Oleh : Iwan Samariansyah *)
Negeriku sayang, berpenduduk banyak
Kini tinggal-lah kenangan belaka,
Hutanmu tercabik, lautmu terkoyak,
Manusiamu penuh murka dan bencana melanda
Kini negeriku menjadi negeri yang paling malang,
Terbenam dalam hutang, terbenam dalam lumpur,
Anak negeripun tak kuasa mengangkat wajah,
Malu hati di depan bangsa-bangsa sedunia,
Negeriku sayang, negeriku malang,
Orang-orangmu kini hanya pandai berteriak
Tak lagi suka bersopan santun,
Semua menuntut, semua meminta
Tak ada lagi yang bersedia memberi, tak lagi mau berbagi
Negeriku sayang, negeriku malang,
Betapa aku sayang padamu, betapa aku cinta padamu,
Tapi tak kuasa aku berkata saat ini,
Saksikan kemuraman, saksikan bencana,
Bencana disana, bencana disini,
Banjir di ujung sana, kebakaran di ujung sini,
Kerusuhan di sebelah sana, kerusuhan di sebelah sini,
Negeri sayang, karma apa yang menimpamu ?
Ada apa pula dengan manusia-manusiamu ?
Murka Tuhan melanda, tak ada lagi canda,
Yang tinggal cuma duka, yang tersisa cuma nestapa,
Sedihnya daku,
Oh negeriku nan malang,
Haruskah kita semua berhenti menjadi Indonesia ?
Agar negeri ini kembali aman sentosa ?
Tak sanggup aku berfikir kesitu,
Tak yakin aku itu pilihanku,
Oh negeriku sayang, negeriku malang,
Jelang Ramadhan, akhir November 2000
*) Orang biasa, anak negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar