Makin banyak kaum profesional
Oleh : Iwan Samariansyah
BERAWAL dari rasa ingin tahu, Minggu (31/3) lalu saya tergerak untuk menghadiri undangan pertemuan sebuah komunitas. Komunitas itu bernama Lingkar LOA, sebuah komunitas yang dibangun oleh mereka yang tertarik dengan fenomena LOA atau Law of Attractions. Sejumlah pihak menterjemahkannya sebagai hukum ketertarikan.
LOA buat saya, bukanlah hal yang baru. Saya pernah membaca buku dengan judul yang sama. Penulisnya, Michael J Losier dikenal sebagai seorang trainer, praktisi NLP (Neuro Linguistic Program) asal
Neuro Linguistic Program (NLP) sendiri lahir saat seorang ahli matematika dan Computer Programming, Richard Bandler dan seorang Profesor Linguistik, John Grinder pada 1970-an mencoba mempelajari keahlian sejumlah pakar dan terapis yang teramat sukses di bidangnya. Metode yang dipergunakan untuk mempelajari keahlian ini disebutnya sebagai ”modelling” (ilmu memodel).
NLP lantas dipopulerkan oleh Anthony Robbins hingga meluas di AS dan seluruh dunia. Robbins, pria asal AS ini juga sungguh fenomenal. Awalnya, Robbins hanyalah seorang office boy yang bekerja rangkap sebagai seorang salesman. Namun, usai mempelajari NLP, Anthony Robbins menjadi motivator kondang di AS. Terakhir, dia dikenal sebagai penasehat mantan Presiden AS Bill Clinton dan petenis Andre Agassi.
Karena sama-sama menggunakan pendekatan psikologi, maka NLP dan LOA kerap dikaitkan satu sama lain.
Pertemuan para anggota milis Lingkar LOA itu bertempat di sebuah restoran di kawasan Blok M Plaza. Saya datang ke pertemuan tersebut dengan mengajak serta isteri saya, yang juga punya rasa penasaran sama dengan saya. Saya agak heran dengan makin banyaknya kalangan profesional yang tertarik dan kerap memperbincangkan fenomena LOA, The Secret dan NLP di berbagai forum.
Saat tiba di tempat pertemuan, saya disambut hangat Ronny F. Ronodirdjo, fasilitator dan sekaligus tokoh di balik perkembangan pesat fenomena LOA dan NLP di Indonesia. Saya dan isteri mengenal Ronny cukup lama, karena kami satu almamater. Lulusan psikologi UGM tahun 1988 ini cukup lama berkecimpung di dunia profesional sebelum akhirnya mengubah arah hidupnya menjadi trainer NLP full-time.
Dalam situs pribadinya, Ronny menulis bahwa saat ini NLP seolah tengah menjadi suatu bidang baru yang digandrungi oleh berbagai pihak di Indonesia. Mulai dari eksekutif papan atas, pengusaha, psikolog, dokter, olahragawan, dosen, bintang film bahkan sampai politisi tergila-gila pada NLP. ”Mempelajari NLP mirip dengan mempelajari manual otak manusia, terkadang disebut sebagai people skill technology, atau disebut juga psychology of excellence,” tulis pria kelahiran Yogyakarta itu.
Selain Ronny, saya disambut oleh Henny Budi Hastuti, salah satu anggota milis yang secara sukarela mengajukan diri menjadi panitia pertemuan tersebut. Maklumlah, Henny punya pengalaman panjang di bidang event organizer sehingga dia bersedia mengajukan diri menangani pertemuan tersebut. ”Ada tiga puluh peserta yang confirm hadir pada pertemuan kita ini. Mungkin lebih,” ujarnya pada saya.
Di depan ruangan sudah tersedia video projector yang saat saya datang tengah menayangkan materi-materi mengenai LOA dan NLP. Tak lama kemudian, sekitar jam 10.30 WIB, Ronny membuka acara tersebut. 35 peserta hadir saat itu. Dia lantas memperkenalkan Issa Kumalasari (36 tahun), kolega Ronny sesama trainer NLP. Menariknya Issa mengembangkan salah satu model NLP yang dikenal dengan nama Time Line Theraphy (terapi garis waktu).
Time Line Therapy (TLT), menurut Issa, ditemukan oleh Tad James, seorang dokter asal AS pada 1985. Lewat TLT, semua orang bisa dengan mudah dan praktis menghilangkan akar kenangan pahit kehidupan. Hasilnya juga berjangka panjang. ”Tujuan terapi ini adalah hidup yang lebih baik, sehat, dan mendapatkan apa yang kita inginkan,” kata ibu satu anak ini kepada saya.
Issa Kumalasari adalah sosok trainer perempuan yang menarik. Dia pemegang berbagai sertifikat pelatih, di antaranya Time Line Therapy, Neuro Linguistic Programming (NLP), dan juga pemegang sertifikat master hypnoterapist. Sejak 2002, dia mengembangkan dan mempraktikkannya di
Yang menarik, Issa bertutur bahwa dirinya pernah mendapatkan cobaan berat. Pada suatu hari Minggu malam di bulan Agustus 2006, dia mengalami peristiwa naas dalam hidupnya. Sepulang dari sebuah mal di kawasan Jakarta Utara, ia menjadi korban kejahatan di dalam sebuah taksi. Harta benda yang dibawa berikut yang melekat di tubuhnya dipreteli satu persatu. Tak cukup itu, pelaku pun mencabik-cabik kehormatannya sebagai perempuan. Ia menjadi korban perkosaan !
Tak bisa dibayangkan besarnya trauma yang disandang Issa. Sebagai orang yang menguasai TLT, maka diapun langsung menerapkannya untuk mengatasi trauma yang menimpa dirinya itu. Dan dia berhasil.
”Saya ingat kata-kata Dr. Tad James di kelas pelajaran TLT. Ia bilang, “Its Ok kalau kamu mendapatkan masalah besar. Masalahnya, seberapa lama kamu bisa tinggal dalam masalah itu.”
Setelah ingat itu, saya melakukan TLT. Berulang kali. Saya mengambang naik ke atas melewati anak tangga, kemudian kembali turun, begitu seterusnya. Perlahan saya berhasil mengatasi trauma itu,” kenangnya.
Menurut Issa, Time line adalah sebuah katalog atau directory untuk melakukan pengkodean kembali pikiran bawah sadar (PBS), yang biasanya terjadi secara tidak sadar pula. Pikiran bawah sadar adalah bagian penting dari pikiran kita yang secara tidak sadar mempengaruhi kehidupan. Percaya tidak percaya, katanya, pikiran bawah sadar adalah sumber untuk setiap pembelajaran, perubahan, dan perilaku kita sehari-hari.
Bagaimana cara kita menemukan time line? ”Cuma dengan membayangkan sejenak siapa yang menjalankan tugas mengedipkan mata, memacu denyut jantung, atau memproses makanan di dalam perut kita.
Issa yang membawakan materinya dengan sangat menarik memang sempat membingungkan beberapa peserta, termasuk saya. Eh, ternyata dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. ”Bagus kalau anda bingung. Karena saya dulu juga begitu. Kalau bingung berarti otak anda berkembang,” ujarnya, tersenyum.
Ronny juga membenarkan hal itu. Menurut dia, wajar bila orang yang pertama kali belajar fenomena LOA bingung untuk memahami TLT. ”Bila anda bingung berarti anda ingin maju terus. Tandanya anda berada dalam situasi conscious incompetence. Jika ikut training atau belajar terus pasti akan maju ke tahap conscious competence, dan jika dilatih terus akan pindah ke tahap excelence (unconscious competence),” tegas mantan anggota tim media untuk Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Begitulah. Tampaknya itulah yang membuat NLP semakin diminati banyak orang. Mereka yang menginginkan hidup yang lebih baik dan ingin menjadi manusia yang berfikir positif tentu cocok dengan model ini. Pelatihannya sederhana, mudah dan bisa dipelajari secara mandiri.
#########################################
TIPS
Cara mengetahui time line Anda
- Ingatlah sesuatu hal yang telah terjadi bulan lalu, setahun lalu, 2 tahun yang lalu, 3, 4, 5…10 tahun yang lalu. Misalnya saja : kapan anda membayar tagihan listrik bulan lalu?
- Nah pada saat Anda mengingatnya, dapatkah anda sadari bahwa memori itu datang atau berasal dari dan menuju arah mana. Anda mungkin akan merasa itu masa lalu datang dari sebelah kiri dan masa depan menuju ke kanan, dan bahkan ada orang yang time line nya spiral atau berbentuk seperti kue lapis. Tetapi kebanyakan orang merasa bahwa semua masa lalu datang dan berasal dari belakang kepala, dan masa depan kepala menuju ke depan. Ini sangat individual dan beragam.
- Ulangi langkah 1 & 2 untuk 1 bulan ke depan ,1 tahun, 2, 3...5 tahun ke depan atau 10 tahun ke depan.
- Sekarang gambarkan, dimanakah ”The Past” dan "The Future"? Apabila keduanya di hubungkan maka dapat dibentuk sebuah garis (tidak selalu garis lurus, bisa berupa kurva, spiral, garis zig-zag tak beraturan dan sebagainya).
- Apabila Anda belum menemukannya, ulangi langkah 1-4, dan yang penting bangunlah hubungan dengan pikiran bawah sadar Anda. Tanyakan pada pikiran bawah sadar anda.
Memanfaatkan Time Line untuk Meredam Emosi :
- Bila sudah menemukan dan mengetahui time line anda, lakukan test drive. Caranya anda konsentrasi dan mulai membayangkan anda mengambang naik ke atas time line anda sehingga anda seolah-olah ada di atas time line dan naik lagi lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, setingginya sampai time line terlihat hanya 1 inch ..... (dalam melakukan hal ini pastikan Anda merasakan benar – benar mengambang naik di atas time line).
- Yang mesti diperhatikan, mengambang naik diatas Time Lime bukan berjalan atau menyusuri Time Line. Lakukan saja senyaman mungkin. Sekarang anda boleh pergi ke masa lalu anda. Sekarang anda boleh pergi kembali ke masa lalu anda. Ingat anda masih mengambang di atas time line anda, kemudian pergi ke masa depan. Setelah selesai Anda boleh kembali ke sekarang/posisi anda dan membuka mata.
- Setelah anda lancar melakukan test drive, lakukan terapi sederhana. Carilah satu peristiwa yang sangat anda cemas atau khawatirkan pernah terjadi pada diri anda di masa lalu. Cari apa sebanarnya yang anda cemaskan itu.
- Kemudian tutup mata anda, dan bayangkan diri anda mengambang naik diatas time Line dan pergi ke 15 menit setelah peristiwa yang anda cemaskan telah terselesaikan dengan berhasil dan sukses.
- Setelah anda sampai disana putar badan dan anda menghadap dan lihat sekarang dan sepanjang Time Line anda. Nah dinama rasa was-was, cemas dan ketakutan anda itu sekarang ? Sudah hilang atau masih ada ? Bila masih ada, ulangi lagi langkah 3 dan 4. Bila sudah hilang ?! Wah selamat. Anda sekarang tahu teknik yang mudah, ringan dan menyenangkan dan dapat di gunakan kapan saja saat anda merasa khawatir.
- Pastikan Anda mebayangkan peristiwa yang anda khawatirkan terselesaikan dengan sukses dan berhasil. Karena hal ini adalah kunci dari suksesnya latihan ini, dan pengaruhnya juga berjangka panjang.
1 komentar:
Tulisan artikel di blog Anda bagus-bagus. Agar lebih bermanfaat lagi, Anda bisa lebih mempromosikan dan mempopulerkan artikel Anda di infoGue.com ke semua pembaca di seluruh Indonesia. Salam Blogger!
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/kesehatan/meredam_emosi_dengan_time_line_theraphy/
Posting Komentar