Rabu, April 09, 2008

Duran-Duran


Oleh : Iwan Samariansyah

GRUP musik kesukaan saya pada masa remaja, Duran-Duran akhirnya manggung kembali di Jakarta. Penampilan pertama di ibukota terjadi pada 1994. Inilah grup legendaris yang di kalangan penggemarnya tak kalah populer dengan grup Band era 1960-an, The Beatles. Selasa (8/4) malam lalu lima personil Duran-Duran tampil menggebrak Jakarta di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre (JCC) mulai pukul 20.00 WIB. Wuih, keren.

Sama seperti The Beatles, band ini juga lahir di Inggris. Bedanya, kalau The Beatles lahir di kota pelabuhan Liverpool maka Duran-Duran lahir di Birmingham, London pada 1980. Duran Duran adalah raja pop pada eranya. Setelah sukses selama lebih dari 20 tahun, mereka tetap bertahan hingga kini. Luar biasa.

Saya mengenang penampilan Simon John Charles LeBon (vokal), Nigel John Taylor (bas), Andrew Taylor (gitar), Nick Rhodes (keyboard) dan Roger Andrew Taylor (drum) dengan perasaan melankolik. Maklumlah. Pada masa jayanya, kelompok band cowok tampan ini menjadi trendsetter bagi remaja-remaja seperti saya saat itu. Rambut saya pun dipermak agar mirip dengan John Taylor.

Melengkapi itu, saya juga tergila-gila dengan novel kocak besutan Hilman Hariwijaya, dengan tokohnya Lupus. Hilman dan Lupus juga seperti kami semua, tergila-gila dengan Duran-Duran dan John Taylor. Klop. Gaya ngocol Lupus yang cuek dan semau gue, bisa diterima publik remaja dan membuat kami merasa diwakili hingga akhirnya menjadikannya sebagai simbol remaja era 1980-an.

Selama bersekolah, saya dan teman-teman memasukkan Duran-Duran sebagai salah satu menu wajib obrolan kami. Apa album terbarunya, sudah hafal belum dengan lirik lagu The Reflex atau Notorious (1986) dan sebagainya.

Pesta-pesta ulang tahun sekolah menjadi ajang bagi sejumlah teman yang jago bermain musik untuk tampil sebagai Duran-Duran imitasi. Begitu juga pesta perpisahan dengan kakak kelas, atau pesta sambutan selamat datang bagi adik kelas. Pendek kata, tiada pesta tanpa kehadiran Duran-Duran. Dinding kamar saya juga dipenuhi poster John Taylor dan Nick Rhodes dalam berbagai ukuran.

Setidaknya remaja yang tak tahu info mengenai Duran-Duran bakal merasa nggak gaul. Musik mereka diputar oleh semua radio swasta saat itu. Album-album mereka mulai dari Planet Earth (1980), Duran Duran (1981), Rio (1982), Seven And The Ragged Tiger (1983), Arena (1984), Notorious (1986), Big Thing (1988) dan Liberty (1990) dikoleksi banyak remaja ketika itu.

Beberapa lagu mereka macam; 'Is There Something I Should Know', 'Wild Boys', 'Union Of The Snakes', 'The Reflex' terus merajai anak tangga lagu di lima benua. Setahu saya, nama grup yang bermain musik di bawah bendera Capitol Record ini dikenal juga sebagai grup band langganan yang meraih banyak penghargaan. Mulai dari MTV Eropa hingga ke platinum di Jepang dan Amerika.

Genre tahun 1980-an memang genre musik pop dan rock. Bisa dikatakan saat itu jenis musik tersebut 'ngetrend banget' dan sedang mewabah di blantika musik dunia. Kondisi inilah yang tampaknya mendorong Nick Rhodes dan John Taylor sebagai proklamator Duran-Duran membuahkan ide membentuk sebuah format band yang membawakan kemasan lagu pop, new wave, funk dan disco namun agak berbau rock.

Sumber-sumber yang saya baca menyebutkan bahwa band ini terinspirasi oleh jenis musik David Bowie dan awalnya ketika didirikan pada 1978 bernama Barbarella. Untuk memperkuat tim mereka, Nick (kibor) dan John (gitar), menggaet Simon Colley (bas, clarinet) dan Stephen Duffy (Vokal). Nama Barbarella diambil dari cuplikan seorang tokoh berkarakter dalam film besutan Roger Vadim, Psychedelic Scifi.

Waktu itu, tentu saja band mereka belum dikenal. Mereka memulai dengan bermain musik di Birmingham Club. Tampil hanya berempat, dengan meng- gunakan back-up MIDI drum machine. Setahun kemudian Duffy dan Colley mengundurkan diri dari Barbarella. Sebagai gantinya masuklah seorang bintang TV, Andy Wickett menempati posisi vokal serta Roger Taylor sebagai drummer.

Pada 1979, grup ini mulai membuat demo lagu. John Taylor lantas menukar instrumennya ke bass, sementara posisi gitaris yang kosong di isi oleh John Curtis. Curtis hanya bertahan satu bulan, dan posisinya kemudian digantikan Andy Taylor, seorang jagoan melodi di Birmingham. Terakhir, sang vokalis Andy Wickett, juga mundur.

Kemunduran Wickett ditutupi oleh Simon Le Bon, musisi pendiri band beraliran Punk bernama 'Dog Days' yang akhirnya setuju bergabung dengan Barbarella di awal 1980. Bersamaan dengan itu, lahirlah nama band baru, bernama Duran-Duran. Ini berbarengan dengan kemunculan album perdana mereka, 'Planet Earth', yang di garap oleh EMI Records. Album mereka sukses besar. Era 1980-an benar-benar menjadi milik mereka.

Sukses berat yang mereka alami melambungkan nama mereka ke seantero dunia. Tiket pergelaran hingga kaset ataupun CD mereka selalu jadi incaran para Duran Duran mania di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Apalagi dengan didukung klip semacam 'Girls On Film' dan 'The Chaffeur' yang begitu kontroversial di Inggris karena berkonteks sensual. Anak-anak muda itu benar-benar menikmati ketenaran yang luar biasa.

Tidak mengherankan bilamana penonton yang datang pada pentas Duran-Duran itu adalah para eks remaja 1980-an yang bisa jadi saat ini usia mereka rata-rata sekitar 35 – 40-an tahun. Satu-satunya yang menjadi kendala bagi saya dan mungkin sejumlah Duran-Duran mania adalah harga tiketnya yang terlampau mahal. Harga tiket termurah Rp 750 ribu. Wow, mana tahan !

Dimuat di Koktail, edisi 029 Minggu II April 2008



Tidak ada komentar: