Rabu, Juli 25, 2007

Ahmadinejad Menantang PBB

Program Nuklir Iran Harga Mati

Iwan Samariansyah (iwansams@jurnas.com)

Teheran | Jurnal Nasional
TAK gentar. Meski diancam akan diserang habis-habisan oleh mesin militer Amerika Serikat yang sudah bersiaga di Teluk Persia dan Irak, Presiden Iran Dr. Mahmoud Ahmadinejad, Rabu (21/2) menyatakan akan tetap mempertahankan program nuklirnya menjelang berakhirnya tenggat waktu Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia mengatakan bahwa masalah atom itu merupakan kemaslahatan vital bagi negara itu, dan tak bisa ditawar-tawar.

”Prestasi negara kami di bidang energi nuklir sangat penting bagi kemajuan dan pembangunan di negara kami,” demikian Ahmadinejad dalam pidato di depan rapat umum di Kota Siahkal, bagian utara Provinsi Gilan, seperti dilansir kantor berita Iran, IRNA kemarin.


”Bagi kami, program nuklir itu adalah harga mati sekalipun kita harus menghentikan aktivitas lainnya selama 10 tahun dan memfokuskan perhatian kita pada masalah ini. Perlu pengorbanan di sektor lain agar program nuklir negara ini sukses,” paparnya, tanpa menjelaskan wilayah mana yang terkena dampak.

Pernyataan tersebut muncul menjelang berakhirnya tenggat waktu yang ditetapkan PBB bagi Iran untuk menghentikan pengayaan uranium yang sensitif. Ketua Badan Pengawas Nuklir PBB Mohamed ElBaradei akan melansir sebuah laporan pada Jumat tentang seberapa jauh Iran telah memenuhi tenggat waktu tersebut.

Pernyataan itu segera mendapat tanggapan dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menentang para pengritik Iran terhadap program nuklir itu, dan mengatakan bahwa energi atom itu merupakan masa depan dan martabat Iran.

”Jika kita memperoleh energi ini, rakyat kita akan maju lebih dari 50 tahun. Kita hendaknya menyadari akan hal ini. Itulah sebabnya mengapa musuh-musuh kita begitu takut jika kita bisa memperoleh energi ini,” kata Ahmmadinejad.

”Dengan bantuan pemuda dan ilmuwan kita, maka kita akan tetap meneruskan aktivitas kita untuk mencapai energi ini. Dengan demikian, kita dapat memperoleh hak-hak kita dalam waktu sesingkat-singkatnya,” tambahnya.

Tuduhan Amerika Serikat bahwa Iran memproduksi senjata nuklir, selalu dibantah oleh Teheran. Mereka menyebutkan bahwa program nuklir itu semata-mata untuk tujuan damai. Kendati Washington telah mengatakan ingin menyelesaikan persoalan itu lewat jalur diplomasi, tidak tertutup kemungkinan AS melancarkan aksi militer terhadap program atom Iran. Terbukti dengan persiapan armada militernya di Teluk Persia, sebagaimana laporan BBC yang dimuat Jurnal Nasional edisi Rabu (21/2).

Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki yang sedang berada di di Ankara, Turki, menyatakan bahwa negaranya mendukung penyelesaian krisis nuklir yang sedang berlangsung melalui diplomasi dan dialog. ”Kami telah mengatakan bahwa kami mengingini penyelesaian diplomatik,” kata Mottaki pada suatu taklimat bersama mitranya dari Turki Abdullah Gul.

Ia menambahkan ia berharap pertemuan di Wina antara Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei dan perunding Iran Ali Larijani akan berakhir dengan konstruktif. ”Marilah kita berharap sekali ini perundingan takkan terganggu, seperti pada waktu lalu,” kata Mottaki --yang berkeras bahwa penyelesaian internasional masalah itu diperlukan guna memelihara hak Iran dan memupus semua kekhawatiran bahwa Teheran bertujuan menggunakan kemampuan pengayaannya untuk membuat senjata nuklir.

Pertemuan ElBaradei-Larijani dilaksanakan pada malam menjelang tenggat PBB bagi Iran guna menghentikan pengayaan uranium. Proses pengayaan uranium digunakan untuk membuat bahan-bakan reaktor nuklir tapi juga dapat digunakan untuk membuat bahan bom atom. (AFP/Reuters/BBC).

Tidak ada komentar: