Mengemas Wisata Sungai ala China
HARI ketiga aku mengikuti kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke China sungguh menarik. Bila sebelumnya kita mengikuti sejumlah acara seremonial, kali ini kita bisa sedikit bersantai. Tuan rumah mengajak rombongan dari Indonesia itu untuk berpesiar sejenak, dan itu dimanfaatkan untuk mempelajari perkembangan pariwisata di negara tersebut.
Memang, beberapa kota di China menjadi daya tarik utama negara tersebut, berkat keindahan alamnya, nilai sejarah maupun kedinamisan sebuah kota modern. ”Kita ingin belajar dari China. Pariwisata disini dikelola dengan baik dan banyak contoh lokasi wisata di China dikelola dengan manajemen yang berdisiplin tinggi sehingga berkembang dengan sangat baik,” ujar kepala negara kepada para wartawan sebelum memulai kunjungan menuju dua tempat wisata paling utama di Guilin, China Selatan.
Kedua tempat wisata tersebut adalah wisata sungai menyusuri Sungai Li (Li Jiang) dan wisata gua karst Reed Flute Cave. Disebut sebagai pusat wisata paling utama karena kunjungan wisatawan dunia menuju dua lokasi tersebut jumlahnya mencapai tidak kurang dari 10 juta wisatawan pertahun.
Pelayaran kapal menelusuri Sungai Li yang membelah kota Guilin merupakan atraksi wisata yang terkenal di China, dengan pemandangan alam di sepanjang daerah aliran sungai yang indah dan menakjubkan. Presiden SBY dan seluruh rombongan tak henti-hentinya berdecak kagum menyaksikan keindahan alam pegunungan di sepanjang aliran sungai bermula dari dermaga Zhujiang, Guilin dan berakhir di Desa Yangshuo.
Selama tiga jam lebih, para peserta kunjungan kerja dari Indonesia tersebut mendapat informasi berharga dari pejabat kota Guilin yang ikut serta dalam rombongan tersebut bagaimana pemerintah kota mengelola wisata sungai tersebut. Dua kapal ferry mengangkut rombongan menyusuri sungai Li yang lebarnya sekitar 50 meter tersebut sejauh 80 km ke arah hilir.
Di sepanjang perjalanan, selain menyaksikan pemandangan alam yang mempesona, mereka juga dapat menyaksikan langsung kehidupan masyarakat China di pedesaan sepanjang sungai mulai dari menangkap ikan, menggembala kerbau maupun beternak itik dan angsa. Meski cukup panjang dan lama, perjalanan wisata sungai tersebut sama sekali tak menjemukan apalagi para pemandu wisata cukup terlatih memberikan informasi mengenai apa saja yang dapat disaksikan sepanjang perjalanan.
Sungai Li sendiri tampak terawat, jernih dan terlihat batu-batuan di dasar sungai. Yang mengherankan, meski sepertinya tidak terlalu dalam, kapal ferry yang membawa rombongan tidak pernah kandas atau terbentur batu-batuan sungai yang banyak terdapat di sepanjang aliran sungai tersebut. Saat waktu makan siang, sejumlah hidangan sungai seperti ikan, udang dan masakan khas China dihidangkan pada peserta tur.
Tidak hanya Presiden SBY saja yang diundang menikmati wisata di Guilin, kepala negara dari Filipina yaitu Presiden Gloria Macapagal Arroyo beserta rombongan juga melakukan hal serupa. Hanya saja Arroyo berangkat sejam lebih dahulu dengan menggunakan kapal ferry yang lain.
Rombongan berhenti di dermaga Yangshuo dan langsung melanjutkan wisata menelusuri gua karst yang dikenal dengan stalaktit, stalakmit dan tirai batu yang umurnya sudah ratusan ribu tahun. Wisata penelusuran gua yang menaiki lebih dari 100 anak tangga dari batu tersebut sungguh menarik. Pemandu wisata juga pandai bercerita mengenai tampilan-tampilan stalaktit dan stalakmit di gua tersebut.
Hadir pada acara kunjungan wisata tersebut adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan para pejabat di kementerian tersebut. Usai kunjungan, tanpa membuang waktu, SBY langsung menggelar pertemuan dengan para menterinya untuk mengevaluasi sektor pariwisata nasional yang diakui agak mundur saat ini. ”Pariwisata berada jauh di bawah target rencana pembangunan kita,” kata SBY.
Jadi, sepatutnyalah sentilan kepala negara itu hendaknya dijadikan para pegiat sektor pariwisata untuk segera berbenah. Bayangkan saja, daerah aliran sungai saja bisa dikemas menjadi atraksi wisata yang menarik. Padahal kita di Indonesia mempunyai banyak sekali sungai-sungai besar yang dibiarkan begitu saja, tidak dikelola dengan baik. Padahal bila dipoles sedikit banyak turis bersedia membayar untuk menikmati pelayaran sungai sebagaimana yang ada di Guilin itu. (iwan samariansyah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar