Senin, Juli 23, 2007
Try Sutrisno di Penghujung Jadi Wapres (1998)
"Jangan Klaim Diri sebagai Superman ...."
PENCALONAN Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden pada 1993 sebenarnya sudah diduga banyak orang. Hanya, langkah Letjen TNI Harsudiono Hartas, ketua Fraksi ABRI di DPR yang nyelonong menyebutkan nama Panglima ABRI Try Sutrisno sebagai satu-satunya calon Wapres fraksi ABRI, sempat membuat suasana terasa tidak enak. Pak Try sendiri tidak berkomentar apa pun tentang langkah Hartas itu. Begitu juga Wapres yang saat itu masih menjabat, Sudharmono SH. Kini giliran Pak Try bersiap-siap untuk melepaskan jabatannya.
Memang, banyak yang menilai langkah fait accompli yang dilakukan oleh Harsudiono Hartas itu sebagai langkah politik yang kurang bijak. Apalagi waktu itu Tim 5 yang dibentuk sebelum Sidang Umum MPR 1993 baru saja sampai pada tahap inventarisasi calon-calon Wapres yang akan mendampingi Pak Harto sebagai calon presiden tunggal yang didukung semua fraksi.
Di luaran sudah beredar daftar peringkat sementara Tim 5 yang dipimpin Wapres Sudharmono SH itu. Dan, yang menduduki tempat pertama sebagai calon Wapres adalah Menristek B.J. Habibie, baru disusul Pangab Jenderal TNI Try Sutrisno. Tak mengherankan, langkah Hartas itu menimbulkan tanda tanya dan sempat menghangatkan suasana politik ketika itu.
Belakangan, semua menjadi clear dan bernapas lega ketika akhirnya diperoleh informasi bahwa sebenarnya pencalonan Pak Try itu juga sudah direstui oleh Pak Harto. Salah satu alasan kenapa Pak Harto tidak memilih Habibie adalah karena belum ada pengganti Habibie untuk sejumlah jabatan yang disandangnya, termasuk kedudukannya sebagai Ketua Umum
ICMI yang baru saja didirikan.
Akhirnya, lelaki kelahiran Surabaya 15 November 1935 itu menjadi Wapres mulai 11 Maret 1993, menggantikan Sudharmono SH. Duet Pak Harto dan Pak Try dipandang banyak kalangan sebagai sinyal alih generasi kepemimpinan nasional. Yaitu dari generasi 45 kepada generasi
pasca 45 yang sosoknya diwakili oleh Pak Try.
Tidak mengherankan, di akhir jabatan Pak Try, banyak yang masih ingin menjagokan lelaki berusia 62 tahun tersebut. Namun, ternyata Pak Try membuat kejutan tersendiri. Meniru Wapres Sri Sultan Hamengku Bowono IX (periode 1973 - 1978), maka Pak Try menyatakan tidak bersedia untuk dicalonkan lagi untuk menjadi Wapres periode berikutnya.
Yang juga menjadi peristiwa menarik adalah usul Pak Try agar Wapres mendatang cukup satu periode saja. Tentu saja, usul Pak Try diakhir jabatannya itu segera menjadi isu politik kontroversial. "Demi lancar dan suksesnya SU MPR 1998 serta untuk meneruskan tradisi positif yang telah berjalan, yaitu untuk jabatan wakil presiden sebaiknya cukup selama satu periode saja," ujar Wapres dalam jumpa pers di Istana Merdeka Selatan, pekan lalu.
Dalam jumpa pers ini, mula-mula Wapres yang tetap penuh senyum itu menyampaikan pernyataan resmi. Setelah itu, Wapres memberikan kesempatan kepada para wartawan untuk bertanya. "Saya kira, tidak ada pertanyaan ya... atau mau tanya jawab, saya ingin tahu seperti apa sih, kalau bisa dijawab, saya jawab, kalau tidak ya tidak usah ya," kata Wapres sebelum wartawan menyampaikan pertanyaan.
Menjawab pertanyaan, Wapres menjelaskan alasannya tidak bersedia untuk dicalonkan kembali itu. "Itu suatu tradisi. Saya katakan ingin meneruskan tradisi dari Pak Hamengku Buwono (almarhum Sultan Hamengku Buwono IX, Red)) sampai kepada Pak Dhar (Sudharmono SH,
Red). Sekarang akan masuk saya. Itu semua satu kali. Saya mencoba untuk melihat hikmah positifnya, yang satu kali itu. Saya ingin meneruskan tradisi itu. Namanya juga tradisi," ujar Wapres.
Dia mengakui bahwa ketentuan itu memang tidak ada dalam ketentuan Undang-Undang Dasar. Dalam undang-undang disebutkan, dipilih untuk lima tahun sama dengan presiden dan dapat dipilih kembali. "Itu undang-undang. Tapi, kita bicara yang terjadi di Orde Baru ini, semua Wapres satu kali. Saya ambil hikmah positifnya banyak. Makanya, saya pilih satu kali," tutur Wapres.
Wapres juga melihat alasan lain, yaitu organisasi terlihat segar. Selain itu, tradisi tersebut bisa memberikan kesempatan kepada kader-kader bangsa ini. "Apakah kepemimpinan yang akan
datang itu seperti itu? Saya mendoakan semoga lebih baik," kata Pak Try sambil menegaskan bahwa apa yang dikatakannya itu merupakan pendapat pribadinya saja. "Tradisi yang baik
itu kan layak diteruskan," ujarnya berulang-ulang.
Ditanya apakah tradisi tersebut bisa dibakukan dalam ketentuan, Wapres mengatakan tidak berwenang untuk itu. Menurut Wapres, hal tersebut juga tergantung pada kebutuhan di masa mendatang. "Yang penting, kalau ada ide yang menyangkut hal-hal demikian, salurkan
ke MPR, ke DPR... Tapi, jelas UUD 45 itu singkat, fleksibel, praktis, dan berkualitas baik," tutur Wapres.
Mengenai rencananya setelah lepas dari jabatan Wapres, diawali ketawa kecil, Pak Try yang sebelum menjabat Wapres dikenal sebagai Pangab yang dekat dengan wartawan hanya mengatakan : "Setelah pensiun... Kita harus kembali kepada fitrah manusia. Alam kehidupan
ini serba dua. Ada siang dan malam. Ada Saudara-Saudara dan saya, ada baik dan tidak baik, ada sehat dan ada sakit, ada yang datang dan harus ada yang pergi. Tapi, satu fitrah manusia itu adalah dia harus berbuat dan melakukan sesuatu..." ujarnya.
Ditanya apakah selama ini pernah stres, Wapres hanya mengatakan bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna. "Kita lemah. Jangan coba mengklaim diri kita sebagai manusia superman, serba tahu semua. Tidak ada itu. Semua ada keterbatasannya. Sadarilah itu dulu. Supaya
kita bergantung, cari pegangan yang kuat, yaitu kepada Tuhan. Saya percaya itu," kata Pak Try.
Menurut Wapres, manusia pasti punya kerawanan. "Tidak adil kalau kita hanya mau enak saja. Mau sehat saja, tidak mau sakit. Mau muda saja, tidak mau tua atau mau hidup terus. Tidak ada! Kita juga akan kembali kepada-Nya," ungkap Wapres sambil lagi-lagi melontarkan senyuman khasnya. Tentang gejala stres, Wapres mengingatkan agar hal itu diwaspadai.
"Yang tahu dirinya sendiri. Jadi, hati-hati itu gejalanya. Kalau orang sudah tidak stabil, mulai prengat-prengut (muka cemberut, Red). Nah... kalau biasanya tertawa lalu tidak tertawa, sering
marah terus membentak. Orang Indonesia religius, pegang jati dirinya, maka stres akan kurang. Karena kita tidak hanya pakai otak saja, kita punya otak, hati nurani, dan iman. Mainkan semuanya itu. Pasti stresnya hilang," cetusnya.
Sementara itu, ditemui secara terpisah, salah satu staf Kantor Wapres, yaitu Brigjen TNI Ismet Herdi yang menjabat Banses Dokmas merangkap Banas Polkam Dalam Negeri, mengatakan bahwa hingga kini Wapres Try Sutrisno masih melakukan tugas-tugasnya sebagaimana biasa. "Akan tetapi, memang mungkin saja sudah ada persiapan-persiapan untuk pindah. Yang jelas, Pak Try masih bekerja hingga masa definitifnya sebagai Wapres berakhir," ujarnya
kepada Jawa Pos kemarin.
Hanya, menurut dia, kali ini Pak Try selalu pulang lebih cepat. Menurut pengamatannya, sekitar pukul 15.30 Wapres sudah meninggalkan kantor. Padahal, biasanya pukul 16.30 bahkan lebih baru meninggalkan kantor Wapres di Merdeka Selatan. Yang menarik, foto saat Wapres
bersama staf kewapresan mengadakan halal bihalal kini menjadi rebutan. "Banyak yang pesan foto itu sebagai kenang-kenangan terakhir" ungkap Ismet. (iwan samariansyah/umar
fauzi)
Diterbitkan di Harian Jawa Pos, edisi 24 Februari 1998
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar