Senin, Agustus 13, 2007

Latihan Kepemimpinan Alam Bebas (2)


Berperang Melawan Para Komandan

MENGASYIKKAN. Mungkin itulah yang kebanyakan kami rasakan setelah hari pertama Outbond terlewati dan malam menjelang. Ceramah Pak Yakub tentang jati diri dan karakter seorang pemimpin juga benar-benar mempesona. Materinya bagus dan retorika atau cara penyampaian pada para peserta juga menarik. Kuperhatikan tak seorangpun mengantuk saat ceramah berlangsung, bahkan terkesan amat antusias.

Saat sesi kelas hendak dimulai, Pak Yakub menawarkan pada teman-teman yang ingin dibaca karakternya mengajukan diri sebagai sukarelawan. Majulah Mbak Atik (Retno Kustiati), redaktur halaman Yudisial juga asisten Redpel seksi dua dan Hikmat, redaktur Olahraga Jurnas minggu. Pertama-tama, mereka diminta menggoreskan tanda tangan di papan tulis. Baru kemudian dianalisis oleh Pak Yakub. Luar biasa. Tepat semua hasilnya.

Tak perlu kuceritakan secara rinci, tipe pemimpin seperti apakah Mbak Atik dan Hikmat. Yang jelas keduanya menyetujui analisis karakter berbasis tanda tangan yang dilakukan Pak Yakub. Outbond kali ini bertemakan PUSH, singkatan dari Padu, Utuh, Selaras, Harmoni. Dan tampaknya panitia, juga Pak Yakub berusaha membawakan materi yang kira-kira berkaitan dengan tema utama tersebut.

Usai ceramah, acara dilanjutkan dengan acara yang menurutku agak melankolis. Peserta berkumpul dengan kelompoknya masing-masing : kelompok bebek, kelompok Jos dan kelompok kucing garong. Masing-masing dari kami menuliskan kepada siapa kami hari itu mesti mengucapkan terima kasih. Isni, yang sedang berulang tahun di kelompokku mendapat ucapan terima kasih paling banyak. Aku dapat dua ucapan terima kasih : Dari Nus dan dari Iman. Hehehe, terima kasih kembali.

Habis itu ya apalagi kalau bukan acara suka ria menghabiskan malam, membakar api unggun. Dan sebagaimana biasa juga, acara diisi dengan sejumlah permainan dan pentas seni dari sejumlah artis karbitan. Ya, lumayan gokil juga deh. Cuma sehabis dihajar empat permainan seharian penuh, badan rasanya pegal-pegal, jadi sebelum acara tuntas, aku memilih masuk tenda untuk tidur. Aduhh, udaranya dingin banget.

Aku tidur satu tenda dengan Mas Aris (Sekred), Rihad Wiranto (Redaktur Eksekutif), Prima Harrison (Redaktur Internasional), Wahyu (Redaktur BUMN) dan Thontowi (Redaktur JBS dan Web). Satu tenda memang hanya bisa diisi oleh enam orang. Karena melihatku kedinginan, mas Aris menyarankan aku memakai sleeping bag. Jadi dengan mata setengah mengantuk, akupun mencari sleeping bag. Untung ketemu. Dan lumayanlah, bisa menjadi pengganti selimut.

Tahu-tahu, hari sudah pagi. Usai sholat shubuh, aku bangun keluar tenda dan berjalan-jalan keliling. Lokasi tempat tenda outbond itu dikelilingi oleh sejumlah perbukitan yang dipenuhi oleh pohon-pohon pinus. Meski jam sudah menunjukkan jam 07.00 pagi tetapi matahari belum kelihatan karena terlindung di balik perbukitan. Kegiatan kami pada hari kedua itu diawali dengan melakukan Senam Aerobik. Wah, musiknya dahsyat dan enak buat bergoyang.

Usai aerobik dan sarapan pagi, game pun dimulai. Kelompok bebek yang sudah semakin kompak memulai game hari itu dengan carpet games, yaitu peserta berdiri diatas sehelai karpet plastik dan berusaha membalikkan karpet tersebut tanpa keluar dari atas karpet. Kelompok kami berhasil menyelesaikannya dengan baik. Waktunya juga paling cepat. Game kedua belum bisa kami lakukan karena kelompok lain masih belum selesai.

Kamipun bermain game selingan yang namanya Game Apa. Pertanyaan dilontarkan secara berantai dan tidak boleh salah. Betul-betul permainan yang menurutku konyol, tetapi cukup menyenangkan. Teman-teman menyebutnya sebagai permainan bolot. Cocok saja sih kufikir, karena memang kelakuan kita benar-benar kayak orang bloon.

Game kedua adalah memasukkan air dari botol kecil ke botol yang besar, tetapi dengan menggunakan beberapa utas tali yang cukup panjang. Game inipun berhasil kami lewati dalam waktu sekitar 18 menit. Dan game yang ketiga adalah memecahkan persoalan traffic jam dimana ada sembilan kotak, satu kotak dikosongkan. Kelompok dibagi dua, empat menghadap ke barat dan empat lagi menghadap ke timur. Game inipun bisa kami selesaikan dengan cepat.

Ketiga game tersebut selesai dan cukup mengejutkan bahwa kelompok kami yakni Bebek Kwek Kwek Kwek dinyatakan sebagai juara, padahal pada hari pertama yang menjadi juara adalah Kucing Garong. Sekotak permen pun menjadi piala kami.

Kamipun beristirahat sejenak di tenda utama sebelum melanjutkan dengan game keempat yaitu lomba kelompok menggulirkan bola golf di atas potongan talang air yang akan disambung-sambung. Untuk game terakhir ini kami menempati posisi runner-up karena dikalahkan oleh kelompok Kucing Garong. Dan sebagai penutup game adalah kami mesti berperang dengan para komandan. Kelompok-kelompok di bubarkan.

Darson, sang manajer IT Jurnas, kami angkat sebagai Panglima Tempur. Jadi ceritanya, kami harus membawa dua buah lilin yang menyala dari sebuah tempat ke tempat lain sejauh 500 meter, sementara para komandan akan menembaki kami dengan senapan air. Medannya lumayan berat, karena berada di daerah perbukitan. Darson mengatur posisi dan strategi. Heny dan Bonnie ditunjuk membawa lilin, dan sisanya akan berusaha menjadi benteng untuk menjaga lilin tetap hidup.

Pertama kali dilakukan, rupanya strategi ini kurang berhasil. Baru berjalan sejauh 50 meter, lilin sudah mati kena tembak air para komandan. Kamipun mengubah taktik. Hanya delapan orang yang akan menjadi pengawal pembawa lilin, sedangkan sisanya akan bertindak sebagai tentara pengganggu yang aktif menghalang-halangi komandan yang akan berusaha menyerbu para pengawal dan pembawa lilin.

Rupanya strategi ini cukup jitu dan kami semua sukses membawa lilin yang menyala tersebut ke tempat yang sudah ditentukan. Hebat juga kita semua ya ? Kalau dipaksa untuk kompak bisa juga kompak. Yang jelas dalam hal ini diperlukan team player yang bekerjasama dengan baik. Hari kedua outbond diakhiri dengan sesi kelas oleh Albert Kuhon tentang manajemen media massa. Sayangnya, sesi ini kurang menarik. Banyak peserta yang tertidur saat ceramah sedang berlangsung. Entah karena mengantuk atau kecapekan, atau keduanya. Entahlah.

Kami pun turun kembali ke Jakarta dengan membawa sejumlah kenangan yang indah tentang Outbond dua hari di puncak. Manajemen tentu berharap bahwa kami mendapat nilai tambah dari kegiatan ini. Aku akui itu. Tetapi kalau untuk mengulanginya lagi, waduh mohon maaf, cukuplah sudah sekali saja. Capek. Pegal-pegal di badan bahkan terasa sampai ketika posting ini aku tulis. Tapi apapun itu, terima kasih untuk pengalaman mengasyikkan ini.

2 komentar:

Okky Madasari mengatakan...

Huahauahauha...makin ketauan aslinya semua nih gara2 outbond!! Tunggu ya nanti cerita outbond reporter pasti jauh lebih heboh! :)

iwansams mengatakan...

Iya Okky.
Bahkan seorang Suwidi Tono pun kethok asline. Aku tebak, makin menderitalah para redaktur yang outbound bareng kalian anak-anak muda. Habis dah, hehehehe. Koesworo, Vadin dan Luhung. Bersiaplah .....