Perang Spanduk Mengundang Senyum
Oleh : Iwan Samariansyah
MENARIK juga mengamati proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta saat ini. Terutama pada masa-masa kampanye sekarang ini. Berbagai poster dan spanduk tampak bertebaran di berbagai pelosok kota, dengan isi yang beraneka ragam. Terkadang mengundang senyum. Ada dua kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur yang bersaing yaitu pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan pasangan Fauzi Bowo - Srijanto yang diusung oleh koalisi 19 Partai.
Kalau ingin tahu letak perbatasan Jawa Barat dan Banten kini gampang sekali. Lihat saja di mana spanduk, poster, umbul-umbul, dan stiker sudah tidak terdapat lagi. Karena dari Kepulauan Seribu di Jakarta Utara, menyeberang laut ke Tanjung Priok terus sampai Lenteng Agung di Jakarta Selatan, kemudian mendekati Cengkareng di Tangerang, hampir semua jalan dipenuhi oleh spanduk dan poster kedua kandidat.
Dengan tebaran spanduk dan poster kampanye sebanyak itu, berapa ya kira-kira biaya yang dihabiskan oleh kedua kandidat. Pasti luar biasa besar. Paling tidak angkanya mencapai miliaran rupiah. Aku dengar baik Fauzi maupun Adang sampai harus menjual aset propertinya untuk menutupi sebagian biaya kampanye tersebut. Maklum saja, selain spanduk, baju kaos juga harus dibuat. Belum biaya sewa gedung untuk tempat kampanye.
Kedua pasangan kandidat juga mesti mengeluarkan uang untuk ongkos transportasi bagi ratusan tukang ojek, bis angkutan umum dan mobil tumpangan lainnya. Yang panen rezeki siapa lagi kalau bukan perusahaan sablon, spanduk dan percetakan. Order yang diterima pastilah order raksasa. Kelas kakap.
Membaca spanduk yang tertempel memang terkadang membuat kita tersenyum. Banyak humor dan pantun dikutip pada spanduk-spanduk tersebut. Misalnya spanduk pasangan nomor 2 dari Fauzi-Sriyanto berikut ini : "Pasar Rebo Pasar Senen, Fauzi Bowo memang paten". Hwaduh, kok cuma Fauzi. Sriyantonya kok tidak diikutsertakan ? Mestinya kan bunyinya yang benar adalah "Pasar Rebo Pasar Senen, Fauzi-Sriyanto memang paten". Entahlah ?
Spanduk yang dikeluarkan tim kampanye Adang-Dani terkesan menyindir. Merasa dikepung oleh 19 parpol, yang menyokong pasangan Fauzi-Priyanto, ada spanduk berbunyi: "Pok Ame-ame belalang kupu-kupu. Dikeroyok rame-rame tetap pilih nomor satu". Ini nyanyian terkenal anak-anak Betawi saat main lompat-lompatan.
Ada pula spanduk penyokong Fauzi-Priyanto yang berbunyi: "Kenapa harus Golput. Pilih yang sudah berpengalaman". Di bawah spanduk tertulis: 'Warga Muhammadiyah Pendukung Fauzi-Priyanto'. Oh, ini rupanya yang membuat Ketua PP Muhammadiyah Dien Syamsudin mencak-mencak ya ? Maklum. Nama Muhammadiyah dibawa-bawa, padahal sejak awal Muhammadiyah menyatakan diri netral dalam Pilkada kali ini.
Mau yang bunyinya berbeda. Simak saja yang ini : "Kacang Buncis pake keju, pilih yang berkumis Jakarta maju". Atau soal kumis ini aku mendapatkan bunyi spanduk lainnya : Beli Bubur di Pasar Kemis, pilih Gubernur yang berkumis."
Aku sendiri warga Bekasi, jadi pemilihan Kepala Daerah kali ini tidak ikut memilih dan sekedar hanya jadi penonton saja. Aku do'a kan agar warga DKI Jakarta bisa memilih gubernur yang terbaik untuk wilayahnya. Kami warga Bekasi masih tahun depan untuk memulai pemilihan kami sendiri, pemilihan umum Walikota Bekasi. Pasti ramai juga tentunya.
Rawamangun, 1 Agustus 2007
1 komentar:
halo mas iwan!! mejelang pilkada jakarta gimana nih? hiruk-pikuk semakin ramai ya di jalanan. hehe...
sudah punya jagoan gubernur nanti?
Posting Komentar