BEGITU banyaknya orang yang frustasi menghadapi penyakit kronis bangsa ini yaitu korupsi. Kenapa tidak mencoba belajar dari Hongkong? Ya, karena akutnya praktek korupsi di kepolisian Hongkong akhirnya pemerintah negara itu pada tahun 1970-an melakukan langkah drastis yaitu semua polisi dan jaksa di negara pulau itu dipecat tanpa kecuali !
Pemberantasan korupsi di Hongkong puncaknya terjadi tahun 1973. Sebelumnya, usaha pemberantasan korupsi ini sudah dilakukan beberapa kali namun selalu gagal, dan sudah banyak korban pula yang berjatuhan. Nyaris tak ada polisi, jaksa dan hakim baik panjang umurnya di negara pulau itu.
Benar-benar seperti cerita perang antar mafia di film-film Hongkong, saling tembak dan saling bunuh di jalanan. Bagaimana bandit-bandit di Hongkong kala itu bersekongkol dengan polisi menguasai dan berbagi "wilayah" operasinya, untuk pelacuran, penjudian dan narkotika. Bahkan merampok bank dengan senjata AK-47 juga terjadi. Luar biasa memang.
Pernah dibuat satu film untuk menggambarkan situasi parahnya korupsi di Kepolisian Hongkong ketika itu. Judulnya ICAC. I Corrupt All Cops 2009. Ngeri dan brutal. Pimpinan polisipun dibunuh dengan ditabrak truk didepan anak buahnya. Yang lucu, saking parahnya dunia korupsi di kepolisian Hongkong, istri dipakai atasanpun tidak bisa menolak!
Usaha yang berhasil dalam soal pemberantasan korupsi di Hongkong pada awalnya digagas oleh seorang polisi baik, yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah kolonial Inggris, yang ketika itu tentu saja pusing tujuh keliling menghadapi jaringan kerja sama antara koruptor dan mafia kuning.
Bisa berhasil diatasi, tentunya faktor yang cukup menentukan adalah Gubernur koloni Inggris di Hongkong ketika itu, Sir Murray Mac Lehose (1971-1982) termasuk seorang pemimpin Hongkong yang keras dan berani ambil tindakan tegas. Dan jelas dia tidak terlibat dalam persekongkolan mafia yang terjadi. Tak lama setelah ditunjuk sebagai Gubernur, dia mencanangkan dua tahun masa jabatannya adalah bertempur dengan korupsi ! Dan itu tidak sekedar dia pidatokan. Dia langsung bertindak !
Usahanya itu membutuhkan aparat yang bersih dan berwibawa. Dan dia dibantu oleh sejumlah polisi baik bermental baja yang rela bertarung nyawa dengan mafia pengadilan. Sejumlah "polisi gila" yang punya nyawa cadangan benar-benar melakukan perang terhadap mafia Hongkong tersebut. Semua polisi baik itu berada langsung di bawah komando sang Gubernur ! Kepala polisi pun tak bisa apa-apa dan mafia-mafia Hongkong kalang kabut.
Dari pihak pemerintah Hongkong sendiri, usaha ini ditunjang pula dengan berbagai tindakan yang sama-sama gilanya. Extra Judisial. Yang paling drastis ya itu tadi : memecat semua aparat polisi, jaksa dan hakim di seluruh Hongkong, diganti sementara dengan polisi, jaksa dan hakim dari India dan Australia. Berbarengan dengan itu Hongkong melakukan perekrutan polisi, hakim, dan jaksa baru yang diseleksi dengan sangat ketat.
Bukan hanya aparat penegak hukumnya saja. Petugas administrasi yang bekerja di semua kantor polisi, jaksa dan hakim juga dipecat. Diberhentikan. Semua dengan pesangon yang cukup. Lebih dari separoh APBN Hongkong dipakai untuk memberikan pesangon bagi mereka.
Lantas kepada polisi, hakim dan jaksa yang dipecat dan terindikasi korupsi itu ditawarkan untuk pergi dari Hongkong, dengan jaminan tidak akan diusut, dan harta hasil korupsinya juga tidak akan dirampas oleh negara.
Tetapi kepada mereka yang memilih tetap tinggal di Hongkong akan diusut. Jelas yang berani dan punya nyali untuk tetap tinggal di Hongkong hanya yang benar-benar bersih saja. Yang merasa tangan dan kantongnya berlumuran harta hasil korupsi kabur ke luar negeri.
Mantan Polisi, hakim dan jaksa tersebut sebagian besar kabur ke Kanada, dengan membawa semua harta haramnya, tersebar di beberapa China Town di kota-kota besar. Pemerintah Kanada memilih menutup mata terhadap latar belakang mereka, asalkan mereka membawa uang yang cukup besar yang diperlukan untuk membangun Kanada.
Anehnya, para mafia tersebut di Kanada tidak berani berbuat onar, hanya menguasai lingkungan China Town saja. Sampai awal tahun 90-an, sekitar 17 tahun sejak berhasilnya pemberantasan korupsi tersebut, mulailah perilaku aparat hukum berubah. Sogok-menyogok tak ada lagi karena ketahuan sanksinya dipecat !
Hanya saja kelakuan masyarakat Hongkong yang selama puluhan tahun hidup dalam cengkeraman mafia, masih belum bisa secara total merubah kebiasan buruknya. Tipu-tipuan dalam bisnis berlangsung terus, terutama kepada para turis yang mampir ke Hongkong. Tak terhitung banyaknya orang Indonesia yang tertipu di Hongkong, mulai dari tipuan dalam hal pengobatan, ditakut-takuti agar membeli obat yang mahal-mahal, sampai tipuan barang dagangan seperti barang lama dikatakan model terbaru.
Tetapi karena polisi, jaksa dan hakimnya sudah bersih. Perilaku macam begitu tidak dibiarkan begitu saja. Dan pebisnis Hongkong yang nakal itu kena batunya. Disidik, diajukan ke pengadilan dan dijebloskan ke penjara tanpa ampun. Menyuap atau mencoba menyuap? Hukumannya langsung dilipatgandakan ! Tidak ada ampun. Tidak ada belas kasihan.
Kemudian tahun 1974 Gubernur Mac Lehose membentuk ICAC (Independent Commission Against Corruption) yaitu lembaga semacam KPK yang ada di Indonesia. Hasilnya, masyarakat Hongkong mulai teratur dengan tegaknya hukum, menjadi satu masyarakat yang hidup didalam jalur ketentuan hukum yang ada. Orang bilang sejak itulah Hongkong ekonominya maju pesat dan bertahan sampai gempuran krisis moneter akhir 1997, sesaat setelah Hongkong kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Krisis ekonomi 1997 di Hongkong memang mengerikan. Bom-waktu yang ditinggalkan pemerintah kolonial Inggris pun meledak. Saat itu karena pelayanan publik sudah bagus, dan kasus korupsi semakin jarang ditemui, sejak pertengahan tahun 80-an ekonomi Hongkong mengalami pemanasan. Gaji buruh dan pegawai naik begitu cepat.
Saat itu para pegawai di Hongkong merasa senang setiap tahun naik gaji bisa belasan bahkan lebih 20%. Hanya saja untuk mengejar harga rumah, sewa rumah juga naik dengan kecepatan tinggi. Begitulah kejar-mengejar adu cepat naik dengan harga yang terus membumbung tinggi. Tak perlu korupsi untuk menjadi kaya di Hongkong !
Akibatnya, menjelang krisis moneter 1997 melanda, banyak perusahaan dan pabrik tidak tahan untuk meneruskan usaha di Hongkong. Produknya tidak bisa bersaing di pasaran dunia. Dan kebetulan saat itu Tiongkok daratan sudah mulai melancarkan politik pintu-terbuka, maka berpindahlah sejumlah perusahaan dan pabrik ke Shen Zhen dan Zhu Hai.
Bahkan pabrik tenun terbesar di HK yang sudah bersejarah lebih setengah abad juga pindah ke Shen Zhen. Pengangguran dengan sendirinya meningkat, kehidupan mulai terasa berat.
Beruntung Pemerintah pusat di Beijing cukup kuat mengatasi kerumitan yang terjadi di Hongkong. Hanya dengan memperkenankan penduduk Tiongkok daratan lebih banyak melancong dan berbelanja di Hongkong, bisa membantu menghidupkan dan menaikkan ekonomi Hongkong dengan cepat. Tahun 2004 ekonomi sudah kembali pulih kembali, dan maju lebih baik dari tahun ketahun.
Di Indonesia, usaha pemberantasan korupsi baru tahap permulaan, baru menyentuh kulit2nya saja yang tentu masih sangat jauh untuk sampai ke inti permasalahannya. Belajar dari pengalaman Hongkong yang baru berhasil setelah pemerintah bertindak dengan tangan besi, tampaknya kita harus menunggu sampai beberapa kali pemilu lagi, sampai kita menemukan pimpinan negara yang benar-benar bertangan besi tapi bersih dan benar-benar membela rakyat. Bukan pemimpin negara yang cengeng dan minta dikasihani !
Iwan Samariansyah/bahan-bahan dari milis tionghoa-net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar