Rabu, Juli 25, 2007

Berkunjung ke Negeri China (4)

Media Massa Masih Disensor di China

Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

JULUKAN negara tirai bambu terhadap China tampaknya belum akan terhapus dalam waktu dekat. Rezim Hu Jintao diketahui masih menyeleksi pemberitaan media asing. Kebebasan informasi di negara itu dinilai dapat mengancam stabilitas politik nasional. Karena itu, meski kebebasan ekonomi dipancangkan, soal politik tabu dibicarakan. Sensor terhadap media merupakan paranoid penguasa yang telah lama dicampakkan di negara-negara demokratis di dunia.

Sensor terhadap pemberitaan media massa asing diketahui telah lama berlaku di China terutama menyangkut kritik terhadap kebijakan penguasa. Pihak berwenang di negeri Panda itu tak sungkan memberangus media lokal atau media asing yang menyerang ideologi Partai Komunis. Tetapi kalau kritik tersebut ditulis dengan halus atau berupa sindiran tampaknya masih bisa ditolerir.

Berita luar negeri yang masuk melalui satelit, bahkan harus diseleksi sebelum disiarkan kembali. Tak ada perlakuan khusus bagi media barat, macam BBC, CNN, Assosiated Press, dan media massa luar negeri lainnya. Bahkan juga situs internet semacam google.com juga tunduk pada aturan pemerintah China tersebut. Kebebasan media massa bagi pemerintah China adalah jika informasi yang disampaikan sesuai dengan pandangan pemerintah.

Sikap tersebut sepintas mirip tanggung jawab sosial pers yang dianut Indonesia pada masa Orde Baru dulu. Materi pemberitaan yang ada harus dapat dipertanggungjawabk an dan memiliki sanksi hukum. Perbedaannya dengan di sini, ketiadaan media cetak milik pemerintah yang dijadikan sebagai alat propaganda, meski secara resmi dalam struktur pemerintah China memiliki Departemen Propaganda.

Yang menarik, setiap pemerintah provinsi di negara itu pun diketahui memiliki media cetak sendiri. Pandangan redaksi surat kabar yang dimuat dalam editorial adalah sikap resmi pemerintah pusat. Editorial China Daily, salah satu koran resmi pemerintah Beijing yang berbahasa Inggris, diketahui merupakan rujukan koran lokal lainnya.

Surat kabar yang terbit di China mencapai 2.500 penerbitan. Jumlah ini dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan bacaan bagi negara yang berpenduduk terbesar di dunia itu. Menurut laporan BBC, minat baca penduduk di negara itu diketahui rendah, terutama kawasan kantong-kantong miskin. Laporan majalah Beijing Riview menyebutkan jumlah rakyat miskin di negara itu mencapai 250 juta.

Sensor media massa tak hanya untuk surat kabar. Media televisi dan internet mengalami nasib serupa. Pengelola televisi menerapkan siaran tunda. Pheonik Telvisi, yang berbasis siaran di Hongkong misalnya, hanya dinikmati di tempat terbatas, yiatu di Provinsi Guangondong.

Namun demikian tidak sepenuhnya kondisi tersebut menghambat pihak investor datang ke negara itu. Maklum, 1,2 milyar penduduk China merupakan pasar potensial bagi pengelola siaran televisi swasta. Siaran Chinese Central TV (CCTV), sebagai televisi nasional, dijadikan tontonan rujukan warga. Kalangan barat menyebut siaran televisi itu media propaganda kebijakan Partai Komunis.

Situs internet di negara itu pun mengalami nasib serupa. Pemerintah China memblokir akses internet meski penggunanya relatif banyak. Pada tahun ini pasar potensial internet di China diketahui mencapai 120 pengguna. Walau surat kabar yang dicetak di China relatif sedikit, sekitar 2.500 penerbitan, namun kebijakan redaksinya cukup maju. Tiga media cetak utama di negara itu, China Daily, Shanghai Daily, dan Beijing Review misalnya, telah menerapkan by line. Penulisan laporan berita yang disertai identitas penulisnya. Sebuah kebijakan redaksi persuratkabaran yang mengutamakan transparansi dan keakuratan.

Sebenarnya hal itu cukup ironis. Pemerintah China yang dikenal menentang arus informasi media massa Barat, justru mengadopsi kemajuan keredaksionalan persuratkabaran arus utama di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Pemerintahan yang menjadikan komunis sebagai ideologi negaranya itu menerapkan keterbukaan sebagai kiblat. (*)

Daftar Media Massa di China :

Surat kabar
Renmin Ribao, surat kabar Partai Komunis.
Zhongguo Qingnian Bao, surat kabar Liga Pemuda Komunis
China Daily, surat kabar resmi bahasa Inggris
Zhongguo Jingji Shibao, harian ekonomi
Fazhi Ribao, surat kabar khusus hukum.
Gongren Ribao,surat kabar milik buruh
Nongmin Ribao, koran Partai Komunis di Provinsi Guangdong.

Televisi
Chinese Central TV (CCTV)
Radio China National Radio - milik negara
China Radio International - milik negara

Kantor berita
Xinhua
Zhongguo Xinwen She

Tidak ada komentar: