Rabu, April 30, 2008

Antrian di BreadTalk

BUKAN main toko roti yang satu ini. Breadtalk namanya. Setiap saya melewati gerai roti ini, dengan setengah terheran-heran saya dapati antrian panjang di depan kasir.

Itu juga yang saya temui di gerai BreadTalk yang ada di Metropolitan Mall Bekasi, beberapa hari lalu. Dari Wikipedia, saya dapatkan informasi bahwa BreadTalk didirikan pada 6 Maret 2003 oleh George Quek, seorang wirausahawan yang sebelumnya memulai jaringan foodcourt yang sukses di Singapura, Food Junction.

Konsepnya berbeda dibandingkan dengan toko-toko roti lainnya pada umumnya. BreadTalk dibuat dengan memperhatikan penampilan toko yang dirancang agar terlihat eksklusif dan transparan. Berkat strategi pemasaran pelanggan (consumer marketing) yang baik, saat pertama kali dibuka, toko-toko BreadTalk seringkali dipenuhi pengunjung yang rela antri untuk mencoba produknya.

Rotinya yang paling terkenal adalah roti yang dibubuhi abon sapi atau ayam diatasnya. Roti ini merupakan signature food BreadTalk dan kini banyak ditiru oleh berbagai toko-toko roti lainnya.Produk roti yang dibuat secara inovatif, kreatif, berkualitas sekaligus trendi ternyata mampu memikat selera penyuka roti di berbagai negara.

Di Indonesia, franchise BreadTalk dimiliki oleh Johny Andrean - seorang penata rambut terkemuka Indonesia - dan diapun menjadi pemegang lisensi sekaligus franchisor BreadTalk pertama di luar Singapura. Dia membuka gerai pertamanya di Mall Kelapa Gading 3 dekat pintu masuk utama pada 29 Maret 2004 lalu.

Dari penelusuran di berbagai situs, salah satu rahasia kelezatan roti-roti ala BreadTalk terletak pada bahan-bahan dasarnya yang sebagian besar impor, terutama tepung gandum. Resep tiap-tiap roti yang dijual memiliki standarisasi hingga siapapun yang mengolahnya dijamin akan mendapatkan citarasa dan penampilan yang sama.

BreadTalk yang menyajikan roti "fresh from the oven" ini merancang dapur yang dapat terlihat jelas dari luar. Peralatan yang serba stainless steel demi menjamin kebersihan ini terlihat begitu rapi, ringkas, apik dengan nuansa minimalis kontemporer. Konsumen pun dapat melihat bagaimana proses pembuatan roti yang dipesannya. Ini mulai dari pengolahan bahan baku kemudian dipanggang hingga bisa menebarkan aroma roti yang lezat.

Nama-nama yang diberikan terbilang atraktif yang menandakan karakter dan keistimewaan masing-masing roti. Ada jenis yang terasa asin, manis, pedas lagi gurih bahkan ada yang pula yang bisa menimbulkan suara kres,..kres.. di mulut ketika digigit tanda kerenyahan dari adonan. Salah satunya yang paling banyak diproduksi karena tuntutan konsumen, yakni Fire Floss seharga Rp 6.500 per buah. Kasim mengakui kalau yang satu ini amat populer baik di Singapura maupun Indonesia.

Namun, bukan berarti jenis-jenis lain tidak digemari. Dari sekitar 160-an item yang dijual, pihak pusat memberikan kebebasan kepada pemegang lisensi untuk membuat rasa baru sesuai kebutuhan dan keinginan suatu daerah. Di Indonesia roti yang unggul selain Fire Floss yakni Copa Banana (Pisang Coklat) dan Chocolate Bun (Roti Coklat). Roti-roti ini tidak dimasukkan ke dalam plastik.

Dipastikan setelah selesai dipanggang, dalam kurun waktu 20 menit ke depan, roti pun sudah habis dan harus mulai membuat yang baru, nonstop. Akhirnya, dari mulai jam buka pukul 10.00 hingga 22.00 WIB BreadTalk senantiasa terlihat ramai pengunjung dan terlihat antrean panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar