Dalam proyek Bribin II ada sejumlah teknologi baru yang ditawarkan, yakni dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Air sungai pada hakikatnya akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Sungai bawah tanah yang ada pada ujung bawah Gua Bribin mempunyai lebar tidak kurang dari tujuh meter.
Apabila dilihat penampang vertikalnya hingga sampai pada permukaan tanah di atas gua, maka yang terlihat seolah-olah ada suatu "pipa besar" yang menurun. Jika rongga tersebut ditutup, air akan naik. Pada penutup tersebut diberi lubang keluar air agar bisa berguna untuk memutar turbin. Di satu sisi, poros turbin air tersebut dihubungkan dengan pompa air, di sisi yang lain dihubungkan dengan generator listrik.
Jika debit airnya cukup, maka dari perputaran turbin air tersebut air sungai bawah tanah akan dipompa ke permukaan. Proses ini sekaligus menghasilkan listrik lebih dari 240 kVA. Daya listrik yang dihasilkan itu kemudian digunakan kembali untuk memompa air. Dengan demikian, diperhitungkan tidak kurang dari 200 liter air per detik dapat dihasilkan tanpa harus terbebani ongkos energinya sebagaimana terjadi pada proyek Birbin I.
Untuk membangun proyek ini, berbagai ahli diturunkan. Mulai ahli bidang tanah kapur, hidrologi, teknik sipil, teknik nuklir, geologi, hingga masalah lingkungan. Berbagai lembaga keilmuan dan riset pun turun tangan. Pemerintah Jerman tak ketinggalan. Selain menerjunkan para pakarnya dari Universitas Karlsruhe, turut pula berkiprah beberapa industri. Misalnya, Herrenknecht, perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran. Teknologi pengeboran ke arah vertikal untuk pertama kalinya dilakukan dan dikembangkan oleh perusahaan tersebut.
Untuk membangun proyek ini, berbagai ahli diturunkan. Mulai ahli bidang tanah kapur, hidrologi, teknik sipil, teknik nuklir, geologi, hingga masalah lingkungan. Berbagai lembaga keilmuan dan riset pun turun tangan. Pemerintah Jerman tak ketinggalan. Selain menerjunkan para pakarnya dari Universitas Karlsruhe, turut pula berkiprah beberapa industri. Misalnya, Herrenknecht, perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran. Teknologi pengeboran ke arah vertikal untuk pertama kalinya dilakukan dan dikembangkan oleh perusahaan tersebut.
Tugas pertama adalah menemukan lokasi "bendungan" yang tepat di bawah tanah. Para ahli menggunakan teknologi perunut yang menggunakan zat radioaktif dari berbagai arah percabangan sungai bawah tanah di kawasan Bribin. Kemudian, arah aliran sungai dapat dicari dengan menggunakan teknik laser. Pada sekitar 700 meter dari Gua Bribin, didapatkan lokasi yang cocok untuk calon bendungan.
Setelah lokasi bendungan diketahui, koordinat tersebut dicari pada permukaan atas perbukitan, guna memastikan lokasi pengeboran. Lubang yang dibor mencapai diameter 2,4 meter guna menurunkan berbagai material untuk pembangunan bendungan, sekaligus untuk keperluan instalasi sistem pembangkitan energi dan pompa-pompa airnya.
Untuk memastikan betul-tidaknya arah sungai tersebut, maka dilakukan pengeboran awal dengan diameter mata bor tujuh inci. Pengeboran berhasil menembus dinding atas sungai pada 31 Januari 2003. Antara titik perhitungan dan titik bor meleset sekitar 1,5 meter. Perbaikan perhitungan dilakukan kembali.
Setelah lokasi bendungan diketahui, koordinat tersebut dicari pada permukaan atas perbukitan, guna memastikan lokasi pengeboran. Lubang yang dibor mencapai diameter 2,4 meter guna menurunkan berbagai material untuk pembangunan bendungan, sekaligus untuk keperluan instalasi sistem pembangkitan energi dan pompa-pompa airnya.
Untuk memastikan betul-tidaknya arah sungai tersebut, maka dilakukan pengeboran awal dengan diameter mata bor tujuh inci. Pengeboran berhasil menembus dinding atas sungai pada 31 Januari 2003. Antara titik perhitungan dan titik bor meleset sekitar 1,5 meter. Perbaikan perhitungan dilakukan kembali.
Kemudian, pengeboran uji yang kedua pada lokasi calon bendungan dilakukan lagi dan berhasil menembus langit-langit di atas sungai pada 17 Mei 2004, meleset sekitar 20 sentimeter dari perhitungan. Dengan telah dibuktikannya lokasi bendungan pada arah vertikal tersebut, yang mempunyai tinggi 102 meter, maka dilakukan pengeboran berdiameter 2,4 meter oleh pihak Jerman.
Proyek ini sempat terganggu akibat terjadinya gempa bumi dahsyat di wilayah Bantul, Yogyakarta, pada 2006. Ternyata, akibat gempa, pada arah hilir, setelah lokasi bendungan, terdapat batu besar dari dinding gua yang menggelinding dan mengganggu aliran air. Dengan perhitungan yang dilakukan dengan sangat teliti, batu tersebut diledakkan dan aliran air sungai menjadi pulih kembali.
Di dalam rongga sungai, dibuat bendungan setinggi 15 meter untuk menahan air. Pada dinding tanggul terpasang lima pipa bergaris tengah 70 sentimeter yang menjadi saluran air untuk menggerakkan turbin penghasil tenaga untuk mengoperasikan pompa air.
Di bagian bawah bendungan, ada dua pipa berdiameter 90 sentimeter dan 60 sentimeter. Pipa tersebut berfungsi sebagai pengontrol ketinggian air. Supaya air tak melebihi tinggi tanggul bendungan, katup pipa akan membuka secara otomatis.
Sebaliknya, jika air kurang dari ketinggian 15 meter, katup akan menutup dengan sendirinya. Pipa kontrol air itu sangat diperlukan karena, jika permukaannya sedang tinggi, dikhawatirkan air akan mencari jalan lain atau membuat gua sendiri.
Proyek ini sempat terganggu akibat terjadinya gempa bumi dahsyat di wilayah Bantul, Yogyakarta, pada 2006. Ternyata, akibat gempa, pada arah hilir, setelah lokasi bendungan, terdapat batu besar dari dinding gua yang menggelinding dan mengganggu aliran air. Dengan perhitungan yang dilakukan dengan sangat teliti, batu tersebut diledakkan dan aliran air sungai menjadi pulih kembali.
Di dalam rongga sungai, dibuat bendungan setinggi 15 meter untuk menahan air. Pada dinding tanggul terpasang lima pipa bergaris tengah 70 sentimeter yang menjadi saluran air untuk menggerakkan turbin penghasil tenaga untuk mengoperasikan pompa air.
Di bagian bawah bendungan, ada dua pipa berdiameter 90 sentimeter dan 60 sentimeter. Pipa tersebut berfungsi sebagai pengontrol ketinggian air. Supaya air tak melebihi tinggi tanggul bendungan, katup pipa akan membuka secara otomatis.
Sebaliknya, jika air kurang dari ketinggian 15 meter, katup akan menutup dengan sendirinya. Pipa kontrol air itu sangat diperlukan karena, jika permukaannya sedang tinggi, dikhawatirkan air akan mencari jalan lain atau membuat gua sendiri.
Agar air tak membuat rongga baru, dinding gua harus disemprot dengan beton, dan tiang penyangga dipasang. Selanjutnya lima turbin tenaga mikrohidro yang didatangkan dari Jerman sudah terpasang dan siap beroperasi. Semua pompa tidak menggunakan daya listrik dari luar. Tenaga listrik didapat dari turbin yang digerakkan oleh air sehingga lebih ekonomis.
Iwan Samariansyah/Majalah Eksplo edisi 40 Tahun 2010