Selasa, Juli 24, 2007

Kontroversi The Da Vinci Code

Dianggap Melecehkan dan Menghina Gereja

Oleh : Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

NOVEL "The Da Vinci Code" benar-benar telah menimbulkan kontroversi. Fakta-fakta yang diangkat oleh novel karya Dan Brown dan kemudian dilayarlebarkan dalam bentuk film, VCD dan DVD dianggap membongkar dasar-dasar kepercayaan Kristen yang bertahan selama 2000 tahun. Sedemikian jauhnya mengeksplorasi hingga akhirnya dianggap telah melecehkan dan menghina Gereja.


Novel tersebut memang benar-benar menghebohkan dan menciptakan kontroversi yang tidak ada habis-habisnya. Novel itu sendiri, menurut BBCNews telah dicetak lebih dari 17 juta dan sekurangnya kini ada 10 buku yang ditulis oleh para teolog Kristen yang mencoba untuk menyanggah isi Novel tersebut. Banyak yang geram dengan novel karya Dan Brown tersebut, karena dianggap melecehkan Yesus, Vatikan, bahkan juga karya Leonardo Da Vinci sendiri.


Dalam daftar novel terlaris di Amerika Serikat, sejak diluncurkan pada 2003, Da Vinci Code terus menduduki peringkat teratas, dan memicu kontroversi hebat. Tidak ada sikap resmi dari Vatikan atas novel tersebut. Namun, pada pertengahan Maret 2005, Kardinal Bertone, orang nomor dua di departemen Kongregasi untuk Doktrin Keimanan Vatikan, menganjurkan agar toko buku Katolik memboikot novel tersebut.

Salah satu alasannya, demikian Bertone, novel itu merupakan kebohongan yang memalukan. Ia khawatir, banyak orang mempercayai kebohongan di dalamnya dan kemudian menganggapnya sebagai sebuah kebenaran. Begitulah. Da Vinci Code memang hanyalah sebuah karya fiksi, dan diakui terus terang oleh penulisnya sendiri, Dan Brown. Akan tetapi novel tersebut telah menggoncang kepercayaan dan tradisi kekristenan.

Tidak mengherankan, bahwa meski Da Vinci Code hanya sebuah novel, sebuah cerita fiksi, tetapi dihadapi dengan begitu serius oleh kalangan teolog Kristen. Novel yang dibaca oleh puluhan juta orang di dunia ini bagaimana pun termasuk luar biasa dan digarap dengan riset yang serius. Filmnya yang dibintangi oleh aktor Tom Hanks dan Audrey Tatou juga laku keras.

Sayangnya, film yang memakan biaya produksi US$ 125 juta ini ternyata tak mampu memuaskan para kritikus. Beberapa orang bahkan bersiul saat film selesai. Dua ribu orang yang menonton pemutaran film ini justru tertawa saat adegan penting. Beberapa kritikus juga menyebutkan bahwa film berdurasi 2,5 jam ini membingungkan bagi penonton yang belum sempat membaca bukunya.

Brown, novelis yang kini menetap di Inggris, mengklaim bahwa berbagai fakta sejarah seputar Jesus, Mary Magdalena, Opus Dei, The Priori of Sion, yang dipaparkan dalam novelnya adalah 100 persen benar. ”Semua deskripsi tentang karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritual rahasia yang dipaparkan dalam novel ini adalah akurat,” tulis Brown dalam pembukaan novelnya.


Sementara itu, Dr. Darrell L. Bock, professor Perjanjian Baru di Dallas Theological Seminary, misalnya, tidak dapat menyembunyikan rasa geramnya, setelah membaca Novel tersebut. "The Da Vinci Code memang bukan sekedar novel fiksi biasa, tetapi sebuah novel yang diselubungi dengan klaim kebenaran historis dan kritik terhadap institusi dan kepercayaan agama Kristen. Ini sungguh membahayakan,” tukasnya.

Karena itulah, Bock kemudian tidak mau tinggal diam. Dia lantas mengerahkan kemampuannya untuk menulis bantahan terhadap novel ini. Melalui bukunya, Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson Books, 2004) Bock kemudian melakukan kajian historis untuk mengritik berbagai fakta sejarah yang disajikan dalam novel "The Da Vinci Code". Dan seperti juga novel yang dikritiknya, buku Bock ini juga laku keras !

Kritik Bock terhadap Da Vinci kemudian disusul dengan sejumlah kritik lainnya terhadap novel Dan Brown tersebut. Belum pernah ada dalam sejarah satu karya sastra yang mendapat tanggapan begitu intens seperti Da Vinci Code. Di berbagai belahan dunia, para penganut Kristen juga melakukan rally dan demonstrasi menentang novel, dan pada akhirnya film tersebut.


Mengapa Novel ini menjadi kontroversial ? Itu tidak lain, karena novel ini memaparkan fakta-fakta baru (dengan interpretasi baru) tentang Jesus yang membongkar dasar-dasar kepercayaan Kristen. Dalam Kristen, dogma pokok dan paling inti adalah kepercayaan tentang kebangkitan Jesus (resurrection). Bahwa, menurut mereka, setelah mati di tiang salib, Jesus bangkit pada hari ketiga untuk menebus dosa umat manusia.

Dalam Bible Perjanjian Baru disebutkan, bahwa saksi pertama kebangkitan Jesus – yang menyaksikan kuburan Jesus kosong – adalah seorang wanita bernama Maria Magdalena.
Jika dasar kepercayaan ini dibongkar, maka bisa dikatakan runtuhlah agama Kristen. Paul Young, dalam bukunya, Christianity, menulis, bahwa tanpa ‘resurrection’, maka tidak ada ‘kekristenan’. Ibarat potongan-potongan gambar (jigsaw), maka jika resurrection dibuang, jigsaw itu tidak akan membentuk apa yang disebut sebagai Christianity.


Sebenarnya gagasan Dan Brown bukanlah gagasan yang benar-benar baru dan orisinil. Tahun 1982, terbit buku Holy Blood, Holy Grail, yang bercerita tentang perkawinan Jesus dengan Mary Magdalena dan punya anak keturunan. Hanya saja, entah mengapa, buku tersebut tidak menimbulkan kontroversi sejauh apa yang terjadi pada Da Vinci Code. Tak heran bila ada yang menuduh Brown sebagai plagiator !

Sejak ratusan tahun lalu, perdebatan tentang Jesus memang tidak pernah berhenti.
Wacana tentang Jesus dalam dunia akademis memang sudah bertebaran. Kelebihan Brown adalah mampu mengangkat wacana itu ke dalam sebuah novel populer yang mampu menarik jutaan orang untuk membacanya. ”Ramuan yang tepat” antara fakta dan fiksi menjadikan novel ini memang punya potensi besar menggoncang kepercayaan kaum Kristen yang paling mendasar.

Apalagi, masyarakat Barat memang dikenal hobi dengan mitos dan legenda. Mereka tak henti-hentinya menciptakan berbagai fiksi dan mitos dalam kehidupan mereka: Superman, Batman, Spiderman, Rambo, dan sebagainya. Persis seperti nenek moyang mereka di zaman Yunani Kuno. Brown tampaknya paham benar bagaimana menggoncang kepercayaan masyarakatnya dan membangun kontroversi !

Tidak ada komentar: