Jumat, Desember 25, 2009
Mendekonstruksi Tubuh Manusia
Deden Sambas, perupa asal Bandung yang dikenal saat pertengahan tahun 1990-an menggelar seni rupa koran kini berupaya mendekonstruksi ulang tubuh manusia.
Oleh: Iwan Samariansyah
APA jadinya jika manusia tampil dalam lukisan dalam bentuk persegi empat atau penuh sudut, atau ditampilkan secara tidak lengkap. Hanya wajah saja, kaki saja, ataupun bagian-bagian tubuh lainnya, seolah termutilasi. Itulah yang hendak dijelajahi oleh seorang Deden Sambas, perupa kelahiran Bandung, 15 Juni 1963 itu dalam pameran tunggalnya kali ini.
Menurut Rizki A. Zaelani, karir artistik Deden Sambas dibentuk melalui banyak kisah persahabatan terutama dengan sejumlah perupa asal Bandung. Sebagai perupa yang berasal dari keluarga tradisi (Sunda) yang sederhana, pembentukan kecenderungan artistik dan prinsip estetik Deden dipengaruhi oleh semangat religiusitas yang kental, terutama dari Islam tradisi (pesantren).
Sedangkan kedekatan dirinya dengan beberapa figur seniman senior di Bandung diantaranya adalah : Sunaryo, Heyi Ma’mun dan Tisna Sanjaya mempengaruhi gaya sabetan kuasnya di atas kanvas. Begitu juga keakrabannya bergaul dengan sejumlah perupa yang tergabung dalam Sanggar Olah Seni (SOS) Babakan Siliwangi. Hasilnya adalah sosok yang multi talenta.
Tak heran saat pembukaan pameran tunggalnya, Deden juga menggelar aksi performance arts yang disambut hangat para pengunjung. Dia rela berjumpalitan di lantai galeri sembari mengingatkan pengunjung bahwa apa yang dilakukannya itu merupakan bagian tak terpisahkan dari pameran lukisannya. ”Saya ingin total berkesenian, dan karena ini adalah pameran tentang dekonstruksi manusia maka semua saling terkait,” ujarnya.
Sekitar 23 karya terbaru Deden Sambas dipamerkan di galeri berlantai tiga tersebut. Pengaruh kuat Sunaryo terlihat kuat pada sebagian besar karyanya yang bercorak abstrak. Dekonstruksi tubuh manusia antara lain terlihat dalam karya-karyanya yang berjudul Berdiri, Big Brother Green, Meet (Tanpa Batas), Centrum Librium, On Green, The Face, Memilih Pilihan, Selalu Tumbuh, Sexy War, The Work dan Still Life.
Keseluruhan tubuh manusia digambarkannya banyak sudut (segi empat atau persegi panjang), dan tanpa wajah. Perkecualian terlihat pada karyanya berjudul Woman yang justru menampilkan potret seorang perempuan cantik sedang memegang sehelai kain berwarna kuning.
Dia juga menggambarkan botol wine dengan cara yang tidak lazim yaitu membelahnya menjadi dua bagian besar. Eksperimen ini justru menarik perhatian pengunjung pameran karena hasil potongannya yang disatukan kembali membentuk ornamen yang artistik dan unik. Hasil karya Deden ditawarkan pada kolektor mulai harga Rp 16 – 25 juta. (*)
Data-data :
Judul Pameran : Vice Versa
Seniman : Deden Sambas
Kurator : Rizki A. Zaelani
Tempat : Galeri Mon Décor, Jalan Gunung Sahari Raya Jakarta
Waktu : 21-30 Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar