Kamis, Oktober 07, 2010

Jatuhnya Amerika, The Last Suporpower Country

Salah satu kekuatan Amerika Serikat sebagai negara adidaya adalah kekuatan ekonominya yang mendominasi dunia. Namun itu pula penyebab kejatuhan negara tersebut.

Simak penyebabnya dari tulisan berikut ini. Untuk mereka yang American minded, asal tahu saja, cadangan devisa dunia per kwartal III tahun 2007 mencapai USD 6 T, di mana 75% nya dikuasai negara2 berkembang. Saat ini pasti sudah lebih besar lagi. Lihat: http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/02/213/72122/cadangan-devisa-dunia-usd6-t


Apa artinya itu? Dengan segala cara, Amerika selama ini telah memaksa negara-negara berkembang untuk menyimpan cadangan devisa, yang tentu saja dalam bentuk USD. Dengan demikian, selama ini dengan segala kesombongannya, sebenarnya perekonomian dan moneter Amerika dibiayai oleh negara-negara berkembang.


Negara-negara maju, khususnya Uni Eropa yang ekonominya sudah solid, tak perlu menyimpan cadangan devisa terlalu besar, karena mata uangnya sudah stabil. Tapi negara berkembang, karena rata2 ekonominya belum terlalu solid dan mata uangnya tidak terlalu kuat, harus menyimpan cadangan devisa yang besar agar mata uangnya stabil.


Berikut data porsi cadangan devisa terbesar dunia per akhir Agustus 2008, seperti dikutip dari Reuters.


1. China US$ 1.808,8 Miliar

2. Jepang US$ 996,7 miliar

3. Rusia US$ 582,2 miliar

4. India US$ 295,3 miliar

5. Korea Selatan US$ 243,3 miliar


6. Brasil US$ 205,1 miliar

7. Singapura US$ 170,1 miliar

8. Hong Kong US$ 158,1 miliar

9. Jerman US$ 153 miliar

10. Prancis US$ 144,8 miliar


11. Malaysia US$ 130,5 miliar

12. Italia US$ 104,5 miliar

13. Thailand US$ 101,3 miliar

14. Polandia US$ 81,6 miliar

15. Turki US$ 79,1 miliar


16. Swiss US$ 75,8 miliar

17. Amerika Serikat US$ 72,5 miliar

18. Inggris US$ 72,1 miliar.


Dari tabel di atas tampak bahwa Amerika sendiri, hanya memiliki cadangan devisa sebesar USD 72,5 miliar, sedangkan negara2 Asia dalam daftar itu saja (China, Jepang, India, Korsel, Singapore, Hongkong, Malaysia, dan Thailand) total mencapai USD 3,904.1 miliar atau USD 3.9 triliun. Kalau ditambah negara2 Asia lain yang tidak masuk daftar tsb, seperti Indonesia, Filipina, Vietnam, dsb, nisacaya total cadangan devisa tsb tidak akan kurang dari USD. 4.5 triliun.


Apakah artinya ini semua? Kalau dulu tahun 1973, di bawah koordinasi Menteri Perminyakan Arab Saudi, Syech Achmed Zeki Yamani telah terjadi oilwar terhadap Amerika yang selalu melindungi Israel, maka sekarang kita, negara2 Asia, di bawah koordinasi Menteri Keuangan China, bisa melakukan "Financial War" terhadap Amerika dan sekutu-sekutunya, termasuk Israel yang diyakini sebagian besar orang selalu menjadi otak kebrutalan Amerika.


Bagaimana Financial War tsersebut akan dilaksanakan? Mudah saja, tukar cadangan devisa negara-negara Asia tersebut dengan Euro secara bertahap, misalnya dalam lima tahun. Itulah yang pernah dilakukan Irak di bawah Saddam Hussein sebelum diinvasi oleh Amerika Serikat beberapa tahun lalu.



Mengapa secara bertahap? Agar tidak mengacaukan ekonomi negara-negara Asia sendiri, karena selama ini transaksi antar negara semuanya dalam USD. Maka dalam waktu singkat perekonomian Amerika dan mata uang USD akan hancur lebur, sebaiknya Euro akan goncang dan menjadi sangat kuat. Mungkin EUR 1 akan sama dengan USD 10. Dengan demikian, maka negara-negara Uni Eropa juga perekonomiannya akan goncang, karena mata uangnya menjadi teralu kuat dalam waktu singkat.


Ekspor dari UE pasti mandek total karena barang-barang produk UE harganya bisa menjadi 10x lipat dari sekarang. Blackbery misalnya, tidak akan ada yang mau beli karena harganya equvalent dengan Rp.50 - 75 juta, dan BMW + Mercy type tertentu yang banyak beredar di Indonesia harganya bisa menjadi Rp.10 miliar.


Dalam waktu bersamaan, ide pembentukan ACU (Asian Currency Unit) dapat segera dilaksanakan agar negara2 Timur tidak didikte oleh Barat terus menerus. Gejala seperti ini sebenarnya sudah diramalkan oleh John Naisbit dalam Megatrend 2000 Asia, bahwa dunia akan dikuasai blok Timur kembali, seperti periode sebelum bangkitnya bangsa-bangsa caucasian pada abad 15.

Oleh karena itu untuk apa kita harus melakukan redenominasi rupiah, karena kelak USD akan berantakan dan Rp harus mengikuti ACU. Pertahankan saja rupiah dengan keadaannya saat ini, perlahan tapi pasti, mata uang ini pasti menguat.


Penulis : Dr John Towell, jt2x00@yahoo.com

Dari milis tionghoa-net

Tidak ada komentar: