Selasa, Januari 18, 2011

Pentingnya Pemeliharaan Turbin

Karyawan Siemens sedang menginspeksi turbin

BILA sebuah turbin dalam sebuah Pembangkit listrik dioperasikan terus-menerus, tentu saja lama kelamaan akan aus. Karena itu pemeliharaan rutin untuk turbin penting dilakukan agar masa pakainya bisa lebih lama. Dari segi pemeliharaan, unit PLTG mempunyai selang waktu pemeliharaan  (time between overhaul) yang pendek, yaitu sekitar 4.000 – 5.000 jam operasi.

Maklumlah. Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa startnya pendek, yaitu antara 15-30 menit, dan kebanyakan dapat distart tanpa pasokan daya dari luar (black start), yaitu menggunakan mesin diesel sebagai motor start. Makin sering unit mengalami start-stop, makin pendek selang waktu pemeliharaannya. Walaupun jam operasi unit belum mencapai 4.000 jam, tetapi jika jumlah startnya telah mencapai 300 kali, maka unit PLTG tersebut harus mengalami pemeriksaan (inspeksi) dan pemeliharaan.

Saat dilakukan pemeriksaan, hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah bagian-bagian yang terkena aliran gas hasil pembakaran yang suhunya mencapai l.300°C, seperti : ruang bakar, saluran gas panas (hot gas path), dan bilah-bilah turbin. Bagian-bagian ini umumnya mengalami kerusakan (retak) sehingga perlu diperbaiki (dilas) atau diganti. Pabrik di Cilegon mampu melakukan perawatan turbin ini dengan baik.

Proses start-stop akan mempercepat proses kerusakan (keretakan) ini, karena proses start-stop menyebabkan proses pemuaian dan pengerutan yang tidak kecil. Hal ini disebabkan sewaktu unit dingin, suhunya sama dengan suhu ruangan (sekitar 30°C) sedangkan sewaktu operasi, akibat terkena gas hasil pembakaran dengan suhu sekitar 1.300°C.

Dengan memperhatikan buku petunjuk pabrik, ada pula unit PLTG yang boleh dibebani lebih tinggi 10% dari nilai nominalnya selama dua jam, yang dalam istilah tekniknya disebut peak operation. Apabila dilakukan peak operation, maka hal yang harus diperhitungkan adalah pemendekan selang waktu antara inspeksi, karena peak operation menambah keausan yang terjadi pada turbin gas sebagai akibat kenaikan suhu operasi.

Dari segi masalah lingkungan, yang perlu diperhatikan adalah masalah kebisingan, jangan sampai melampaui ketentuan yang dibolehkan.  Sebagaimana juga yang terjadi pada PLTU, masalah instalasi bahan bakar, baik apabila digunakan BBM maupun apabila digunakan BBG, perlu mendapat perhatian khusus dari segi pengamanan terhadap bahaya kebakaran.

Dari segi efisiensi pemakaian bahan bakar, unit PLTG tergolong unit thermal yang efisiensinya paling rendah, yaitu berkisar antara 15-25%. Dalam perkembangan penggunaan unit PLTG di PLN, akhir-akhir ini digunakan unit turbin gas aero derivative, yaitu turbin gas yang mirip dengan yang digunakan pada pesawat terbang bermesin jet yang dimodifikasi menjadi turbin gas penggerak generator. Keuntungan dan pemakaian unit aero derivative, yaitu didapat unit yang dimensinya lebih kecil dibanding unit stationer untuk daya yang sama. Di samping itu, harga unit bisa lebih murah karena inti turbin strukturnya kurang lebih sama dengan turbin gas pesawat terbang.

Iwan Samariansyah/Majalah Eksplo edisi 26/Agustus 2009

Tidak ada komentar: