Jumat, Juli 27, 2007

Wawancara Arifin Panigoro (1999)


"Perubahannya Begitu Mendadak ....."

Wawancara eksklusif Iwan Samariansyah dari Jawa Pos dengan Ir Arifin Panigoro, Chief Executive Officer PT Medco Energi Corporation yang juga anggota baru PDI Perjuangan di sebuah restoran di kawasan Pantai Carita, Jawa Barat Minggu 9 Mei 1999. Arifin adalah juga caleg DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat wilayah Banten :

Bagaimana perasaan anda setelah menjadi caleg PDI Perjuangan dan terjun secara total dalam kegiatan politik praktis ?

Menurut saya perubahannya sangat tiba-tiba. Selama ini kan saya terpojok oleh suasana apalagi pemerintah juga ikut memojokkan saya juga kan ? Ada kasus Radisson Yogya, ada lagi kasus Freeport dan lain sebagainya itu kan. Bahkan dalam kasus CP saya sudah resmi menjadi tersangka. Tadinya kan saya sebetulnya ndak ingin sejauh itu lah. Saya ingin non-partisan saja. Tetapi ternyata keadaan memaksa saya. Jalan hidup saya tampaknya sudah ke politik ya sudah saya teruskan saja. Yang jelas, ada satu hal yang saya rasakan yaitu saya ketemu sesuatu yang baru. Kalau lingkungannya sangat berbeda daripada kehidupan keseharian saya sebagai pengusaha.

Dimana letak perbedaannya atau bagaimana perubahan itu terjadi pada diri anda ?

Ya biasanya kan kita mengukur segala sesuatu dari kesejahteraan, sekarang kan nggak. Saya bisa bertemu dengan banyak orang partai di daerah-daerah. Ketemu mereka dan bisa tahu lebih banyak tentang ketulusan hati seseorang dan sebagainya. Tetapi dari ketulusan,
keterbukaan ternyata mereka tidak gampang juga menjalani kehidupan sebagai orang partai. Dan itu memberi pelajaran yang banyak sekali pada saya. Saya mengikuti terus perubahan itu.

Awalnya saya berjuang sendirian non partisan. Ya kadang-kadang ketemu dengan mahasiswa, ketemu dengan grup lain. Kita dengar juga dari partai. Waktu kita lihat bahwa perubahannya pasti, variasinya sekarang kan tinggal pilihan mau berubah lewat mana. Mau kudeta, kalau militer kan gampang tuh ! Mau revolusi rakyat, chaos terus juga bisa. Ya tinggal kita mau smooth atau kasar. Dan kayaknya kita semua sepakat lewat aturan Pemilu ini.

Menurut saya ini lingkungan yang sangat menarik dan membuat saya lebih mengerti tentang apa yang disebut dengan aspirasi dari bawah itu. Ini sangat berbeda sekali kalau kita melihat PDI Perjuangan dari luar. Kok Mbak Megawati diam saja, begitukan ? Boro-boro mencalonkan diri jadi Presiden, statemen-statemen juga nggak ada. Ada gejolak ini dan itu juga nggak ada komentar. Tetapi setelah masuk maka saya bisa ngomong-ngomong gitu lho. Saya jadi mengerti.

Apa saja yang mbak Mega ceritakan pada anda ?

Ya, mbak Mega cerita tentang begitu banyaknya masalah internal PDI Perjuangan yang mesti diselesaikan. Yang jelas, PDI itukan ibaratnya sesuatu organisasi yang tadinya hanya selebar piring sekarang mendadak membesar menjadi tiga atau empat kali meja makan. Bahkan restorannya sekalian. Masalah organisasi, masalah sistem dan masalah prosedur, masalah SDM semua harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Tak heran kalau ini membuat benturan disana-sini. Tetapi bahwa rakyat melihat PDI Perjuangan sebagai sebuah harapan merupakan sebuah kenyataan yang mesti diterima.

Jadi untuk anda pribadi akan banyak perubahan suasana ?

Tentu saja. Waktu saya bisnis kan nggak ada urusan soal masyarakat, soal-soal sosial dan sebagainya, sekarang mau ndak mau tentu saja perhatian saya menjadi terbagi, hahahaha. Bisnis saya itukan urusannya sama klien, sama kreditor, sama suplier semua sama. Mau di minyak kek, mau di engineering dan dimana lagi semua sama. Yang saya fikirkan nggak terlalu njelimet lah. Nah, sekarang berbeda. Saya juga harus memperhatikan aspirasi warga PDI dan perlu memahami gagasan-gagasan mereka.

Pada satu kesempatan Pak Kwik Kian Gie pernah mengatakan bahwa PDI Perjuangan menyiapkan sejumlah kaum profesional untuk masuk dalam kabinet yang dibentuk Megawati bila benar-benar terpilih sebagai Presiden. Sejauh mana anda tahu soal ini ?

Ya Mbak Mega dan Pa Kwik memang membicarakan itu pada saya, dan saya juga sudah sampaikan pada mereka beberapa nama. Tetapikan itu masih terlalu dini. Itu step terakhir dari proses yang sedang kita jalani sekarang. Kita pasti akan menyiapkan soal itu semua. Yang jelas,
sejumlah nama yang ada di Balitbang PDI Perjuangan itukan jelas qualified semua. Ada Meilono Suwondo, ada Julius Usman, ada Pak Mochtar Buchori, ada Pak Dimyati Hartono, ada Laksamana Sukardi dan masih banyak lagi yang lain.

Yang jelas kita akan menyeleksi mereka dari berbagai macam hal mulai dari kapasitasnya, dari kapabilitasnya, dari loyalitasnya kepada organisasi dan lain sebagainya. Kita memang sedang melirik-lirik sejumlah kandidat untuk itu, tetapi kan kita nggak bisa sembarangan menentukan si ini dan si itu begitu saja. Kalau kayak di koran-koran sih mudah saja, susunan pemerintahan versi Forum, wahhh. Atau versi Harian Merdeka, begitu. Versi Partai Republik bahkan saya jadi Menteri, hahahaha.

Tetapi anda sendiri siap menjadi salah satu Menteri di kabinetnya Megawati ?

Belum tahu nih kalau sampai ke eksekutif ya. Wong saya ini baru jadi calon legislatif resmi saja ya baru kali ini kok. Dari daerah Tangerang lagi. Saya inikan sekian puluh tahun menjadi pengusaha nih. Menjadi profesional lantas mengembangkan usaha sendiri. Sama seperti waktu masuk ke politik ini, saya belum tahu apakah nanti akan lebih dalam dan lebih jauh, saya sendiri belum bisa mengira-ngira. Apa saya ini cocok menjadi birokrat ya, apa iya. Saya ini kan orangnya ngawur, seenaknya. Nanti kalau ada protokoler takutnya salah lagi. Kan berabe kalau ada menteri salah terus.

Tetapi andaikata Mbak Mega mempercayakan Pak Arifin menjadi salah satu Menteri, misalnya Menteri Pertambangan dan Energi, bagaimana sikap anda ? Apa anda siap membantu beliau ?

Saya sih kalau soal siap apapun sebisa-bisanya akan saya bantu. Tetapi inikan stepnya masih lama. Sekarang mau Pemilu. Ada kampanye. Lantas tahap pemungutan suara. Nah, Pemilunya harus kita menangkan dulu baru kita melangkah ke step selanjutnya. Yaitu memperjuangkan Mbak Mega sebagai Presiden di MPR. Pasti ada semacam power negotiation dalam political game-nya nanti setelah Pemilu kan. Sama ABRI, sama kekuatan politik lain. Baru step selanjutnya kita sampai pada upaya menyusun kabinet.

Artinya kalau PDI Perjuangan lebih memilih para profesional muda itu sebagai bagian dari kabinetnya kan bisa menyingkirkan sumberdaya yang lama. Apa ini tidak akan menimbulkan kecemburuan ?

Bisa terjadi begitu. Tetapi memang itu sesuatu yang harus dihadapi. Tinggal bagaimana cara pendekatannya saja. Aspirasi dari bawah, kepentingan bersamanya apa, tentu akan ada perasaan-perasaan tergeser atau ditinggalkan. Itu wajar dan manusiawi sekali. Ya misalnya kalau saya beri contoh ada orang yang begitu setia di salah satu cabang PDI Perjuangan. Mestinya kan dia maju lagi jadi caleg akan tetapi dibatasi oleh pendidikan minimal. Dia jatuh. Masuk orang lain yang pendidikannya sarjana. Tentu susah sekali menyelesaikan soal-soal begini. Nah yang seperti ini harus di-clearance. Dibuat mengerti dan harus ditekankan
bahwa kualitas harus ditingkatkan. Segi mental ini harus disiapkan benar.

Apa pandangan anda terhadap Pemilu kali ini ?

Kalau saya menganggap Pemilu kali ini sebagai pemilu pra-kualifikasi. Dari 48 partai yang ikut serta ini yang mampu punya suara pasti akan terseleksi dengan sendirinya. Apalagi ada batasan dua persen. Kalau bisa menyeleksi sampai tinggal 10 partai, maka kursinya akan menjadi lebih sedikit. Merger antar partai akan terjadi setelah Pemilu dan itu akan berlangsung secara otomatis. Kan ada 48 partai lantas akan kita jadikan langsung menjadi dwipartai atau tripartai kan susah. Kita tunggu lah Pemilu nanti. Saya kira semua sepakat bahwa partai itu tidak usah terlalu banyak. Jadi kita anggap saja Pemilu kali ini sebagai babak pra-kualifikasi, dan nanti yang benerannya lima tahun lagi lah.

Yakin ndak anda bahwa Pemilu yang akan datang ini akan berlangsung jurdil ?

Seratus persen jurdil apalagi dengan situasi pemerintah jelas-jelas memihak Golkar ya sulit. Omong kosong wong Golkar punya calon presiden itu Habibie kok. Bisa-bisa dia sedapat-dapatnya mempertahankan diri nanti. Tetapi memang ini sepenuhnya pada pengawasan Pemilu. Saya inikan pragmatis saja soalnya. Sekarang ini Pemilu sudah dekat, kurang dari 30 hari. Dan semua sorotan ditujukan pada peristiwa langka ini maka
bagaimanapun Pemilu ini sedapat-dapatnya harus diupayakan untuk jurdil.

Kenapa anda memilih PDI Perjuangan dan bukannya PAN, padahal sebelumnya anda inikan dekat dengan Amien Rais ?

Ya sekali lagi inikan soal pilihan. Saya melihat PDI Perjuangan itu punya dukungan yang sangat solid dari bawah. Dan memang bikin partai tidak bisa sehari. Perlu waktu. Dari perjalanannya, saya melihat PDI Perjuangan itu sudah teruji dibandingkan dengan PAN. Naik-turun, bentrokan dengan pemerintah, dan seterusnya. PDI Perjuangan jelas lebih mateng dan saya anggap networknya sangat baik dibandingkan dengan partai-partai baru lainnya. Yang jelas, hubungan saya dengan Pak Amien Rais tetap baik-baik saja, nggak ada masalah.

Apa yang anda ingin sumbangkan untuk PDI Perjuangan ?

Yang jelas saya ingin menyumbangkan network yang saya bangun selama ini. Saya ingin ajak semua teman-teman yang selama ini dekat dengan saya agar bisa ramai-ramai mendukung PDI Perjuangan. Yang jelas partai yang lama ini tetap punya peluang yang lebih besar memenangkan Pemilu nanti ketimbang partai-partai baru. Jadi Golkar, PPP dan PDI Perjuangan kans-nya untuk menang sangat besar. Golkar itu meskipun lagi di-ABG-kan dia punya akar yang kuat apalagi birokrasi membantu. Dia sudah lama.

Sama saja dengan teman-teman PDI Perjuangan. Semua juga waktu membuilt-up daerah, cabang, anak cabang, ranting itu jelas membutuhkan waktu untuk solid. Dua tahun untuk membangun semua itu sudah bagus. Buat saya yang penting itu adalah kekuatan bertahan dari gempuran. Apalagi tokohnya kan sudah jelas toh yaitu Megawati. Ya tinggal kita dukung dan
kita perjuangkan saja. (***).


Tidak ada komentar: