengherankan bila dalam beberapa iklannya, buku tersebut kemudian digambarkan sebagai "memukau logika dan menggoyang iman".


Bukan itu saja. Melalui "The Da Vinci Code", Brown juga berupaya membangun citra buruk Vatikan dengan nyaris ”sempurna”. Bagaimana, misalnya, Paus Yohannes Paulus II mendukung aktivitas Opus Dei, sebuah kelompok Katolik yang tidak segan-segan melakukan pembunuhan dengan kejam dalam menjalankan misinya. Opus Dei baru-baru ini membangun markasnya senilai US$ 240 juta di New York.

Melalui Opus Dei inilah Gereja Katolik berusaha merebut bukti-bukti sejarah tentang keberadaan ”Gereja Maria Magdalena”. Dan kurator museum Louvre tersebut adalah korban pembunuhan Opus Dei karena merupakan keturunan dari Jesus !

Dalam novel itu terjadi dialog antara agen Sophie Neveu – agen rahasia Perancis yang juga keturunan Mary Magdalena – dengan Leigh Teabing, seorang yang digambarkan sebagai bangsawan Inggris dan pakar sejarah Kristen. Sophie hanya terbengong-bengong mendapatkan berbagai fakta baru seputar Jesus dari Teabing. Ia sulit menolak bukti yang disodorkan Teabing dari Gnostic Bible, bahwa Jesus memang mengawini Maria Magdalena dan mempunyai anak keturunan.

Di Gospel of Philip, misalnya tertulis: "And the companion of the Saviour is Mary Magdalene. Christ loved her more than all the disciples and used to kiss her often on her mouth. The rest of the disciples were offended by it and expressed disapproval. They said to him, "Why do you love her more than all of us?"


Jadi, kata Bible ini, Jesus mempunyai pasangan bernama Mary Magdalena dan terbiasa mencium Magdalena di bibirnya. Jesus mencintai Magdalena lebih dari pengikutnya yang lain, sehingga menyulut rasa iri hati. Itulah yang akhirnya memicu pelarian Mary Magdalena dari Jerusalem ke Perancis dengan bantuan orang-orang Yahudi.


Dalam bahasa Aramic, kata "companion" menurut Teabing, memang bisa pula diartikan sebagai "pasangan". Sophie yang membaca bagian-bagian berikutnya dari Bible Philip itu menemukan fakta betapa romantisnya hubungan Jesus dengan Maria Magdalena. Ia lalu mengingat masa silamnya, ketika para pendeta Perancis mendesak pemerintahnya untuk melarang peredaran film The Last Temptation of Christ : sebuah film garapan Martin Scorsese yang menggambarkan Jesus mengadakan hubungan sex dengan seorang wanita bernama Maria Magdalena.

Sebenarnya dengan format novel, buku ini bukanlah suatu novel kontroversi, kalau saja di halaman pembuka Brown tidak menulis pernyataan sebagai berikut : ”semua deskripsi dokumen dan organisasi adalah akurat.” Bagi mereka yang agnostik, novel dan film ini tentu saja amat mengganggu dan banyak yang kemudian melakukan konversi agama karena iman mereka goyah dengan “kebenaran” yang diungkapkan oleh novel tersebut!

Ringkas kata, pengaruh novel dan kemudian film Da Vinci Code melebihi batas-batas yang pernah dibayangkan oleh sang penulis, Dan Brown. Betapa tidak, beberapa orang mulai aktif mencari kebenaran akan “fakta” yang diungkapkan dalam karya tersebut. Ini jelas membuat risau otoritas katolik. Tidak kurang dari sejumlah pemimpin umat Katolik di Vatikan merasa perlu menyampaikan tanggapannya.

Di dalam menanggapi perdebatan tentang sejarah hidup Yesus itu, Vatikan mengatakan bahwa Yesus tidak pernah menikah, baik dengan Maria Magdalena atau dengan wanita mana pun. Yesus juga tidak mempunyai keluarga seperti yang diungkapkan dalam Da Vinci Code. Vatikan sendiri menyayangkan kecurigaan masyarakat terhadap kebenaran dari kisah hidup Yesus yang selama ini tertulis dalam Kitab Suci. Mereka juga menyangkal menyembunyikan kebenaran tentang Maria Magdalena.

Lebih lanjut timbul rumor yang menyatakan bahwa sebenarnya garis keturunan langsung Yesus sekarang ini adalah Keluarga Kerajaan Denmark. Beberapa bahkan percaya bahwa sebenarnya Da Vinci Code itu merupakan sebuah pembeberan fakta yang selama ini disembunyikan. Mereka menyatakan bahwa sikap gereja yang menyangkal kebenaran dari Da Vinci Code bertujuan untuk menjaga kekuasaan Gereja dan kestabilan tatanan Katolik yang selama ini sudah stabil. Menurut mereka, gereja takut untuk menghadapi risiko dan kenyataan.

Tidak ada komentar: