Selasa, Juli 31, 2007

Usaha Keluarga dan Pelayanan Bank



Sistem Antrian BCA Menyebalkan !



Oleh : Iwan Samariansyah

MENGGUNAKAN pelayanan bank sudah menjadi kebutuhan sehari-hari buatku dan istri sejak beberapa tahun terakhir ini. Terutama setelah usaha keluarga kami, Isandri Corporation terbentuk. Meski belum berbadan hukum, keberadaan usaha keluarga ini tentu saja cukup membantu agar roda rumah tangga kami tetap berdiri tegak. Core business Isandri Corporation adalah di bidang distribusi voucher pulsa HP pra bayar elektronik.

Usaha keluarga ini dirintis sejak tahun 2004 lampau. Bermula dari tugasku di Kota Tarakan, Kalimantan Timur sebagai konsultan media dan pendidikan. Pada waktu itu, di sela-sela tugasku di Pemkot Tarakan dan nyambi juga sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Borneo, Tarakan maka aku melihat peluang untuk mengembangkan bisnis pulsa di kota tersebut. Dan ternyata iklan yang aku pasang di Harian Radar Tarakan mendapat sambutan hangat, cukup banyak agen yang berminat berpartner denganku.

Segera setelah usainya kontrak kerjaku di kota tersebut, akupun membawa bisnis tersebut ke Jakarta. Sambil memelihara jaringan agen yang lama, aku mulai membangun jaringan agen yang baru terutama di kota-kota yang ada di Pulau Jawa. Isteriku pun ikut membantu, terutama membenahi sistem akuntansi bisnis yang selama ini dicatat secara manual, akhirnya bisa dibuat secara komputerisasi dengan menggunakan Microsoft Excel.

Hasilnya sungguh di luar dugaan. Setiap bulan, dari bisnis pulsa saja aku dan istriku mendapat penghasilan yang cukup lumayan, meski belum terlalu besar. Tetapi cukuplah untuk menutupi biaya rutin rumah tangga kami seperti membayar tagihan telepon, listrik dan air PDAM juga biaya anak sekolah. Sedikit demi sedikit, dengan hidup berhemat, kamipun mulai bisa menabung dan menumpuk kapital keluarga yang nantinya, menurut rencana, untuk berinvestasi di sektor properti.

Aku juga mulai bisa membayar premi asuransi pensiun untuk diriku sendiri, begitu juga sejumlah asuransi plus tabungan yang dibuka oleh isteriku untuk kepentingan masa depan anak-anak. Bagaimanapun sejak awal kami harus memikirkan masa depan keluarga kami. Dengan demikian bila ada apa-apa terjadi padaku, sebagai tulang punggung perekonomian keluarga, maka persiapan sudah dilakukan sehingga keluargaku tetap bisa survive untuk melanjutkan hidup mereka.

Kembali ke soal pelayanan bank. Bisnis kami dijalankan dengan cara yang sederhana. Para agen menyetor sejumlah uang sebagai deposit ke rekening kami, dan kami akan memberikan para agen jumlah saldo deposit di ID HP mereka yang terdaftar di server pulsa. Stock deposit kami berasal dari beberapa provider yang sepakat bekerjasama dengan kami. Dan para provider itu sendiri bekerjasama dengan operator telepon seluler (GSM dan CDMA).

Karena agen kami menggunakan bank yang bermacam-macam, maka kamipun membuka rekening di berbagai bank. Mulai dari Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Danamon, Bank BRI bahkan juga Bank BPD Kaltim. Tetapi untuk bank yang terakhir ini akhirnya kami putuskan untuk ditutup mengingat mahalnya ongkos operasional yang ada. Para agen yang masih ingin menggunakan pelayanan Bank BPD kami arahkan pada sejumlah Koordinator kota di Kalimantan Timur.

Selain rekening untuk keperluan bisnis, kami juga memiliki rekening lain untuk menabung antara lain Bank Niaga dan Bank Mega Syariah.

Memiliki sejumlah rekening bank juga berarti bisa membanding-bandingkan pelayanan bank yang satu dengan yang lain. Pada umumnya, bank-bank swasta seperti Bank Niaga, Bank Danamon dan Bank BCA mempunyai pelayanan yang bagus. Cuma ada sedikit catatan untuk Bank BCA berkaitan dengan soal antrian. Sayangnya, karena jaringan cabang mereka terbatas maka kurang bisa diandalkan sebagai rekening pusat pelayanan agen. Untuk itu, terpaksa kami menggunakan dua bank utama yaitu : Bank BRI dan Bank Mandiri.

Dari kedua bank tersebut, yang ingin aku soroti pertama kali adalah pelayanan Bank BRI. Aku sejak awal pesimis bank pemerintah ini bisa memberikan pelayanan yang baik. Dan itu terbukti. Selain tidak memiliki akses internet, kualitas pelayanan bank BRI head to head antara kasir bank dengan nasabah juga sungguh memprihatinkan. Sistem antrian pelayanannya masih menggunakan sistem lama yaitu nasabah mengisi formulir/slip sesuai dengan keperluan kemudian menumpuk slip tersebut disertai buku tabungan ke dalam sebuah keranjang.

Baru kemudian nasabah menunggu di ruang tunggu yang disediakan, kemudian teller atau kasir akan mengambil slip dan buku tabungan yang telah dikumpulkan di dalam keranjang diproses oleh petugas teller yang kemudian memanggil nasabah teller pada saat slip nasabah diproses. Sistem antrian ala BRI seperti ini jelas memiliki beberapa kelemahan. Dan sering membuat aku kesal pada sistem antrian BRI ini.

Kelemahan yang pertama buku tabungan nasabah beserta slip formulirnya rawan untuk terselip dan hilang. Kelemahan yang kedua kadang ada nasabah yang nakal dengan menaruh buku tabungan tidak sesuai dengan antrian (menyelipkan di bawah tumpukan, bukan diatas tumpukan buku tabungan yang telah dikumpulkan) dengan tujuan agar dipanggil duluan. Selain itu petugas teller dapat menunda pemrosesan slip karena slip tersebut tidak dibawa oleh nasabah langsung.

Sistem antrian yang ditetapkan BRI ini tidak mengikuti trend yang berkembang di dunia perbankan. Dibank BNI misalnya sistem antriannya menggunakan sistem line dimana nasabah setelah mengisi slip yang dibutuhkan maka nasabah akan antri dengan membawa berkas yang dibutuhkan ke dalam garis antrian. Sehingga kelemahan antrian yang aku temui di BRI tidak akan terjadi. Nasabah cukup membawa nomor antrian.

Di Bank Niaga dan Bank Danamon sistem seperti itu yakni dengan memakai nomor antrian sudah berjalan dengan baik. Nasabah bisa duduk dengan tenang menunggu nomor antriannya dipanggil. Yang paling menyebalkan adalah mengantri di Bank BCA. Karena selain tidak disediakan tempat duduk, antrian yang terbentuk biasanya begitu panjang. Benar-benar mirip ular dan bisa sampai berjam-jam ! Capek sekali rasanya berdiri begitu. Apalagi ketika pas antrian panjang mendadak beberapa loket teller tiba-tiba ditutup. Wah jengkel deh.

Yang paling menyenangkan, menurut pendapatku adalah sistem pelayanan yang diterapkan Bank Niaga. Benar-benar nyaman dan cepat. Nasabah juga dilayani secara privat. Kita disalami dulu oleh tellernya dan ditanya keperluannya dengan ramah. Bank Niaga juga menerapkan sistem antrian. Ada pula air minum (aqua) tersedia di ruang tunggu. Aku kira, apa yang aku alami di Bank Niaga adalah merupakan sistem pelayanan nasabah terbaik dibandingkan bank lainnya.

Bagaimana dengan pengalaman anda ?

Senin, Juli 30, 2007

Temanku Eka Wenatz


"Aku ini Filsuf Kesasar ....."

INI cerita tentang temanku. Terhitung belum lama kami berteman, karena Eka baru kukenal saat aku kuliah S-2 Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia, pertengahan 2001 lalu. Waktu itu kami sama-sama mahasiswa baru yang sedang mengambil mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Sang dosen adalah Prof Dr Alwi Dahlan, mantan Menteri pada era akhir kekuasaan Soeharto. Dan dia mewajibkan para mahasiswanya untuk 'membajak' buku Littlejohn yang tebalnya bukan main itu. Dan dia satu kelompok diskusi denganku. Begitulah aku mulai mengenalnya.

Eka mahasiswa yang cerdas. S-1 nya seperti juga diriku bukan dari Ilmu Komunikasi. Dia adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Saat itu, Eka adalah dosen tidak tetap di Universitas Atmajaya Jakarta. Bersama dengan Eka, ada satu lagi alumnus Driyarkara yaitu Bung Embu. Bagi kami, para mahasiswa Angkatan 2001, kedua sosok unik dan cerdas ini sungguh membantu agar lebih serius dalam mengikuti kuliah.

Maklumlah. Pada setiap mata kuliah apapun, pertanyaan-pertanyaan kritis mereka pada dosen membuat kami yang kebanyakan mengantuk saat mengikuti kuliah membuat kami tetap waspada dan terjaga. Eka memang punya pembawaan serius. Tetapi bukannya tidak bisa santai dan dia juga mampu bergurau, menyesuaikan dengan situasi yang ada.

Pernah suatu kali aku mempertanyakan dirinya yang filsuf, kenapa kok ambil S-2 Ilmu Komunikasi. Dia menjawab seenaknya. "Mas, aku ini filsuf kesasar ...., jadi jangan tanya kenapa saya justru mau mendalami Ilmu Komunikasi, hehehehe," ujarnya seraya tertawa berderai-derai.

Aku sebetulnya tidak begitu akrab dengan Eka. Tetapi untuk setiap kesulitan memahami mata kuliah tertentu, dapat dipastikan Eka adalah guru yang baik. Dia siap membantu teman-temannya tanpa tedeng aling-aling. Hatinya memang baik. Selepas lulus S-2, anak kelahiran Bantul Yogyakarta ini menjadi dosen tetap di Universitas Paramadina. Wah, asyik juga membayangkan seorang Katolik menjadi dosen di Universitas Islam.

Tetapi itu tidak mengherankan. Cak Nur, sang pendiri Paramadina adalah tokoh Islam yang amat toleran dan menyukai faham multikulturalisme. Karena itu, ketika Anies Rasyid Baswedan ditunjuk menjadi Rektor, Eka sempat melontarkan kekhawatirannya soal Anies tidak bisa menjalankan visi Paramadina. Mungkin karena latar belakang Anies yang berasal dari HMI MPO dan keturunan Arab.

Eka mungkin kurang faham. Anies adalah anugerah besar bagi Paramadina. Lain kali akan kutulis tentang Anies, aktivis terkemuka Yogya pada jamannya yang mengembangkan jaringan perkawanan secara nasional agar Eka lebih faham tentang visi Anies ke depan. Aku harap Eka bisa berdiskusi dengan Anies, toh mau tak mau, Anies sekarang menjadi atasannya di Universitas Paramadina.

Hari ini aku mendapat SMA dari Eka : "Oalah Mas .... promosi blog itu pake mailist aja mas .... kayak tempatku mas, http://ekawenats.blogspot.com ...."

Wah, senang aku mendapat respons dari dia. Eka memang sudah lebih dulu aktif sebagai seorang blogger. Dan blogger yang disusunnya juga sungguh menarik. Rupanya dia sudah menjelma menjadi ahli komunikasi ketimbang seorang filsuf. Sementara aku tetaplah menjadi seorang juru warta. Dan itupun tertarik mengembangkan blogger setelah anakku yang duduk di bangku SMP merengek minta dibuatkan blogger juga.

Rawamangun, 30 Juli 2007

Minggu, Juli 29, 2007

Cerita tentang Keluargaku


Paling ganteng di Rumah

Sudah hampir 13 tahun lamanya, biduk rumah tangga kudayung. Penumpangnya cantik-cantik semua. Aku dan isteriku tercinta dikaruniai dua puteri, dus dengan begitu akulah yang paling ganteng di rumah. Puteri pertamaku, Raufina saat ini sudah berusia 11 tahun. Lahir di bawah zodiak Pisces, puteri pertamaku ini nongol ke dunia pada 27 Februari 1996. Sangat perasa dan semua hal ditimbang-timbang terlebih dulu sebelum mengambil keputusan.

Raufina yang mendapat panggilan kesayangan Opien kini duduk di bangku SMP kelas 1. Satu bakatku yang kuwariskan pada dirinya adalah kesukaannya untuk menulis, dan juga menggambar. Sayangnya ini tidak dibarengi dengan semangat dan kemauannya untuk belajar. Ibunya sampai risau dengan rendahnya semangat belajar yang dimiliki si sulung satu ini.

Puteriku yang kedua, si bulet yang doyan makan lahir sebagai anak naga emas, 4 November 2000. Namanya Raudhina. Kemauannya sangat keras dan susah dilawan. Maklumlah Nina, begitu panggilan kesayangan kami buat si bungsu ini adalah anak yang bernaung di bawah rasi Scorpio. Bayangkan sifat naga ditambah Scorpio yang ada dalam dirinya. Tetapi dia juga anak yang baik budi, dan cerdas luar biasa. Jauh mengungguli teman-teman sebayanya. Dia bersekolah di sebuah SD Islam pilihannya sendiri dekat dengan rumah.

Kedua puteriku ini tumbuh besar dengan kebebasan penuh. Demokratisasi yang kuterapkan di keluargaku dengan metode tarik ulur layang-layang mudah-mudahan menghasilkan manusia yang berkualitas yang baik. Dan anak-anak itu bisa tumbuh besar sebagai manusia yang siap menghadapi tantangan jaman.

Soal pendidikan memang aku harus berterima kasih pada isteriku tercinta, Yundriati Erdani. Gabungan nama kami yakni ISANDRI itulah yang menjadi nama blog ini. Yundri, yang aku dapatkan cintanya ketika kami sama-sama kuliah di Yogyakarta ini adalah ibu yang tekun, teliti, senang dengan hal-hal detail dan juga sangat perhatian dengan masa depan anak-anaknya. Lahir sebagai anak ketiga dari empat bersaudara membuatnya terbiasa bertindak baik sebagai adik maupun kakak sekaligus.

Saat ini, rumah tangga kami dibantu oleh seorang asisten yang hebat. Pembantu kelas satu yang susah didapat di jaman sekarang ini : jujur, cerdas dan berbakat. Namanya Romiyati, tetapi kami berempat sepakat memanggilnya sebagai Mbak Me. Sudah lima tahun lamanya dia ikut dengan keluarga kami. Perempuan yang berbobot besar (mungkin diatas 100 kg) ini berasal dari Temanggung. Tugas utamanya adalah ngemong anak-anak, yang dilakukannya dengan susah payah berhubung anak-anak kami adalah anak-anak yang kritis dan sulit diatur.

Sudah hampir sepuluh tahun ini kami tinggal di Bekasi. Tepatnya di Perumahan Harapan Indah, dan tampaknya inilah rumah dan kawasan tempat aku dan isteriku menancapkan akar rumah tangga kami. Lingkungannya baik dan suasananya menyenangkan. Kami berharap bahwa di masa mendatang investasi finansial kami di lingkungan ini bisa tumbuh dengan baik bersamaan dengan membaiknya kehidupan kami semua.

Sabtu, Juli 28, 2007

Hari Libur dan Rencana Reuni SMA


Ada yang Sudah 20 Tahun Tidak Bertemu


BEKERJA sebagai juru warta memang berat. Jam kerja yang panjang, deadline yang ketat dan memilih berita yang paling menarik bagi pembaca membutuhkan keahlian sekaligus stamina yang cukup. Tetapi juru warta juga perlu liburan. Dan hari ini, 28 Juli 2007 adalah hari Sabtu, hari yang kurindukan setiap minggu. Maklumlah, bila sektor pekerjaan lain libur wajib setiap hari Minggu maka aku libur wajibnya justru Sabtu.

Ini disebabkan, surat kabar tempatku bekerja JURNAL NASIONAL, tidak terbit pada hari Minggu. Minggu aku masuk, karena aku harus menyiapkan untuk edisi Senin keesokan harinya. Sabtulah satu-satunya hari aku bisa berkumpul bersama keluarga, terkadang berjalan-jalan. Karena itu, ketika teman-teman eks SMA-ku mengajak Reuni aku mengusulkan agar diadakan hari Sabtu saja.

Reuni SMA ? Ya. Sebenarnya sih bukan reuni resmi yang digelar di sekolah, plus ada panitianya. Tidak. Ini Cuma ajang silaturahmi biasa saja bagi teman-teman SMA yang kebetulan tinggal di seputaran Jabodetabek. Kami sepakat, untuk mengadakan pertemuan setiap tiga atau empat bulan sekali. Reuni terdekat yang kami akan adakan rencananya pada Sabtu, 25 Agustus mendatang. Tempatnya di rumah Alfina Damayanti.

Fina, panggilan akrabnya, justru baru kukenal sebagai alumni SMA 2 Purwokerto setelah di Jakarta. Saat itu aku bekerja di Harian Glodok Standard, salah satu anak perusahaan Jawa Pos dan dia bekerja di salah satu stasiun TV swasta, Indosiar sebagai penyiar. Wajahnya kerap muncul di televisi sebagai pembawa acara Patroli. Ketika itulah kami kerap mengorganisir acara kumpul2 eks teman SMA dulu.

Sempat beberapa kali kami mengadakan pertemuan. Pertama di rumahnya Drg Catur Yuliastuti di kawasan Depok. Kemudian di rumahnya Alfina di Sawangan, juga di Depok. Kemudian di rumahnya Eko di Bekasi. Namun setelah itu acara silaturahmi sempat terhenti cukup lama, hingga beberapa tahun. Akupun keluar dari Jawa Pos Group dan bekerja di Kaltim sementara Alfina kudengar juga keluar dari Indosiar.

Hari ini, aku menghubungi beberapa teman lewat telepon mengabarkan rencana Reuni itu. Pertama-tama yang kuhubungi adalah Eko Wiyatno di Tangerang, lantas Indarti Suryaningsih, baru kemudian menghubungi tuan rumah sebelumnya Bayu Suwono. Setelah itu mencoba menghubungi Eko Priyanto, tetapi yang menerima nyonyanya. Kata dia, Eko sedang ada tugas di luar kota. Maklum pegawai negeri.

Terakhir aku ngobrol sama Nina, kawan sekelas saat duduk di kelas 2 dan 3 SMA dulu. Dari Nina kudapatkan beberapa alamat kontak teman-teman lain sebagai tambahan koleksi calon undangan yang hadir di reuni mendatang, diantaranya Darno, Yusuf Priyambodo, Iskan, Rudy Riyanto dan Wuri Astuti. Cukup panjang juga aku ngobrol dengannya.

Aku dan Nina sepakat agar kita bersama-sama saling menghubungi teman-teman yang ada di daftar alumni, sebuah strategi agar mereka merasa terikat untuk datang ke acara silaturahmi tersebut. Nantinya kalau sudah cukup rutin kita menggelar pertemuan demi pertemuan, mungkin acara bisa ditingkatkan dengan menggelar family gathering atau apapun yang sifatnya piknik bersama untuk meningkatkan kualitas pertemuan.

Daftar alumni SMA 2 Purwokerto Angkatan 1987 yang kami pegang saat ini sudah mencapai 26 orang, sudah meningkat sangat banyak bila dibandingkan dengan daftar yang kami pegang beberapa tahun sebelumnya. Waktu itu cuma ada 15 orang yang masuk daftar. Ditambah dengan informasi dari Nina tadi, berarti jumlahnya kira-kira sudah menjadi 30 orang. Lumayan.

Aku tentu saja berharap dapat hadir pada Reuni tersebut bersama keluargaku, dan bertemu dengan kawan-kawan lama. Banyak diantara mereka yang sejak 20 tahun lamanya tidak bertemu. Rentang waktu yang cukup banyak aku kira. Sudah banyak perubahan yang terjadi diantara kita. Luar biasa. Reuni selalu membangkitkan nostalgia, dan nostalgia masa SMA selalu mengasyikkan ……..

Iwan Samariansyah, alumni SMA 2 Purwokerto (1984-1987)

Jumat, Juli 27, 2007

11 Tahun Kerusuhan 27 Juli 1996




Awal Membanjirnya Simpati untuk Megawati


HARI ini, tepat 11 tahun usia satu peristiwa yang dipercaya menjadi awal titik balik sejarah besar bangsa Indonesia, kasus kerusuhan 27 Juli 1996. Ini adalah satu peristiwa dari sejumlah peristiwa di negeri ini yang masih mengandung misteri dan teka-teki. Buatku sendiri, 27 Juli mengandung arti tersendiri, karena saat peristiwa itu terjadi kebetulan aku berada di tempat kejadian. Bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai peliput peristiwa. Sebagai juru warta.

Saat itu, tahun keduaku bekerja di Harian Jawa Pos. Belum setahun aku ditempatkan di Jakarta ketika terjadi peristiwa tersebut. Kasus kerusuhan 27 Juli itulah yang akhirnya membuat nama Megawati, puteri Bung Karno menjadi begitu populer. Seorang ibu rumah tangga biasa yang tadinya tidak dikenal publik kecuali sebagai sang puteri proklamator mendadak menjadi tokoh politik yang sangat kuat di republik ini.

Salah satu tokoh yang banyak membicarakan soal kasus kerusuhan 27 Juli dan membicarakan secara gamblang peristiwa itu adalah Letjen TNI (Purn) Soeyono yang saat kejadian menjabat selaku Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI dan Sekjen Dephankam. Bahkan, Soeyono sempat mengeluarkan biografinya berjudul "Soeyono, bukan Puntung Rokok" pada pertengahan Maret 2003 lalu. Tanpa tedeng aling-aling, dalam bukunya Soeyono menuduh bahwa pencopotannya sebagai Kasum ABRI erat kaitannya dengan peristiwa itu.

Kasus 27 Juli 1996, seperti banyak peristiwa penting lainnya dalam sejarah kita, sampai saat ini belum juga terungkap tuntas. Banyak sekali ulasan, teori dan analisis mengenai latar belakang kejadiannya, siapa-siapa otak di belakangnya dan untuk apa tujuan dan motivasinya.

Secara sederhana, bila dikaitkan dengan peristiwa sebelum dan sesudahnya, kasus kerusuhan 27 Juli adalah satu rangkaian kesatuan. Waktu itu adalah munculnya dua kekuatan, dua Srikandi di panggung politik Indonesia. Persaingan antara Siti Hardiyanti Indra Rukmana dari Golkar yang puteri Soeharto melawan Megawati Soekarnoputri dari PDI yang adalah puteri Soekarno.

Karena itu, penyerbuan dan pengambilalihan kantor PDI pada 27 Juli 1996, merupakan klimaks dari upaya menggembosi pamor Mbak Mega dan menaikan popularitas Mbak Tutut. Versi seperti ini juga yang dipercaya oleh Soeyono dalam biografinya.

Aku sendiri berada di halaman PPP, tetangga kantor PDI yang diserbu oleh "pendukung PDI Suryadi" yang sebenarnya aparat keamanan yang menyamar saat itu. Sebelum akhirnya kantor tersebut dikuasai oleh aparat keamanan, aku sempat beberapa kali meliput mimbar bebas di halaman kantor tersebut yang menghendaki agar pemerintah tidak ikut campur tangan lagi dalam kepengurusan PDI dan mulai menegakkan demokrasi.

Saat itu memang ada kepengurusan PDI kembar yaitu kepengurusan hasil Munas di bawah Mbak Mega dan kepengurusan hasil Kongres Medan di bawah Soeryadi. Meski massa PDI kebanyakan mendukung Mbak Mega akan tetapi pemerintah, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri lebih memihak Soeryadi. Akibatnya simpati publik jatuh pada Mbak Mega yang dianggap telah diperlakukan sewenang-wenang pada dirinya.

Tak heran bila akhirnya PDIP mendapat simpati yang begitu besar dari rakyat, dan akhirnya setelah jatuhnya Pak Harto dan gerakan reformasi berhasil melakukan perubahan politik yang cukup berarti Mbak Mega berhasil menjadi Presiden negeri ini (2001 - 2004), meskipun harus diselingi oleh dua Presiden transisional yakni BJ Habibie (1998 - 1999) dan Abdurrahman Wahid (1999 - 2001).

Dari saat Megawati dianiaya saat menjadi Ketua Umum PDI (1993) hingga berhasil naik menjadi pemimpin politik yang disegani di negeri ini (1999) saat dia dilantik sebagai Wakil Presiden itulah posisi peristiwa Kerusuhan 27 Juli berada. Tepat ditengah-tengah kedua peristiwa tersebut. Kerusuhan 27 Juli bagaimanapun adalah titik balik yang meroketkan nama Megawati, sekaligus menghancurkan bangunan politik Orde Baru yang keropos sejak awal tahun 1990-an. Itulah titik penting dari peristiwa kerusuhan 27 Juli bagi negeri ini.

Iwan Samariansyah, 27 Juli 2007

Wawancara Arifin Panigoro (1999)


"Perubahannya Begitu Mendadak ....."

Wawancara eksklusif Iwan Samariansyah dari Jawa Pos dengan Ir Arifin Panigoro, Chief Executive Officer PT Medco Energi Corporation yang juga anggota baru PDI Perjuangan di sebuah restoran di kawasan Pantai Carita, Jawa Barat Minggu 9 Mei 1999. Arifin adalah juga caleg DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat wilayah Banten :

Bagaimana perasaan anda setelah menjadi caleg PDI Perjuangan dan terjun secara total dalam kegiatan politik praktis ?

Menurut saya perubahannya sangat tiba-tiba. Selama ini kan saya terpojok oleh suasana apalagi pemerintah juga ikut memojokkan saya juga kan ? Ada kasus Radisson Yogya, ada lagi kasus Freeport dan lain sebagainya itu kan. Bahkan dalam kasus CP saya sudah resmi menjadi tersangka. Tadinya kan saya sebetulnya ndak ingin sejauh itu lah. Saya ingin non-partisan saja. Tetapi ternyata keadaan memaksa saya. Jalan hidup saya tampaknya sudah ke politik ya sudah saya teruskan saja. Yang jelas, ada satu hal yang saya rasakan yaitu saya ketemu sesuatu yang baru. Kalau lingkungannya sangat berbeda daripada kehidupan keseharian saya sebagai pengusaha.

Dimana letak perbedaannya atau bagaimana perubahan itu terjadi pada diri anda ?

Ya biasanya kan kita mengukur segala sesuatu dari kesejahteraan, sekarang kan nggak. Saya bisa bertemu dengan banyak orang partai di daerah-daerah. Ketemu mereka dan bisa tahu lebih banyak tentang ketulusan hati seseorang dan sebagainya. Tetapi dari ketulusan,
keterbukaan ternyata mereka tidak gampang juga menjalani kehidupan sebagai orang partai. Dan itu memberi pelajaran yang banyak sekali pada saya. Saya mengikuti terus perubahan itu.

Awalnya saya berjuang sendirian non partisan. Ya kadang-kadang ketemu dengan mahasiswa, ketemu dengan grup lain. Kita dengar juga dari partai. Waktu kita lihat bahwa perubahannya pasti, variasinya sekarang kan tinggal pilihan mau berubah lewat mana. Mau kudeta, kalau militer kan gampang tuh ! Mau revolusi rakyat, chaos terus juga bisa. Ya tinggal kita mau smooth atau kasar. Dan kayaknya kita semua sepakat lewat aturan Pemilu ini.

Menurut saya ini lingkungan yang sangat menarik dan membuat saya lebih mengerti tentang apa yang disebut dengan aspirasi dari bawah itu. Ini sangat berbeda sekali kalau kita melihat PDI Perjuangan dari luar. Kok Mbak Megawati diam saja, begitukan ? Boro-boro mencalonkan diri jadi Presiden, statemen-statemen juga nggak ada. Ada gejolak ini dan itu juga nggak ada komentar. Tetapi setelah masuk maka saya bisa ngomong-ngomong gitu lho. Saya jadi mengerti.

Apa saja yang mbak Mega ceritakan pada anda ?

Ya, mbak Mega cerita tentang begitu banyaknya masalah internal PDI Perjuangan yang mesti diselesaikan. Yang jelas, PDI itukan ibaratnya sesuatu organisasi yang tadinya hanya selebar piring sekarang mendadak membesar menjadi tiga atau empat kali meja makan. Bahkan restorannya sekalian. Masalah organisasi, masalah sistem dan masalah prosedur, masalah SDM semua harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Tak heran kalau ini membuat benturan disana-sini. Tetapi bahwa rakyat melihat PDI Perjuangan sebagai sebuah harapan merupakan sebuah kenyataan yang mesti diterima.

Jadi untuk anda pribadi akan banyak perubahan suasana ?

Tentu saja. Waktu saya bisnis kan nggak ada urusan soal masyarakat, soal-soal sosial dan sebagainya, sekarang mau ndak mau tentu saja perhatian saya menjadi terbagi, hahahaha. Bisnis saya itukan urusannya sama klien, sama kreditor, sama suplier semua sama. Mau di minyak kek, mau di engineering dan dimana lagi semua sama. Yang saya fikirkan nggak terlalu njelimet lah. Nah, sekarang berbeda. Saya juga harus memperhatikan aspirasi warga PDI dan perlu memahami gagasan-gagasan mereka.

Pada satu kesempatan Pak Kwik Kian Gie pernah mengatakan bahwa PDI Perjuangan menyiapkan sejumlah kaum profesional untuk masuk dalam kabinet yang dibentuk Megawati bila benar-benar terpilih sebagai Presiden. Sejauh mana anda tahu soal ini ?

Ya Mbak Mega dan Pa Kwik memang membicarakan itu pada saya, dan saya juga sudah sampaikan pada mereka beberapa nama. Tetapikan itu masih terlalu dini. Itu step terakhir dari proses yang sedang kita jalani sekarang. Kita pasti akan menyiapkan soal itu semua. Yang jelas,
sejumlah nama yang ada di Balitbang PDI Perjuangan itukan jelas qualified semua. Ada Meilono Suwondo, ada Julius Usman, ada Pak Mochtar Buchori, ada Pak Dimyati Hartono, ada Laksamana Sukardi dan masih banyak lagi yang lain.

Yang jelas kita akan menyeleksi mereka dari berbagai macam hal mulai dari kapasitasnya, dari kapabilitasnya, dari loyalitasnya kepada organisasi dan lain sebagainya. Kita memang sedang melirik-lirik sejumlah kandidat untuk itu, tetapi kan kita nggak bisa sembarangan menentukan si ini dan si itu begitu saja. Kalau kayak di koran-koran sih mudah saja, susunan pemerintahan versi Forum, wahhh. Atau versi Harian Merdeka, begitu. Versi Partai Republik bahkan saya jadi Menteri, hahahaha.

Tetapi anda sendiri siap menjadi salah satu Menteri di kabinetnya Megawati ?

Belum tahu nih kalau sampai ke eksekutif ya. Wong saya ini baru jadi calon legislatif resmi saja ya baru kali ini kok. Dari daerah Tangerang lagi. Saya inikan sekian puluh tahun menjadi pengusaha nih. Menjadi profesional lantas mengembangkan usaha sendiri. Sama seperti waktu masuk ke politik ini, saya belum tahu apakah nanti akan lebih dalam dan lebih jauh, saya sendiri belum bisa mengira-ngira. Apa saya ini cocok menjadi birokrat ya, apa iya. Saya ini kan orangnya ngawur, seenaknya. Nanti kalau ada protokoler takutnya salah lagi. Kan berabe kalau ada menteri salah terus.

Tetapi andaikata Mbak Mega mempercayakan Pak Arifin menjadi salah satu Menteri, misalnya Menteri Pertambangan dan Energi, bagaimana sikap anda ? Apa anda siap membantu beliau ?

Saya sih kalau soal siap apapun sebisa-bisanya akan saya bantu. Tetapi inikan stepnya masih lama. Sekarang mau Pemilu. Ada kampanye. Lantas tahap pemungutan suara. Nah, Pemilunya harus kita menangkan dulu baru kita melangkah ke step selanjutnya. Yaitu memperjuangkan Mbak Mega sebagai Presiden di MPR. Pasti ada semacam power negotiation dalam political game-nya nanti setelah Pemilu kan. Sama ABRI, sama kekuatan politik lain. Baru step selanjutnya kita sampai pada upaya menyusun kabinet.

Artinya kalau PDI Perjuangan lebih memilih para profesional muda itu sebagai bagian dari kabinetnya kan bisa menyingkirkan sumberdaya yang lama. Apa ini tidak akan menimbulkan kecemburuan ?

Bisa terjadi begitu. Tetapi memang itu sesuatu yang harus dihadapi. Tinggal bagaimana cara pendekatannya saja. Aspirasi dari bawah, kepentingan bersamanya apa, tentu akan ada perasaan-perasaan tergeser atau ditinggalkan. Itu wajar dan manusiawi sekali. Ya misalnya kalau saya beri contoh ada orang yang begitu setia di salah satu cabang PDI Perjuangan. Mestinya kan dia maju lagi jadi caleg akan tetapi dibatasi oleh pendidikan minimal. Dia jatuh. Masuk orang lain yang pendidikannya sarjana. Tentu susah sekali menyelesaikan soal-soal begini. Nah yang seperti ini harus di-clearance. Dibuat mengerti dan harus ditekankan
bahwa kualitas harus ditingkatkan. Segi mental ini harus disiapkan benar.

Apa pandangan anda terhadap Pemilu kali ini ?

Kalau saya menganggap Pemilu kali ini sebagai pemilu pra-kualifikasi. Dari 48 partai yang ikut serta ini yang mampu punya suara pasti akan terseleksi dengan sendirinya. Apalagi ada batasan dua persen. Kalau bisa menyeleksi sampai tinggal 10 partai, maka kursinya akan menjadi lebih sedikit. Merger antar partai akan terjadi setelah Pemilu dan itu akan berlangsung secara otomatis. Kan ada 48 partai lantas akan kita jadikan langsung menjadi dwipartai atau tripartai kan susah. Kita tunggu lah Pemilu nanti. Saya kira semua sepakat bahwa partai itu tidak usah terlalu banyak. Jadi kita anggap saja Pemilu kali ini sebagai babak pra-kualifikasi, dan nanti yang benerannya lima tahun lagi lah.

Yakin ndak anda bahwa Pemilu yang akan datang ini akan berlangsung jurdil ?

Seratus persen jurdil apalagi dengan situasi pemerintah jelas-jelas memihak Golkar ya sulit. Omong kosong wong Golkar punya calon presiden itu Habibie kok. Bisa-bisa dia sedapat-dapatnya mempertahankan diri nanti. Tetapi memang ini sepenuhnya pada pengawasan Pemilu. Saya inikan pragmatis saja soalnya. Sekarang ini Pemilu sudah dekat, kurang dari 30 hari. Dan semua sorotan ditujukan pada peristiwa langka ini maka
bagaimanapun Pemilu ini sedapat-dapatnya harus diupayakan untuk jurdil.

Kenapa anda memilih PDI Perjuangan dan bukannya PAN, padahal sebelumnya anda inikan dekat dengan Amien Rais ?

Ya sekali lagi inikan soal pilihan. Saya melihat PDI Perjuangan itu punya dukungan yang sangat solid dari bawah. Dan memang bikin partai tidak bisa sehari. Perlu waktu. Dari perjalanannya, saya melihat PDI Perjuangan itu sudah teruji dibandingkan dengan PAN. Naik-turun, bentrokan dengan pemerintah, dan seterusnya. PDI Perjuangan jelas lebih mateng dan saya anggap networknya sangat baik dibandingkan dengan partai-partai baru lainnya. Yang jelas, hubungan saya dengan Pak Amien Rais tetap baik-baik saja, nggak ada masalah.

Apa yang anda ingin sumbangkan untuk PDI Perjuangan ?

Yang jelas saya ingin menyumbangkan network yang saya bangun selama ini. Saya ingin ajak semua teman-teman yang selama ini dekat dengan saya agar bisa ramai-ramai mendukung PDI Perjuangan. Yang jelas partai yang lama ini tetap punya peluang yang lebih besar memenangkan Pemilu nanti ketimbang partai-partai baru. Jadi Golkar, PPP dan PDI Perjuangan kans-nya untuk menang sangat besar. Golkar itu meskipun lagi di-ABG-kan dia punya akar yang kuat apalagi birokrasi membantu. Dia sudah lama.

Sama saja dengan teman-teman PDI Perjuangan. Semua juga waktu membuilt-up daerah, cabang, anak cabang, ranting itu jelas membutuhkan waktu untuk solid. Dua tahun untuk membangun semua itu sudah bagus. Buat saya yang penting itu adalah kekuatan bertahan dari gempuran. Apalagi tokohnya kan sudah jelas toh yaitu Megawati. Ya tinggal kita dukung dan
kita perjuangkan saja. (***).


Kamis, Juli 26, 2007

Mendirikan Senat Mahasiswa UGM (1990)



Membangun Landasan Angkatan Baru

Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

SENAT Mahasiswa UGM adalah lembaga sentral kemahasiswaan yang dibentuk untuk pertama kalinya pada tahun 1990. Aku bersyukur ikut terlibat secara aktif dalam aktivitas kemahasiswaan masa itu. Dengan semangat penyelenggaraan pemerintahan ala mahasiswa (Student Government) maka aku dan kawan-kawan berupaya keras meletakkan landasan baru bagi Angkatan yang kelak menjadi pendobrak sejarah, delapan tahun kemudian.

Dalam konteks inilah, maka Senat Mahasiswa yang kami bentuk waktu itu hanyalah salah satu organ dari Badan Kekeluargaan Mahasiswa UGM, dan berfungsi sebagai lembaga legislatif dengan kepengurusan kolektif (berbentuk Presidium), dengan seorang Ketua Umum, lima ketua dan seorang Sekretaris Jenderal. Akulah saat itu yang dipercaya teman-teman sebagai Sekjen SM UGM yang pertama.

Untuk pertama kalinya Senat Mahasiswa UGM generasi awal itu mengadopsi keanggotaan Forum Komunikasi Mahasiswa UGM, lembaga non struktural para pemimpin lembaga kemahasiswaan yang sebelumnya sudah ada. Forum tersebut adalah lembaga tanpa kepengurusan tetap yang menghimpun para Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas, para Ketua Umum BPM Fakultas dan 12 orang wakil-wakil Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas. Jumlahnya 54 orang.

Saat SM UGM didirikan, Gelanggang Mahasiswa UGM sudah lama menjadi pusat kegiatan untuk para mahasiswa di Yogyakarta. Hanya saja karena letaknya berdekatan dengan Kampus UGM maka akhirnya identik dengan pusat kegiatan bagi mahasiswa UGM saja. Gelanggang Mahasiswa itu dibangun tahun 1970-an dan sempat menjadi sentra pergerakan bagi para aktivis tahun 1970-an ketika Dewan Mahasiswa UGM dan Dewan Mahasiswa se-Yogyakarta masih berkantor di gedung tersebut.

Antara 1980 hingga 1990, Gelanggang Mahasiswa dipergunakan oleh sekretariat organ-organ eks Dewan Mahasiswa yang kini berdiri sendiri-sendiri dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit-unit Olahraga, Kesenian dan berbagai unit khusus Dewan Mahasiswa tetap eksis menggunakan berbagai fasilitas di gedung tersebut. Termasuk juga Unit Kerohanian Islam Jamaah Shalahuddin UGM yang setiap bulan Ramadhan menyulap gedung tersebut menjadi Masjid Kampus !

Setelah pembentukannya melalui Kongres Mahasiswa UGM tahun 1990, Senat Mahasiswa UGM lantas lantas meneruskan tradisi Dewan Mahasiswa UGM dan berkantor di Gedung tersebut dengan menggunakan ruang eks Koperasi Mahasiswa (Kopma) di sisi barat Gedung tersebut, bertetangga dengan ruang Unit Kegiatan Pencinta Alam MAPAGAMA dan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Majalah BALAIRUNG.

Meski saat itu diberlakukan kebijakan NKK/BKK ala Orde Baru, di lingkungan Universitas Gadjah Mada secara de facto BKK memang ada namun tidak berjalan dengan baik. Aktivitas dilakukan secara terpisah oleh Senat Mahasiswa di lingkungan fakultasnya masing-masing, atau Himpunan Mahasiswa Jurusan. Atau juga oleh Unit-unit Kegiatan Mahasiswa, organ Dewan Mahasiswa UGM yang masih dibiarkan hidup dan berpusat di Gelanggang Mahasiswa UGM.

Pada tahun 1985 dengan tidak efektifnya fungsi BKK sejumlah Ketua Senat Mahasiswa Fakultas yang tidak puas dengan situasi yang ada, bertemu dengan beberapa Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa, khususnya UKM Pers Mahasiswa. Pertemuan tersebut sepakat untuk secara rutin bertemu secara bergiliran di berbagai fakultas atau Sekretariat UKM yang ada di lingkungan UGM. Bekas SekretariatDewan Mahasiswa yaitu Gelanggang Mahasiswa juga kerap dijadikan tempat pertemuan, terutama ruang Kopma dan Pers Mahasiswa UGM. Juga Balairung Kantor Pusat UGM.

Diantara motor pertemuan saat itu antara lain Abdul Latief (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisipol UGM), Sugeng Bahagijo (Ketua Umum Senat Mahasiswa Filsafat) dan Moh Saefuddin (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Geografi UGM). Yang menarik, sejumlah aktivis non formal juga kerapkali ikut serta dalam pertemuan tersebut. Sebut saja nama-nama seperti Genot Widjoseno, Rizal Mallarangeng, M. Thoriq, Afnan Malay, Coki, Didit Girli dan sebagainya.

Mentor mereka saat itu ada dua orang. Pertama, Taufik Rahzen, pemimpin Studi Klub Teknosofi. Mahasiswa Teknik Kimia UGM ini malah lebih sering tampak di Gedung Filsafat yang ada di Gedung Pusat UGM daripada di kampusnya sendiri di Skip. Kedua, M. Thoriq yang juga pemimpin Redaksi pers mahasiswa UGM Majalah Balairung, mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM.

Namun baru setelah berlangsungnya Pemilu mahasiswa UGM pada tahun 1987, serta didorong oleh Rektor UGM yang baru Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri, SH (almarhum) pada akhirnya para aktivis berhasil mengukuhkan keberadaan Forum Komunikasi Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa UGM. Saat itu tidak terfikirkan untuk melibatkan para aktivis UKM didalamnya, meskipun secara informal pertemuan dua komponen yang berbeda orientasi kegiatan itu tetap berjalan.

Salah satu prestasi yang sempat ditorehkan oleh Forkom SEMA/BPM itu adalah keberanian institusi baru tersebut mengeluarkan Pernyataan Sikap Menolak SDSB. Hebatnya lagi pernyataan yang disampaikan ke DPRD Provinsi DI Yogyakarta itu diantar sendiri oleh Rektor UGM. Aksi ini kontan mendapat liputan hangat media massa lokal maupun nasional dan memicu kontroversi tak berkesudahan. Bayangkan, seorang Rektor mengantar aksi demo para mahasiswanya ke Parlemen !

Para pemimpin Mahasiswa periode 1987-1989 pun berakhir jabatannya. Sesuai ketentuan di UGM, Senat Mahasiswa dan BPM masa kepengurusannya memang hanya dua tahun, dan setelah itu harus diadakan Pemilihan pengurus baru. Pemilu pun digelar pada pertengahan tahun 1989. Dan terpilihlah sejumlah pengurus Senat Mahasiswa dan BPM Fakultas baru periode 1989-1991. Beberapa diantaranya adalah yunior-yunior generasi sebelumnya yang sering ikut-ikut kumpul pada rapat atau diskusi yang diadakan para aktivis. Umumnya malam hari.

Diantaranya para pemimpin baru Senat Mahasiswa itu adalah aku sendiri yang saat itu terpilih sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Geografi, Janoe Arijanto (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisipol), Lukman Hakim Hassan (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi), Nurhidayat Agam (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik) dan Kusuma SP (Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra).

Kelima tokoh inilah bersama para aktivis lain segenerasi, lantas ditambah dengan almarhum Moh Khoiri Umar (Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM) dikenal sebagai tokoh pendiri organisasi sentral kemahasiswaan di tingkat Universitas, Senat Mahasiswa UGM.

Institusi baru ini sesungguhnya dirancang atas dasar Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan SK Mendikbud No 0457/1990 tentang Pedoman Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Para aktivis menyebut SK tersebut sebagai SK SMPT dan perbedaan pendapat pun terjadi dikalangan para aktivis mahasiswa menanggapi keluarnya SK tersebut.

Sekedar diketahui, di UGM sendiri saat itu ada 20 Fakultas. 18 Fakultas setara Program S-1 dan dua Fakultas lainnya Program Non gelar atau D-3 yaitu Non Gelar Teknologi dan Non Gelar Ekonomi. Beberapa orang mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa dan Ketua Umum BPM periode sebelumnya kemudian mengajak pengurus yang baru terpilih menggelar pertemuan. Tempatnya di Fakultas Ekonomi. Dan disitulah terjadi diskusi yang hangat mengenai perlunya pengurus yang baru membentuk Forkom yang baru pula.

Sejumlah Pengurus yang baru kemudian melontarkan usulan agar para pengurus UKM juga diajak bergabung dalam institusi tersebut. Istilah Forum untuk Forkom memang sudah tepat karena institusi tersebut sifatnya cair dan tidak mengikat. Tidak ada kepengurusan tunggal disitu dan semua keputusan diambil secara kolektif dan berasaskan kebersamaan.

Timbul masalah karena jumlah UKM yang begitu banyak dan beragam. Namun wakil dari secara cepat menemukan jalan keluarnya. Unit-unit Olahraga selama ini berkumpul dalam wadah Sekretariat Bersama Unit Kegiatan Olahraga, sedangkan Unit-unit Kesenian mempunyai Sekretariat Bersama Unit Kegiatan Kesenian. Dan masih ada pula Unit-unit Khusus seperti Unit Pramuka, unit Pers Mahasiswa, Unit Koperasi Mahasiswa dan sebagainya. Jumlahnya ada 10, dan mereka diwakili oleh Ketuanya masing-masing.

Dengan demikian, wakil Gelanggang Mahasiswa di Forkom menjadi 14 orang. Sedangkan wakil-wakil Fakultas masing-masing dua orang pula yaitu Ketua Umum Senat Mahasiswa (Eksekutif) dan Ketua Umum BPM (Legislatif).

Hasil kesepakatan inilah yang kemudian diajukan kepada Rektor, namun diluar dugaan disetujui langsung Rektor yang juga adalah mantan Ketua Umum Dewan Mahasiswa UGM pertama itu. Koesnadi rupanya setuju dengan jalan fikiran para mahasiswanya bahwa kebekuan aktivisme mahasiswa di tingkat Universitas harus segera dipecahkan. Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Keluarga Mahasiswa UGM yang barupun segera disusun dan rencana Kongres Mahasiswa segera digelar.

Yang jelas AD/ART itulah yang kemudian menjadi dokumen otentik yang membuktikan bahwa Senat Mahasiswa UGM berbeda formatnya dengan SMPT versi pemerintah, sebuah keberanian untuk membangkang yang luar biasa mengingat kondisi politik yang otoriter dan mengekang saat itu.

Senat Mahasiswa UGM memang memberlakukan sistem pemerintahan mahasiswa (Student Government) di lingkungan organisasi kemahasiswaan UGM. Senat Mahasiswa UGM berhasil melaksanakan Kongres Mahasiswa UGM yang pertama di Kaliurang, dan terpilihlah Moh Khoiri Umar sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa dengan aku sebagai Sekretaris Jenderal. Senat Mahasiswa UGM ini menyatakan dirinya sebagai Lembaga Legislatif. Senat Mahasiswa kemudian membentuk Kabinet mahasiswa yang diberi nama Badan Pelaksana Senat Mahasiswa UGM dengan Ketua Janoe Arijanto dan Wakil Ketua Kusuma SP. Keduanya juga diminta meletakkan jabatannya di Fakultas Sospol dan Sastra.

Yang jelas, poembentukan lembaga sentral kemahasiswaan itu sangat memakan waktu, pikiran, perasaan, dan keringat. Berbagai konsep dirumuskan dalam berbagai pertemuan, siang maupun malam sebelum terlaksananya Kongres Mahasiswa UGM pada Tahun 1990 yang sangat bersejarah itu. Sebelum terbentuknya SM UGM, dan masih bernama Forum Komunikasi Mahasiswa UGM sempat pula diadakan studi banding ke berbagai kampus di Jawa. Perpecahan internal juga terjadi dengan lahirnya kelompok Komite Pembelaan Mahasiswa (KPM) UGM yang menyatakan menolak SMPT. Motornya adalah Dadang Juliantara dan Sugeng Bahagijo.

Padahal, aktivitas Senat Mahasiswa UGM sendiri tidaklah bersifat elitis. Beberapa aktivis non formal juga diajak ikut serta mengkreasi berbagai kegiatan yang ada. Dialog Kebudayaan, sebagai contoh, melibatkan Nirwan Arsuka, Genot Widjoseno, Afnan Malay, Yaser Arafat dan kawan-kawan dari Forum Bulaksumur. Prestasi yang paling gemilang pada Angkatan Pertama ini adalah digelarnya Simposium Nasional Mahasiswa Indonesia yang mengundang lebih dari 50 kampus Perguruan Tinggi se Indonesia. Ini prestasi besar. Tak ayal lagi suasana Simposium menjadi mirip Kongres Mahasiswa Indonesia !

Hanya satu tahun, kepengurusan Senat Mahasiswa UGM berakhir. Dan angkatan berikutnya masuk. Angkatan II hasil Kongres memilih secara voting Anies Baswedan, Ketua Senat Mahasiswa Fak Ekonomi UGM sebagai Ketua Umum SM UGM, dilanjutkan dengan Angkatan III di bawah kepemimpinan Elan Satriawan (lagi-lagi dari Fakultas Ekonomi). Gagasan mengenai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berkembang pada masa-masa ini, dan mendapat penyempurnaan terus pada generasi-generasi aktivis intra Universiter selanjutnya. Lembaga inilah yang delapan tahun kemudian pada 1998 akhirnya berhasil menggoyang kekuasaan Presiden Soeharto dan mengakhiri 32 tahun kekuasaan otoriter Orde Baru.

Dasar-dasar organisasi kemahasiswaan yang vacuum sejak 1978 setelah dibekukannya Dewan Mahasiswa, terus melakukan regenerasi organisasi sentral kemahasiswaan. Pada 1988, cikal bakal Dewan Mahasiswa versi baru diletakkan yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa. Dan pada 1990, lahirlah Senat Mahasiswa. Meski, tidak lagi bisa menggunakan nama Dewan Mahasiswa namun tetap menjadi Student Government.

Bersama-sama dengan kampus-kampus lain di Indonesia cikal bakal Angkatan baru yaitu Gerakan Mahasiswa 1998 yang fenomenal itu diletakkan, disemaikan dan dipupuk oleh generasi berikutnya serta pada akhirnya dipanen oleh generasi 1998. Sebuah perjuangan yang begitu panjang dan melelahkan. Merekalah yang akhirnya membuat gerakan reformasi politik bagi negeri mencapai puncak momentumnya yang ditandai dengan tergusurnya Soeharto dan Orde Baru dari puncak kekuasaan yang telah dinikmati selama lebih dari 30 tahun. (***)

Rabu, Juli 25, 2007

Muhammad Yunus, Pemenang Nobel Perdamaian 2006


Bankirnya Kaum Papa


Iwan Samariansyah (iwansams@jurnas.com)

NOBEL Perdamaian 2006 akhirnya jatuh pada ekonom asal Bangladesh Muhammad Yunus dan Grameen Bank. Yunus adalah pendiri lembaga perbankan yang ditujukan untuk mengentaskan jutaan orang kaum papa di Bangladesh dari kemiskinan. Yunus yang dijuluki ”Banker of the Poor” itu menciptakan sistem baru perbankan pada tahun 1976 untuk memberikan kredit mikro bagi orang sangat miskin di Bangladesh, khususnya kaum perempuan, sehingga mereka dapat memulai usaha tanpa jaminan.

Keberhasilannya menciptakan kredit mikro memang luar biasa. Dia menciptakan suatu sistem kredit tanpa agunan yang kemudian dicontoh di seluruh dunia. Yunus dianggap merupakan seseorang yang telah melakukan karya besar di Bangladesh, dan karyanya merupakan model bagi negara-negara lain di seluruh dunia dalam mengentaskan kemiskinan sekaligus menebarkan semangat perdamaian.

Yunus bekerja sangat keras mewujudkan impiannya itu. ”Di Bangladesh, dimana tidak ada lapangan kerja dan tidak ada listrik, mikro kredit berjalan seperti jam kerja,” kata Yunus, yang tampak kaget saat diberitahu bahwa dia terpilih sebagai pemenang nobel perdamaian.

Pengumuman pemenang nobel perdamaian itu dilangsungkan di Oslo oleh Ketua Komite Nobel Ole Danbolt Mjoes. Kepada pers, Mjoes mengatakan bahwa Yunus dan Grammen Bank patut diberi penghargaan karena karya mereka di bidang sosial dan pengembangan ekonomi telah memberikan inspirasi pada banyak orang di seluruh dunia.

”Perdamaian yang berkelanjutan tidak dapat diberikan kecuali sebagian besar masyarakat telah diberi peluang keluar dari kemiskinan. Pembangunan seperti ini berguna dalam hak asasi manusia dan demokrasi. Kredit mikro adalah salah satu jalan keluarnya,” kata pernyataan panitia Nobel.

Pemenang nobel perdamaian tersebut akan mendapatkan hadiah 10 juta kronor Swedia atau sekitar US$ 1,07 juta.

Yunus, pria kelahiran Chittagong tahun 1940 itu meyakinkan kaum perempuan bahwa mereka dapat lepas dari kemiskinan dengan mengambil kredit kecil dan memulai bisnis kecil-kecilan. Grameen Bank kini melayani 6,1 juta nasabah di seluruh dunia. Yayasan Grameen yang menjalankan bank tersebut, didirikan tahun 1997 dan memiliki jaringan global dengan 52 rekanan di 22 negara.

Yunus menyelesaikan studinya di Chittagong Collegiate School. Lantas mendapatkan gelar MA di bidang ekonomi dari Dhaka University, dan kemudian mendapatkan beasiswa Fullbright untuk meraih gelar Ph.D di bidang ekonomi dari Vanderbilt University pada 1969. Saat ini selain mengelola Grameen Bank, dia juga mengajar sebagai guru besar ekonomi di Chittagong University.

Saat ini, Grameen Bank telah membantu sekitar 11 juta orang miskin di Asia, Afrika, Amerika dan Timur Tengah. Yunus mengalahkan kandidat lainnya seperti Mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisari, mediator perdamaian Gareth Evans dari Australia dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Dia adalah orang Bangladesh ketiga yang mendapatkan penghargaan nobel sesudah penyair Rabindranath Tagore dan ekonom Dr Amartya Sen. Grameen Bank dan Muhammad Yunus dinilai layak menjadi pemenang nobel perdamaian 2006 karena dukungannya kepada rakyat miskin dengan memberikan pinjaman lunak dengan tujuan pembangunan ekonomi untuk perdamaian. (Reuters/BBC).


Para pemenang Nobel Perdamaian dari tahun ke tahun (1986 – 2006)

2006 - Muhammad Yunus dan Grameen Bank Bangladesh.
2005 - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan pimpinannya, Mohamed ElBaradei
2004 - Wangari Maathai, aktifis lingkungan hidup Kenya
2003 - Pengacara HAM Iran Shirin Ebadi
2002 - Mantan Presiden AS Jimmy Carter

2001 - PBB dan Sekjen PBB Kofi Annan
2000 - Presiden Korsel Kim Dae-jung
1999 - Medical aid charity Medecins Sans Frontieres
1998 - Politisi Irlandian Utara John Hume dan David Trimble
1997 - The International Campaign to Ban Landmines (ICBL) dan koordinatornya, Jody Williams

Bioterorisme Ancam Dunia


Dari Sapi Gila Hingga Flu Burung

Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

DALAM konsep klasik hubungan internasional, aktor yang terlibat adalah negara, lengkap dengan pembuat kebijakan yang ada di dalamnya, serta aktor bukan negara seperti organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, atau perorangan. Perkembangan teknologi dan globalisasi dewasa ini, memperluas peran aktor non-negara untuk berpartisipasi dalam komunitas internasional.

Pola hubungan internasional pun bisa jadi telah bergeser. Kini hewan dan virus juga bisa mempengaruhi hubungan antar negara. Virus sapi gila misalnya. Virus ini menjadi aktor dalam hubungan internasional ketika dia menginfeksi sapi-sapi di Inggris yang akan diekspor ke Prancis. Gara-gara virus mematikan ini maka hubungan kedua negara bertetangga itu sempat terganggu.

Ketika virus Bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau lebih dikenal dengan penyakit sapi gila menjangkiti ribuan hewan ternak di Inggris tahun 2000, Prancis memutuskan pelarangan sementara impor daging sapi dari Inggris. Bahkan Prancis mengharamkan donor darah dari orang-orang yang pernah berada di Inggris saat penyakit sapi gila merebak di negara itu.

Kekhawatiran Prancis saat itu bukan tanpa sebab. Penyakit yang hingga kini belum ada vaksinnya itu, dilaporkan telah membunuh 300 orang dalam kasus di Inggris sejak awal tahun 1990-an (World Health Organization/WHO, 2000). Virus tersebut menulari manusia lewat pemakanan daging yang terjangkiti penyakit sapi gila.

Temuan kasus penyakit sapi gila, akhir 2003 silam di Amerika Serikat juga menimbulkan kepanikan dan guncangan di seluruh dunia. Maklum saja kekuatan ekspor daging sapi AS menjangkau ke seluruh dunia.

Kehebohan itu tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga pasar. Pebisnis produk peternakan di AS panik, terutama karena puluhan negara, termasuk Indonesia, langsung menyatakan menghentikan impor daging sapi AS untuk sementara waktu. Indonesia termasuk satu di antara sedikit negara di dunia yang dinyatakan masih bebas dari penyakit sapi gila.

Padahal, Indonesia mengimpor produk peternakan dari AS, seperti daging sapi, susu, keju, dan kulit dengan nilai mencapai US$ 62,32 juta dollar AS. Derasnya globalisasi sejak peluncuran berbagai putaran perdagangan di bawah General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan kemudian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), serta kemajuan teknologi transportasi bukan hanya memperlancar arus barang, jasa, dan modal, tetapi juga meningkatkan mobilisasi manusia dan hewan.

Selain dampak positif dan negatif dari segi ekonomi dan sosial, globalisasi juga menghasilkan konsekuensi penting lain yang mesti ditanggung warga dunia, yaitu globalisasi juga memperluas jangkauan penyebaran penyakit. Kini dunia dihadapkan dengan ancaman terorisme jenis baru, yakni bioterorisme melalui penyebaran penyakit menular dari satu negara ke wilayah negara lain lewat media manusia, hewan, tumbuhan, atau bahkan makanan.

Penyebaran virus AIDS, polio, sindrom pernapasan akut parah (SARS), flu burung, penyakit sapi gila, anthrax, penyakit mulut dan kuku, demam berdarah, dan virus ebola adalah beberapa contoh bioterorisme yang tak mengenal batas negara. Beberapa di antaranya adalah virus yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal, dan ada pula yang sudah lama menghilang, namun kini merebak lagi.

Sebelum heboh penyebaran virus polio liar, pada tahun 2002 masyarakat dunia juga dibuat panik oleh penyebaran SARS dan flu burung.

Menurut dugaan WHO, kasus SARS pertama kali muncul pertengahan November 2002 di Provinsi Guangdong China. Penyakit ini menyebar ke berbagai pelosok dunia setelah seorang dokter asal Guandong yang terinfeksi virus SARA, menginap di sebuah kamar di Metropole Hotel, Hongkong.

Setelah itu, setidaknya ada 14 tamu yang menginap di kamar yang sama, yang akhirnya ikut terinfeksi dan menyebarkan virus tersebut saat berobat ke rumah-rumah sakit di Toronto, Hongkong, Vietnam, dan Singapura. Dari sinilah bermulanya penyebaran virus SARS ke sluruh dunia. Hanya beberapa bulan sejak saat itu, setidaknya 30 negara dijangkiti SARS.

Teror yang sama mematikan dan mencekamnya adalah virus flu burung (H5N1), dengan gejala umum seperti demam tinggi, batuk dan sulit bernafas. Virus ini diduga pertama kali muncul di Hongkong tahun 1997 dan kemudian menyebar ke China, Jepang, Korea, Vietnam, Laos, Thailand, dan Indonesia. Sebagian besar penderitanya meninggal sepuluh hari setelah tertular. Menurut data WHO, jumlah penderita flu burung yang tewas sejak 2003 hingga Agustus 2006, mencapai 141 orang. (WHO/BBCNews).

Berkunjung ke Negeri China (4)

Media Massa Masih Disensor di China

Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

JULUKAN negara tirai bambu terhadap China tampaknya belum akan terhapus dalam waktu dekat. Rezim Hu Jintao diketahui masih menyeleksi pemberitaan media asing. Kebebasan informasi di negara itu dinilai dapat mengancam stabilitas politik nasional. Karena itu, meski kebebasan ekonomi dipancangkan, soal politik tabu dibicarakan. Sensor terhadap media merupakan paranoid penguasa yang telah lama dicampakkan di negara-negara demokratis di dunia.

Sensor terhadap pemberitaan media massa asing diketahui telah lama berlaku di China terutama menyangkut kritik terhadap kebijakan penguasa. Pihak berwenang di negeri Panda itu tak sungkan memberangus media lokal atau media asing yang menyerang ideologi Partai Komunis. Tetapi kalau kritik tersebut ditulis dengan halus atau berupa sindiran tampaknya masih bisa ditolerir.

Berita luar negeri yang masuk melalui satelit, bahkan harus diseleksi sebelum disiarkan kembali. Tak ada perlakuan khusus bagi media barat, macam BBC, CNN, Assosiated Press, dan media massa luar negeri lainnya. Bahkan juga situs internet semacam google.com juga tunduk pada aturan pemerintah China tersebut. Kebebasan media massa bagi pemerintah China adalah jika informasi yang disampaikan sesuai dengan pandangan pemerintah.

Sikap tersebut sepintas mirip tanggung jawab sosial pers yang dianut Indonesia pada masa Orde Baru dulu. Materi pemberitaan yang ada harus dapat dipertanggungjawabk an dan memiliki sanksi hukum. Perbedaannya dengan di sini, ketiadaan media cetak milik pemerintah yang dijadikan sebagai alat propaganda, meski secara resmi dalam struktur pemerintah China memiliki Departemen Propaganda.

Yang menarik, setiap pemerintah provinsi di negara itu pun diketahui memiliki media cetak sendiri. Pandangan redaksi surat kabar yang dimuat dalam editorial adalah sikap resmi pemerintah pusat. Editorial China Daily, salah satu koran resmi pemerintah Beijing yang berbahasa Inggris, diketahui merupakan rujukan koran lokal lainnya.

Surat kabar yang terbit di China mencapai 2.500 penerbitan. Jumlah ini dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan bacaan bagi negara yang berpenduduk terbesar di dunia itu. Menurut laporan BBC, minat baca penduduk di negara itu diketahui rendah, terutama kawasan kantong-kantong miskin. Laporan majalah Beijing Riview menyebutkan jumlah rakyat miskin di negara itu mencapai 250 juta.

Sensor media massa tak hanya untuk surat kabar. Media televisi dan internet mengalami nasib serupa. Pengelola televisi menerapkan siaran tunda. Pheonik Telvisi, yang berbasis siaran di Hongkong misalnya, hanya dinikmati di tempat terbatas, yiatu di Provinsi Guangondong.

Namun demikian tidak sepenuhnya kondisi tersebut menghambat pihak investor datang ke negara itu. Maklum, 1,2 milyar penduduk China merupakan pasar potensial bagi pengelola siaran televisi swasta. Siaran Chinese Central TV (CCTV), sebagai televisi nasional, dijadikan tontonan rujukan warga. Kalangan barat menyebut siaran televisi itu media propaganda kebijakan Partai Komunis.

Situs internet di negara itu pun mengalami nasib serupa. Pemerintah China memblokir akses internet meski penggunanya relatif banyak. Pada tahun ini pasar potensial internet di China diketahui mencapai 120 pengguna. Walau surat kabar yang dicetak di China relatif sedikit, sekitar 2.500 penerbitan, namun kebijakan redaksinya cukup maju. Tiga media cetak utama di negara itu, China Daily, Shanghai Daily, dan Beijing Review misalnya, telah menerapkan by line. Penulisan laporan berita yang disertai identitas penulisnya. Sebuah kebijakan redaksi persuratkabaran yang mengutamakan transparansi dan keakuratan.

Sebenarnya hal itu cukup ironis. Pemerintah China yang dikenal menentang arus informasi media massa Barat, justru mengadopsi kemajuan keredaksionalan persuratkabaran arus utama di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Pemerintahan yang menjadikan komunis sebagai ideologi negaranya itu menerapkan keterbukaan sebagai kiblat. (*)

Daftar Media Massa di China :

Surat kabar
Renmin Ribao, surat kabar Partai Komunis.
Zhongguo Qingnian Bao, surat kabar Liga Pemuda Komunis
China Daily, surat kabar resmi bahasa Inggris
Zhongguo Jingji Shibao, harian ekonomi
Fazhi Ribao, surat kabar khusus hukum.
Gongren Ribao,surat kabar milik buruh
Nongmin Ribao, koran Partai Komunis di Provinsi Guangdong.

Televisi
Chinese Central TV (CCTV)
Radio China National Radio - milik negara
China Radio International - milik negara

Kantor berita
Xinhua
Zhongguo Xinwen She

Ahmadinejad Menantang PBB

Program Nuklir Iran Harga Mati

Iwan Samariansyah (iwansams@jurnas.com)

Teheran | Jurnal Nasional
TAK gentar. Meski diancam akan diserang habis-habisan oleh mesin militer Amerika Serikat yang sudah bersiaga di Teluk Persia dan Irak, Presiden Iran Dr. Mahmoud Ahmadinejad, Rabu (21/2) menyatakan akan tetap mempertahankan program nuklirnya menjelang berakhirnya tenggat waktu Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia mengatakan bahwa masalah atom itu merupakan kemaslahatan vital bagi negara itu, dan tak bisa ditawar-tawar.

”Prestasi negara kami di bidang energi nuklir sangat penting bagi kemajuan dan pembangunan di negara kami,” demikian Ahmadinejad dalam pidato di depan rapat umum di Kota Siahkal, bagian utara Provinsi Gilan, seperti dilansir kantor berita Iran, IRNA kemarin.


”Bagi kami, program nuklir itu adalah harga mati sekalipun kita harus menghentikan aktivitas lainnya selama 10 tahun dan memfokuskan perhatian kita pada masalah ini. Perlu pengorbanan di sektor lain agar program nuklir negara ini sukses,” paparnya, tanpa menjelaskan wilayah mana yang terkena dampak.

Pernyataan tersebut muncul menjelang berakhirnya tenggat waktu yang ditetapkan PBB bagi Iran untuk menghentikan pengayaan uranium yang sensitif. Ketua Badan Pengawas Nuklir PBB Mohamed ElBaradei akan melansir sebuah laporan pada Jumat tentang seberapa jauh Iran telah memenuhi tenggat waktu tersebut.

Pernyataan itu segera mendapat tanggapan dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menentang para pengritik Iran terhadap program nuklir itu, dan mengatakan bahwa energi atom itu merupakan masa depan dan martabat Iran.

”Jika kita memperoleh energi ini, rakyat kita akan maju lebih dari 50 tahun. Kita hendaknya menyadari akan hal ini. Itulah sebabnya mengapa musuh-musuh kita begitu takut jika kita bisa memperoleh energi ini,” kata Ahmmadinejad.

”Dengan bantuan pemuda dan ilmuwan kita, maka kita akan tetap meneruskan aktivitas kita untuk mencapai energi ini. Dengan demikian, kita dapat memperoleh hak-hak kita dalam waktu sesingkat-singkatnya,” tambahnya.

Tuduhan Amerika Serikat bahwa Iran memproduksi senjata nuklir, selalu dibantah oleh Teheran. Mereka menyebutkan bahwa program nuklir itu semata-mata untuk tujuan damai. Kendati Washington telah mengatakan ingin menyelesaikan persoalan itu lewat jalur diplomasi, tidak tertutup kemungkinan AS melancarkan aksi militer terhadap program atom Iran. Terbukti dengan persiapan armada militernya di Teluk Persia, sebagaimana laporan BBC yang dimuat Jurnal Nasional edisi Rabu (21/2).

Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki yang sedang berada di di Ankara, Turki, menyatakan bahwa negaranya mendukung penyelesaian krisis nuklir yang sedang berlangsung melalui diplomasi dan dialog. ”Kami telah mengatakan bahwa kami mengingini penyelesaian diplomatik,” kata Mottaki pada suatu taklimat bersama mitranya dari Turki Abdullah Gul.

Ia menambahkan ia berharap pertemuan di Wina antara Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei dan perunding Iran Ali Larijani akan berakhir dengan konstruktif. ”Marilah kita berharap sekali ini perundingan takkan terganggu, seperti pada waktu lalu,” kata Mottaki --yang berkeras bahwa penyelesaian internasional masalah itu diperlukan guna memelihara hak Iran dan memupus semua kekhawatiran bahwa Teheran bertujuan menggunakan kemampuan pengayaannya untuk membuat senjata nuklir.

Pertemuan ElBaradei-Larijani dilaksanakan pada malam menjelang tenggat PBB bagi Iran guna menghentikan pengayaan uranium. Proses pengayaan uranium digunakan untuk membuat bahan-bakan reaktor nuklir tapi juga dapat digunakan untuk membuat bahan bom atom. (AFP/Reuters/BBC).

Selasa, Juli 24, 2007

Berkunjung ke Negeri China (3)

17.500 Pejabat Terlibat Korupsi Disikat

Iwan Samariansyah
iwansams@jurnas.com

KETIKA aku tiba di Shanghai pada 27 Oktober lalu, dalam rangka meliput kunjungan kerja lima hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke negara berpenduduk 1,3 Miliar jiwa tersebut maka aku yang mewakili Jurnal Nasional langsung mencari informasi mengenai praktek pemberantasan korupsi di China. Mulai dari bertanya ke sana kemari pada teman-teman dari Kedubes RI, hingga membaca dari media-media terbitan China sendiri seperti China Daily dan Shanghai Daily.

Ada satu berita kecil Shanghai Daily, harian berbahasa Inggris soal pemberantasan korupsi di China edisi Minggu, 29 Oktober 2006. Tulisan yang ditulis oleh Wang Yong, seorang ilmuwan asal Shanghai itu mengajak agar para penegak hukum pemberantas korupsi tidak sekedar bekerja saat mereka mengenakan seragamnya saja. ”Corrupt cops should not just take off their uniforms” begitu judul tulisannya.

Wang Yong tampaknya berupaya mengajak penegak hukum di China untuk bekerja lebih keras lagi. Contoh kasus yang dia angkat adalah kasus kecelakaan bus di Chongqing yang menelan 30 jiwa penumpangnya. Menurut dia, itu bukan semata-mata kasus kecelakaan lalu lintas biasa. ”Investigasi yang dilakukan oleh polisi menunjukkan bahwa kecelakaan itu terjadi akibat adanya korupsi yang terjadi di tubuh perusahaan bus tersebut sehingga mengijinkan operator bus mengangkut jumlah penumpang melebihi kapasitas,” tulisnya.

Dia menginginkan polisi bertindak lebih jauh dengan mengusut kasus kecelakaan tersebut hingga ke akar-akarnya yaitu kasus korupsi di perusahaan bus. Itu merupakan contoh kasus, bagaimana media di China mendorong upaya pemerintah China melakukan pemberantasan korupsi secara besar-besaran.

Hingga kini, sedikitnya 17.500 pejabat yang terlibat korupsi telah dihukum dengan keras oleh pemerintah. Angka tersebut diungkapkan di tengah-tengah skandal korupsi di Shanghai tentang penyalahgunaan dana pensiun negara yang mengguncang kota berpenduduk 17 juta jiwa tersebut.

Dua orang pejabat tinggi di Shanghai dilaporkan telah menjadi korban terbaru dalam skandal ini. Ling Baoheng dan Wu Hongmei, dari Komisi Pemantauan dan Administrasi Aset Negara, kini sedang ditanyai oleh aparat berwenang.

Perang melawan korupsi yang dicanangkan pemerintah komunis China sejak tahun 2003 telah menyikat sedikitnya 67.505 pejabat pemerintah China, termasuk juga sejumlah pejabat tinggi Partai Komunis China. ”Data ini menunjukkan bahwa jaksa di negara ini bertekad untuk menghilangkan korupsi,” kata Wang Zhenchuan, wakil jaksa utama Cina seperti dikutip oleh China Daily.

Pemerintah berusaha untuk menghentikan korupsi yang merajalela, karena khawatir praktek ini akan membuat pemerintahan Partai Komunis menjadi semakin lemah dan tidak berwibawa di mata rakyatnya.

Jaksa Agung China, Jia Chunwang, dalam sebuah konperensi tentang korupsi di Beijing pekan ini mengatakan bahwa ”korupsi, jika tidak dikendalikan, akan mengancam demokrasi dan aturan hukum, dan mendorong peningkatan kejahatan terorganisasi dan terorisme. Karena itu perang melawan korupsi harus terus digalakkan di segenap lapisan pemerintah China”.

Berminggu-minggu, media di China baik cetak maupun elektronik gencar memberitakan kasus korupsi yang terbesar dan menjadi sorotan dalam beberapa bulan ini. Utamanya penyelidikan tentang dugaan penyalahgunaan dana pensiun di Shanghai, bernilai jutaan dollar AS.

Lebih dari 50 orang sampai sejauh ini sudah ditahan sehubungan dengan skandal ini, menurut laporan Hongkong Standard, sebuah koran besar di Hong Kong. Mereka yang ditangkap termasuk beberapa pejabat senior Shanghai dan sejumlah pengusaha.

Pejabat tertinggi pertama yang terseret ke dalam skandal Dana pensiun ini adalah Chen Liangyu, yang dipecat dari jabatannya sebagai ketua Partai Komunis di Shanghai pada September lalu. Tokoh dan pejabat lain yang terseret dalam kasus itu termasuk pimpinan Formula Satu di Cina, Yu Zhifei, yang sudah ditanyai oleh aparat berwenang, dan kepala badan statistik negara itu, Qiu Xiaohua, yang dipecat dari jabatannya.

Salah satu orang terkaya di negara itu, Zhang Rongkun, akhirnya ditahan juga akibat terlibat dalam skandal Shanghai tersebut. Lebih dari 100 penyidik dari pemerintah pusat dikirim ke Shanghai untuk menelusuri uang yang hilang dari dana jaminan sosial Shanghai yang senilai 10 milyar yuan (US$ 1,25 milyar). Dana ini secara gelap digunakan sebagai pinjaman dan investasi ilegal di bidang real estate dan proyek-proyek infrastruktur lainnya.

Pembangunan fisik di China memang berlangsung luar biasa dan dalam skala yang masif. Kota bisnis dan pusat industri di pantai Timur China tersebut berdandan bak gadis rupawan China yang sedang mekar-mekarnya. Shanghai sebagai contoh. Dari udara, kota tersebut mirip kota-kota di belahan bumi barat, penuh bangunan pencakar langit dan jalan-jalan raya yang padat kendaraan.

Namun, seperti juga negara-negara yang sedang gencar berkembang dari segi bisnis dan ekonomi maka penyakit korupsi merajalela di China.

Kerasnya hukuman bagi pelaku korupsi ternyata tidak membuat jera para pelaku korupsi di negara tersebut. Hukuman maksimal bagi pelaku tindak pidana korupsi di China adalah hukuman mati ditambah penyitaan total harta benda milik para pelaku korupsi. Begitulah.

Berkunjung ke Negeri China (2)


Mengemas Wisata Sungai ala China

HARI ketiga aku mengikuti kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke China sungguh menarik. Bila sebelumnya kita mengikuti sejumlah acara seremonial, kali ini kita bisa sedikit bersantai. Tuan rumah mengajak rombongan dari Indonesia itu untuk berpesiar sejenak, dan itu dimanfaatkan untuk mempelajari perkembangan pariwisata di negara tersebut.

Memang, beberapa kota di China menjadi daya tarik utama negara tersebut, berkat keindahan alamnya, nilai sejarah maupun kedinamisan sebuah kota modern. ”Kita ingin belajar dari China. Pariwisata disini dikelola dengan baik dan banyak contoh lokasi wisata di China dikelola dengan manajemen yang berdisiplin tinggi sehingga berkembang dengan sangat baik,” ujar kepala negara kepada para wartawan sebelum memulai kunjungan menuju dua tempat wisata paling utama di Guilin, China Selatan.

Kedua tempat wisata tersebut adalah wisata sungai menyusuri Sungai Li (Li Jiang) dan wisata gua karst Reed Flute Cave. Disebut sebagai pusat wisata paling utama karena kunjungan wisatawan dunia menuju dua lokasi tersebut jumlahnya mencapai tidak kurang dari 10 juta wisatawan pertahun.

Pelayaran kapal menelusuri Sungai Li yang membelah kota Guilin merupakan atraksi wisata yang terkenal di China, dengan pemandangan alam di sepanjang daerah aliran sungai yang indah dan menakjubkan. Presiden SBY dan seluruh rombongan tak henti-hentinya berdecak kagum menyaksikan keindahan alam pegunungan di sepanjang aliran sungai bermula dari dermaga Zhujiang, Guilin dan berakhir di Desa Yangshuo.

Selama tiga jam lebih, para peserta kunjungan kerja dari Indonesia tersebut mendapat informasi berharga dari pejabat kota Guilin yang ikut serta dalam rombongan tersebut bagaimana pemerintah kota mengelola wisata sungai tersebut. Dua kapal ferry mengangkut rombongan menyusuri sungai Li yang lebarnya sekitar 50 meter tersebut sejauh 80 km ke arah hilir.

Di sepanjang perjalanan, selain menyaksikan pemandangan alam yang mempesona, mereka juga dapat menyaksikan langsung kehidupan masyarakat China di pedesaan sepanjang sungai mulai dari menangkap ikan, menggembala kerbau maupun beternak itik dan angsa. Meski cukup panjang dan lama, perjalanan wisata sungai tersebut sama sekali tak menjemukan apalagi para pemandu wisata cukup terlatih memberikan informasi mengenai apa saja yang dapat disaksikan sepanjang perjalanan.

Sungai Li sendiri tampak terawat, jernih dan terlihat batu-batuan di dasar sungai. Yang mengherankan, meski sepertinya tidak terlalu dalam, kapal ferry yang membawa rombongan tidak pernah kandas atau terbentur batu-batuan sungai yang banyak terdapat di sepanjang aliran sungai tersebut. Saat waktu makan siang, sejumlah hidangan sungai seperti ikan, udang dan masakan khas China dihidangkan pada peserta tur.

Tidak hanya Presiden SBY saja yang diundang menikmati wisata di Guilin, kepala negara dari Filipina yaitu Presiden Gloria Macapagal Arroyo beserta rombongan juga melakukan hal serupa. Hanya saja Arroyo berangkat sejam lebih dahulu dengan menggunakan kapal ferry yang lain.

Rombongan berhenti di dermaga Yangshuo dan langsung melanjutkan wisata menelusuri gua karst yang dikenal dengan stalaktit, stalakmit dan tirai batu yang umurnya sudah ratusan ribu tahun. Wisata penelusuran gua yang menaiki lebih dari 100 anak tangga dari batu tersebut sungguh menarik. Pemandu wisata juga pandai bercerita mengenai tampilan-tampilan stalaktit dan stalakmit di gua tersebut.

Hadir pada acara kunjungan wisata tersebut adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan para pejabat di kementerian tersebut. Usai kunjungan, tanpa membuang waktu, SBY langsung menggelar pertemuan dengan para menterinya untuk mengevaluasi sektor pariwisata nasional yang diakui agak mundur saat ini. ”Pariwisata berada jauh di bawah target rencana pembangunan kita,” kata SBY.

Jadi, sepatutnyalah sentilan kepala negara itu hendaknya dijadikan para pegiat sektor pariwisata untuk segera berbenah. Bayangkan saja, daerah aliran sungai saja bisa dikemas menjadi atraksi wisata yang menarik. Padahal kita di Indonesia mempunyai banyak sekali sungai-sungai besar yang dibiarkan begitu saja, tidak dikelola dengan baik. Padahal bila dipoles sedikit banyak turis bersedia membayar untuk menikmati pelayaran sungai sebagaimana yang ada di Guilin itu. (iwan samariansyah).

Squash, Olahraga Penuh Energi


Oleh : Iwan Samariansyah

APA YANG biasa anda lakukan setiap hari ? Jam 5 pagi ! Bangun, berdoa, mandi, makan, dan berangkat kerja. Rata-rata, begitulah aktivitas setiap orang dewasa yang bekerja, setiap harinya. Di sore hari, mereka menjadi terlalu lelah untuk melakukan kegiatan berat. Mereka cenderung untuk bersantai dan akhirnya tidur. Esoknya, rutinitas yang sama terulang kembali. Lalu kapan waktu untuk berolahraga?

Memang, menurut penelitian, hanya 1 dari 5 orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, yang menyempatkan diri untuk berolahraga. Padahal Padahal seperti sudah diketahui umum, kurang olahraga bisa mengundang berbagai macam penyakit dan tentu saja mengarah ke kecenderungan penumpukan lemak alias obesitas. Kendala kebanyakan orang sebenarnya bukan karena tidak punya waktu melainkan karena malas bergerak.

Oleh karena itu, para pakar olahraga kemudian menganjurkan olahraga squash buat mereka yang malas bergerak. Aneh tapi nyata. Tetapi itulah yang terjadi. Untuk mereka yang malas berolahraga, lakukan olahraga yang paling cepat menguras energi. Dan squash adalah olahraga penuh energi. Hanya sebentar saja kita bermain squash maka untuk yang paling malas sekalipun, akan langsung mandi keringat.

Olahraga ini memang dikenal cepat menyegarkan raga. Bahkan untuk para penggila squash, olahraga ini tidak hanya sekedar menyegarkan raga, akan tetapi juga melatih naluri berkompetisi. It's full of tricks, begitu komentar para eksekutif di Jakarta yang tergila-gila dengan olahraga ini. Hanya saja, entah mengapa, seperti juga golf, squash dikenal sebagai olahraga mahal dan elitis ! Hanya cocok untuk kaum berduit.

Bisa jadi hal itu disebabkan karena lokasi untuk bermain squash adanya di tempat-tempat yang terkesan ”mahal” misalnya di Hotel atau komplek apartemen. Atau tempat yang lebih terbuka adalah di Manggala Wanabhakti. Jam menunjukkan pukul 20.00 saat beberapa pemain squash muncul di lobi sebuah apartemen di kawasan Sudirman, Jakarta. Molor hampir satu jam dari janji awal mereka.

Begitulah. Banyak pemain squash mengayunkan raketnya malam hari, karena saat itulah mereka bisa berolahraga. Tempat main squash di Jakarta memang terbatas sekali. Bahkan tidak semua apartemen punya fasilitas untuk bermain squash. Kalaupun ada, tempatnya terlalu terbuka. Privasi jadi kurang terjaga, padahal banyak pemain squash yang enggan bermain di tempat terbuka.

Setumpuk perlengkapan squash ditenteng para pemain tersebut dari dalam mobil yang diparkir di luar apartemen : dua raket squash, dua bola berwarna hitam, sepatu, dan kaus kaki. Mereka memang harus selalu menyiapkan tas lengkap berisi perlengkapan bermain squash. Jadi, kapan pun ada yang mengajak bermain, tinggal angkat. Cuma butuh beberapa menit untuk "masuk" ke dalam permainan.

Squash memang permainan yang penuh energi. Pukulan-pukulan yang dilayangkan harus kencang dan terarah ke tempat di mana biasa poin bisa diperoleh. Lenyap sudah segala kelelahan di wajah para penggila squash tersebut. Mereka tampak bersemangat. Mereka bermain berpasangan, satu ruangan untuk dua orang. Bergantian bola dipukul ke arah dinding dan keringat dengan cepat membanjiri tubuh mereka. Memang lebih asyik bermain ganda. Lebih menantang.

Penuh Taktik dan Kompetisi

Main squash, memang lebih dari sekadar mencari kebugaran fisik. Sebab, kata beberapa penggila squash, olahraga ini adalah olahraga yang mencerminkan karakter. "Represent my character. I really like this sport," tegas salah satu penggila squash kepada Jurnal Nasional. Bagi mereka, squash adalah olahraga yang unik, kental dengan cita rasa kompetisi. Squash benar-benar olahraga penuh energi.

Maklumlah, dengan lapangan yang tak begitu besar, ia harus berbagi dengan pemain lain. Belum lagi bolanya yang terus bergerak dan memantul dengan cepat. Squash adalah permainan yang penuh trik. Sangat kompetitif. Ini seperti karakter banyak kalangan eksekutif di Jakarta, yang juga sangat menyukai kompetisi. Untuk pemula, bisa dipastikan dalam tempo tiga menit saja, anda bakal kehabisan nafas.

Lebih dari sekadar meningkatkan stamina, olahraga ini pun mengajarkan banyak strategi, termasuk bagaimana mengambil sikap dalam pekerjaan dan kehidupan. Misalnya, squash mengajarkan untuk tak perlu bereaksi berlebihan atau panik terhadap setiap peristiwa. Ini persis dalam permainan squash, di mana kadang pemain tak perlu mengejar bola dengan tergopoh-gopoh.

Mengapa ? Sebab, cukup dengan satu langkah lebar, ia sudah bisa menggapai bola. Masih dalam permainan squash, pantulan bola pun mengajarinya banyak hal. Misalnya, apabila bola memantul di atas 0,5 meter atau di bawahnya, semuanya harus disikapi dengan langkah yang berbeda. Lagi-lagi disini para pemain squash bisa belajar banyak mengenai strategi bermain squash.

Squash memang permainan yang mengajarkan strategi dan taktik. Para pemainnya menjadi terbiasa bergerak cepat, juga jadi cepat memikirkan taktik. Hanya saja, berbeda dengan golf, squash kurang bisa dipakai untuk melakukan lobi. Maklum permainan dilakukan di ruangan yang relatif terbatas dan memerlukan energi yang relatif besar pula. Meskipun bukannya tidak bisa. Tinggal bagaimana mengatur waktunya saja.

Begitulah, squash ternyata bukan sekadar permainan memukul bola yang membuat raga bugar. Ia juga mengajarkan banyak hal. Maka tak heran jika banyak yang menyukainya, seperti Philips Purnama, direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk., atau Fathia Syarif, manajer public affairs communications AMEX Ltd. Bahkan juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yosgiantoro. (***).