Rabu, April 30, 2008

Fenomena Menguatnya Politisi Selebritis


Iwan Samariansyah

iwansams@jurnas.com

Terpilihnya Rano Karno sebagai Wakil Bupati Tangerang dan Dede Yusuf sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat menjadi fenomena menarik di panggung politik nasional.

PAGI itu, Minggu 13 April 2008 saya dan isteri bersiap-siap. Biasanya pas hari libur begini, saya mandi agak siangan. Tetapi hari ini sedikit berbeda. Ini hari bersejarah bagi seluruh warga provinsi Jawa Barat. Tadi malam, saya didatangi Pak Hamid, tetangga yang menjabat sebagai Ketua RT tempat saya tinggal, di perumahan Harapan Indah, Kota Bekasi. Dia mengingatkan saya soal coblosan besok pagi.

Coblosan yang dimaksud pak RT tadi adalah proses pemilihan kepala daerah secara langsung. Atau populer dengan nama pilkada. Dan untuk pertama kalinya warga diberi kesempatan memilih calon Gubernur yang akan memimpin daerah itu lima tahun ke depan. Saya dan isteri segera menuju tempat pemungutan suara (TPS) yang tak jauh dari rumah.

Ada tiga pasangan calon yang maju menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat kali ini. Yaitu pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana, Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim, dan Ahmad Heryawan-Yusuf Macan Effendi.

Danny Setiawan-Iwan Ridwan Sulanjana dengan nomor urut satu didukung Partai Golkar dan Demokrat. Agum Gumelar-Nu`man Abdul Hakim dengan nomor urut dua adalah jago yang dimajukan oleh PDIP, PPP, PBB, PKPB, PKB dan PDS. Sementara pasangan terakhir dengan nomor urut tiga adalah Ahmad Heryawan-Yusuf Macan Effendi diusung PKS dan PAN.

Danny Setiawan adalah Gubernur incumbent. Pria kelahiran Purwakarta ini dikenal luas sebagai birokrat karir di lingkungan Pemda Jawa Barat. Mulai dari Camat dan terakhir menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pasangannya Iwan Ridwan Sulanjana adalah militer profesional yang pernah menjabat Pangdam III Siliwangi dengan pangkat Jenderal bintang dua. Terakhir dia menjabat Asisten Operasi KSAD.

Agum Gumelar adalah jenderal bintang empat yang pernah maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Hamzah Haz yang dicalonkan sebagai Presiden oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Nu’man Abdul Hakim adalah Wakil Gubernur Jawa Barat incumbent. Dia juga menjabat Ketua DPW PPP Jawa Barat. Dengan besarnya dukungan dan basis massa, pasangan ini tentu saja diunggulkan.

Ahmad Heryawan adalah Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera. Pria kelahiran Sukabumi ini namanya kalah populer di kalangan publik Jawa Barat dibandingkan calon Wakil Gubernurnya Yusuf Macan Effendi yang akrab dengan nama Dede Yusuf. Dede Yusuf, anggota DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini aktor ternama yang dikenal luas sebagai bintang iklan obat sakit kepala Bodrex.

Yang jelas, Pilkada langsung Jawa Barat yang pertama ini dibayang-bayangi angka golput yang cukup besar, terlihat dari rendahnya minat warga untuk menggunakan hak pilih mereka. Di Kota Bekasi, misalnya, sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) nampak sepi dari pemilih. Seperti di TPS tempat saya mencoblos, dari jumlah pemilih 438 orang, yang hadir hanya 224 orang.

Saya tidak mengikuti proses perhitungan suara. Hanya saja, tetangga saya mengatakan bahwa di TPS tempat saya mencoblos, pasangan nomor urut tiga yaitu Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang populer dengan singkatan Hade menang tipis dari Agum Gumelar. Wah, kejutan. Saya makin tertarik ketika beberapa televisi menyiarkan hasil quick count hasil Pilkada Jawa Barat. Pasangan Hade menang ! Wow keren !

Ini benar-benar sebuah kejutan besar. Pasangan yang tak diunggulkan, paling muda usianya dan tak didukung partai besar ternyata terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Dede Yusuf adalah selebritis dan aktor layar lebar pertama yang terpilih sebagai Wakil Gubernur. Dalam sejarah Pilkada langsung, Rano Karno pada pilkada Kabupateng Tangerang sudah terlebih dahulu mencatat sejarah. Dia wakil bupati pertama dari kalangan berlatar belakang artis.

Haruslah diakui bahwa salah satu kunci sukses duet pasangan Hade adalah faktor keartisan Dede Yusuf yang secara signifikan memiliki sumbangan yang besar terhadap keberhasilan pasangan ini dalam memperoleh dukungan mayoritas pemilih di Jawa Barat. Fenomena kemenangan dua ikon selebritis ini saya duga tentu bakal meningkatkan motivasi selebritis lain ke dunia politik dan bersaing dalam pilkada. Begitu juga dalam kasus Rano Karno di Pilkada Tangerang.

Dan tampaknya dugaan saya benar. Wanda Hamidah, model dan pemain sinetron yang juga satu partai dengan Dede Yusuf tengah bersiap-siap untuk maju dalam Pilkada Kota Tangerang. Dalam pilkada langsung yang rencananya digelar awal Oktober 2008 itu, dirinya akan mendampingi Walikota saat ini (incumbent) H. Wahidin Halim. ”Tidak masalah, saya sudah siap untuk maju,” ujarnya kepada kami para wartawan di Tangerang, Minggu (23/3) lalu.

Saat ini Wanda mengaku tengah mempersiapkan dirinya, terutama mental karena meski kader PAN yang sudah lama terjun di dunia politik, namun perempuan kelahiran Jakarta, 17 September 1977 ini bakal menghadapi tantangan baru. Bila duet PKS-PAN ini sukses maka ini menambah daftar para selebritis yang selama ini aktif di politik terpilih menjadi pejabat daerah.

Seingat saya, fenomena politisi selebritis maju ke pilkada ini dimulai oleh aktris senior Marissa Haque pada 2006 ketika dia maju dalam Pilkada langsung provinsi Banten berpasangan dengan Zulkiflimansyah sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Perempuan kelahiran Balikpapan, 15 Oktober 1962 ini dengan berani melawan keputusan partainya, PDIP, padahal saat itu Marissa adalah anggota DPR-RI dari PDIP.

Saat itu, dalam tahap penjaringan calon gubernur provinsi Banten, dia kalah dengan Ratu Atut Chosiyah sehingga partainya tak merekomendasikan dirinya sebagai kandidat gubernur. Meski demikian, isteri penyanyi Ikang Fawzi ini tak peduli. Dia menerima tawaran Partai Sarikat Indonesia (PSI) untuk dicalonkan sebagai Wakil Gubernur mendampingi Zulkiflimansyah dari PKS.

Langkah ini dianggap bertentangan dengan kebijakan resmi PDIP yang mendukung penjabat gubernur Ratu Atut Chosiyah. Kemudian PDIP memperingatkan dia yang tetap saja tak digubris oleh Marissa. Akibatnya Marissa dipecat dari keanggotaan PDIP dan resmi diberhentikan dari keanggotaannya di parlemen. Meski memperoleh suara yang cukup signifikan, dia mengalami kekalahan.

Marissa Haque yang gagal, Rano Karno dan Dede Yusuf yang mendulang sukses, serta Wanda Hamidah yang tengah berjuang di Kota Tangerang telah memperkuat adanya fenomena baru tentang politisi selebritis. Mereka cukup mudah memiliki akses berpolitik karena popularitas mereka di masyarakat menjadi andalan bagi partai-partai politik untuk mendulang suara dalam merebut suara para pemilih.

Masuknya para selebritis, mulai dari artis film dan sinetron, penyanyi, model, perancang busana, dan sebagainya ke dunia politik bukanlah fenomena unik. Di negara maju, berkembang dan bahkan negara miskin sekalipun, banyak selebritis dan pesohor yang merambah dunia politik. Sebut saja nama-nama seperti Ronald Reagan, Arnold Schwartzennegger (keduanya aktor) di Amerika Serikat, Joseph Estrada di Filipina yang bintang film serta Isabella Peron, mantan penari dan aktris yang menjadi Presiden Argentina pada 1974-1976.

Ronald Reagan adalah Presiden Amerika Serikat ke-40 dan menjabat dua periode yakni pada 1981 – 1989. Sebelumnya dia menjabat Gubernur ke 33 California, posisi yang kini tengah disandang oleh aktor laga Arnold Schwartzenegger. Reagan terpilih dalam usia tua yaitu 69 tahun. Sebagai aktor, Reagan mendapat karir sukses di Hollywood, sebab wajahnya tampan dan tubuhnya gagah serta ditunjang suaranya yang berwibawa.

Dia pernah bermain sebagai George ”The Gipper” Gipp dalam film Knute Rockne All American (1940). Reagan sendiri menganggap bahwa pekerjaan akting terbaiknya adalah dalam film King Row (1942). Film terkemuka Reagan lainnya termasuk Hellcats of The Navy dan Bedtime for Bonzo. Usai masa jayanya sebagai aktor lewat, dia terjun ke panggung politik dan menjadi politisi Partai Republik.

Arnold Schwarzenegger adalah aktor yang menurut saya namanya cukup sulit dieja. Pria kelahiran Austria ini awalnya adalah atlet dan binaragawan. Awalnya dia warganegara Austria. Setelah bekerja di Inggris dia lantas bermigrasi ke Amerika Serikat pada 1968. Kemudian terjun ke dunia film sebagai aktor film keras, mulai film Hercules in New York (1970) hingga serial science-fiction Terminator yang sukses itu.

Kesuksesannya pada lebih dari 20 filmnya membuatnya menjadi milyarder sehingga dia bisa berinvestasi di berbagai bidang usaha. Dari situ dia mengikuti jejak Reagan terjun ke dunia politik, hingga akhirnya pada 7 Oktober 2003 dalam pemilu dipercepat dia terpilih sebagai Gubernur California ke-38. Pada 2007, dia terpilih kembali sebagai Gubernur untuk jabatan kedua.

Kesuksesannya dalam karir politik banyak ditunjang oleh isterinya Maria Shriver yang anggota klan politik yang berpengaruh di AS yaitu keluarga Kennedy. Hubungan kedua suami isteri ini terasa aneh, karena partai Schwarzenegger adalah Republik sementara isterinya pendukung setia Demokrat. Ini membuat keduanya menjadi pendukung calon presiden AS yang berbeda pada Pemilu Presiden AS sepanjang tahun ini.

Dari Filipina, negeri tetangga kita di ASEAN kita dapatkan nama Joseph Estrada. Dia adalah presiden Filipina yang terpilih melalui Pemilu menggantikan Fidel Ramos. Estrada yang akrab dipanggil Erap adalah seorang aktor film populer di Filipina, dan puluhan film-filmnya memerankan dirinya sebagai pahlawan gagah berani pembela rakyat miskin.

Berkat popularitasnya itu dia memenangkan Pemilu dan menjabat sebagai Presiden Filipina ke-13 pada periode 30 Juni 1998 – 20 Januari 2001. Pria kelahiran Manila, 19 April 1937 ini jatuh dari kursi kepresidenan akibat skandal korupsi yang marak selama dia memerintah. Pemerintahannya dijatuhkan rakyat dalam revolusi people power (kekuatan rakyat) yang dikenal dengan nama Revolusi EDSA II.

Dia lantas digantikan wakil presidennya, Gloria Macapagal-Arroyo. Nasib Estrada sungguh tragis, dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena korupsi yang dia lakukan. Nasib tragis serupa dialami oleh selebritis lain asal Argentina, Isabella Peron. Mantan penari panggung ini adalah janda Presiden Juan Peron. Dia naik menjadi presiden menggantikan suaminya yang meninggal kala menjabat. Saat itu posisinya adalah Wakil Presiden. Isabella memimpin Argentina pada periode 1 Juli 1974 – 24 Maret 1976 sebelum akhirnya diturunkan paksa dan dikudeta oleh junta militer.

Itulah beberapa politisi selebritis di dunia internasional. Mesti diakui, keterlibatan kaum selebritis dalam dunia politik memang saling menguntungkan. Dulu, semasa Orde Baru, saya ingat benar pada rombongan artis safari yang dipimpin Eddy Sud dan berkeliling tanah air berkampanye untuk Golkar, kelompok politik yang dominan masa itu. Motif utama para selebritis berpolitik masa itu tentu saja lebih sederhana.

Kebanyakan mereka terjun sebagai penarik suara (vote-getter). Golkar diuntungkan dengan kehadiran para artis tersebut. Sedangkan para selebritis bisa mendapatkan jaminan keamanan, pekerjaan dan lobi tingkat tinggi pada pejabat dan kaum politisi Orde Baru. Hanya sedikit yang meneruskan karir menjadi politisi selebritis, semisal menjadi anggota parlemen.

Elit selebritis lantas memperoleh previlise dalam bentuk fasilitas dan kedudukan politik serta kemudahan mendapatkan rejeki dalam bentuk pesanan untuk tampil di panggung atau televisi. Mungkin juga mengembangkan karir di dunia film. Sekarang ini, sejumlah partai politik berlomba-lomba merekrut para selebritis. Baik yang beraliran nasionalis maupun Islam.

Hubungan erat politisi dan selebritis semakin intens saja. Bahkan banyak tawaran yang tidak masuk akal, terutama pada selebritis yang tengah naik daun. Konon, pada Pemilu 2004 lalu, si ratu goyang ngebor Inul Daratista sampai menjadi rebutan dua partai politik besar dengan bayaran Rp 16 miliar - Rp 30 miliar untuk sekadar menjadi vote getter dalam arena kampanye. Entah benar atau tidak, tetapi Inul menampiknya.

Untuk politisi selebritis, ada proses yang menarik untuk dicermati. Sebelum menjadi politisi, para selebritis hidup di dunia impian publik. Publikasi media tentang kehidupan pribadi dan profesi membantu mereka mendapatkan popularitas dan citra serba baik atau hebat. Itulah yang saya kira terjadi bila kita hendak mencermati kesuksesan Rano Karno dan Dede Yusuf di dunia politik. Pilkada langsung telah membuka kemungkinan nyaris tak terbatas bagi figur populer.

Salah satu faktor yang membantu Rano Karno dalam pilkada langsung Tangerang adalah citra positif dirinya sebagai pribadi realistis, sederhana, pekerja keras dari kaum bawah yang sukses dalam karir dan cinta. Paling tidak citra tersebutlah yang tercipta melalui serial populer Si Doel Anak Sekolahan. Citra itu tertanam di masyarakat se-antero Indonesia, bukan hanya di komunitas Betawi. Rano Karno jelas berhutang budi pada RCTI, pelopor televisi swasta di tanah air.

Sementara Dede Yusuf lebih dikenal sebagai pahlawan pembela kebenaran. Kesukaan Dede pada beladiri, membuatnya tampil sebagai bintang laga misalnya dalam film Jalan Makin Membara. Dede memang fans berat aktor Chuck Norris, yang dikenal sebagai bintang laga Hollywood. Demi dunia showbiz, Dede bahkan rela meninggalkan kuliah di tahun keempatnya di Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.

Dede memulai debutnya pada 1986 dengan peran kecil di film Catatan Si Boy besutan sutradara Nasri Cheppy. Setelah itu, Dede semakin sering bermain film dan juga serial televisi. Serial televisi yang melambungkan namanya dan menjadi legenda tentu saja adalah Jendela Rumah Kita di TVRI dengan peran sebagai Jojo yang mampu bertahan selama 4 tahun (1989-1992).

Tetapi menurut saya, popularitas Dede Yusuf yang membuat figurnya tertanam begitu dalam di benak para pemilih Jawa Barat adalah perannya sebagai bintang iklan. Dia banyak bermain sebagai bintang iklan berbagai produk antara lain Tira Jeans, Homy Ped, Bosowa Motor, dan Green Sands. Tetapi yang terpenting adalah perannya di iklan Bodrex. Bayangkan, Dede telah menjadi bintang iklan Bodrex selama 14 tahun !!

Mantan foto model ini juga dikenal sebagai presenter, produser dan sutradara handal. Bahkan Piala Vidia Madya-FFI 1994 pernah dikoleksinya dari cerita serial Sepeda Anak Pak Uztad yang disutradarainya. Berbagai faktor ini saling bersinergi memperkuat citranya di muka publik. Dan Dede Yusuf pun sukses merebut posisi orang nomor dua di provinsi Jawa Barat.

KPU Jawa Barat sendiri pada Selasa, 22 April lalu sudah secara resmi telah menetapkan pasangan Hade sebagai pemenang Pilkada Jawa Barat. Dalam pengumuman yang disampaikan Ketua KPU Jawa Barat Setia Permana menyebutkan, pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahteran (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) itu meraup 7.287.647 suara (40,4 persen). Hasil yang tak terlalu jauh dengan publikasi quick count.

Sementara pasangan Agum Gumelar-Nu'man Abdul Hakim (Aman) mendapat urutan kedua dengan meraih 6.217.557 suara (34,55 persen), dan pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulandjana (Dai) dengan 4.490.901 suara (24,95 persen). Kubu Aman hingga kini masih memprotes hasil Pilkada tersebut. Mereka merasa dicurangi. Mereka saat ini tengah mengajukan gugatan ke pengadilan.

Total suara sah dalam pemilihan tersebut adalah 17.986.105 pemilih, sedangkan suara tidak sah sebanyak 806.560 suara. Dari total warga yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) sekira 27 juta orang, maka jelaslah bahwa Golput pada Pilkada Jawa Barat ini cukup besar. Pasangan Hade hampir menyapu bersih kemenangan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. Hade menang di 17 kabupaten/kota, pasangan Aman hanya unggul di enam kabupaten/kota dan 3 kabupaten/kota untuk pasangan Da’i.

Berkaitan dengan soal kesenian, menarik menyimak komentar Dede Yusuf soal kemenangannya itu. Calon Wakil Gubernur Jawa Barat 2008-2013 itu berkeinginan untuk membangun kembali kesenian Sunda yang dinilai merosot dewasa ini. ”Memang benar kesenian Sunda mengalami degradasi. Kalau saya jadi Wakil Gubernur nanti pasti akan menghidupkan kembali semua kesenian di Jawa Barat,” ujarnya.

Dede ditemui saat menghadiri pertemuan Simpay Wargi Urang (Ikatan Warga Kita) di kediaman mantan Wakil Kepala Polri Komjen (Purn) Adang Daradjatun. Dengan air muka serius, Dede mengatakan bahwa kesenian daerah adalah mata untai kebudayaan nasional. ”Posisi kesenian penting amat strategis. Majunya kesenian daerah berarti kemajuan seni budaya nasional,” katanya.

Simpay Wargi Urang adalah organisasi yang mempunyai perhatian dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Sunda. Selain Dede Yusuf dan Adang Daradjatun, maka organisasi ini juga beranggotakan Dwiki Darmawan, Ikang Fawzi, Dedy Gumelar alias Miing, Happy Salma, dan sejumlah aktor dan aktris asal Jawa barat lainnya. Akankah pasangan Hade sukses memimpin Jawa Barat ? Terpulang pada keduanyalah membuktikan janji-janji yang telah diucapkannya saat kampanye lalu.

Dimuat di Mingguan KOKTAIL edisi 031/25 April - 01 Mei 2009 halaman 40-41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar