AGAK bingung juga kalau berbicara soal sekolahanku. Maklum selalu berpindah-pindah dari satu kota yang satu ke kota yang lain. Tapi aku akan mulai menulis tentang kenangan di masa Taman Kanak-kakan (TK), tentu seingat yang aku bisa. Pertama kali di TK aku menyadari diriku sebagai anak kecil berusia empat tahun di Kota Tarakan, sebuah kota kecil di utara Kaltim. Tahunnya, kalau tidak salah ingat adalah tahun 1973.
Nama TK-nya, TK Kartini dengan seragam hijau putih dan mainan khas TK di halamannya yang luas. Ada ayunan, kemudian jungkitan juga prosotan. Tetapi aku lebih senang bermain dengan temanku bernama Anis, untuk balapan mengumpulkan belalang yang banyak berkeliaran di halaman sekolah. Duh senangnya. TK ini letaknya bersebelahan dengan Kantor Perusda, tempat ibuku bekerja sebagai sekretaris. Jadi usai pulang sekolah aku ke kantor ibuku.
Hanya setahun aku bersekolah di TK ini, karena setahun kemudian pada tahun 1974, ayahku ditarik untuk bekerja di Kantor Bupati Bulungan. Kamipun harus meninggalkan kota Tarakan, menuju ke daerah pedalaman yaitu Kota Tanjung Selor. Tanjung Selor adalah Ibukota dari Kabupaten Bulungan, sedangkan Tarakan adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten Bulungan meskipun sesungguhnya jauh lebih ramai Tarakan daripada Tanjung Selor.
Akupun masuk TK lagi. Kali ini namanya TK Pertiwi, yang diasuh oleh Yayasan milik isteri tentara. Aku masuk langsung kelas B atau kelas 0 besar. Dan begitulah. Sekolah TK ini halamannya tidak seluas TK-ku di Tarakan, dan banyak angsa berkeliaran di sekitar sekolahku. Suatu hari, iseng aku melempar angsa-angsa itu. Wah, rupanya mereka tidak terima. Aku langsung dikejar-kejar sama induk Angsa tersebut. Tentu saja aku terkejut dan lari ketakutan.
Waduh, pengalaman yang sangat menakutkan. Sampai jatuh bangun aku dikejar angsa-angsa yang marah itu, sampai akhirnya aku diselamatkan oleh ibu guru. Akupun menangis di pelukan ibu guruku. Untunglah aku tidak sampai dipatuk oleh angsa-angsa tersebut.
Waktu di TK itulah aku mendapat luka yang membekas sampai sekarang. Tanganku kejepit balok yang ada di halaman sekolahku. Akibatnya jempol tangan kiriku hancur. Sewaktu sudah sembuh, luka tersebut membekas dan kuku jempok tangan kiriku terpecah menjadi dua bagian, tak bisa utuh lagi. Pada bulan Desember 1974 akupun menyelesaikan sekolah taman kanak-kanakku.
Baik TK Kartini di Tarakan maupun TK Pertiwi di Tanjung Selor bangunannya sudah tak berwujud lagi sekarang ini. TK Kartini maupun Kantor Perusda yang terletak di Simpang tiga Tarakan sudah berubah menjadi pusat pertokoan. Sedangkan TK Pertiwi di Tanjung Selor sudah berubah wujud menjadi arena olahraga warga kota. Begitulah nasib sekolahan masa TK-ku dulu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar