Selasa, Agustus 21, 2007

Hari-hari yang Terlewatkan


Saat Mood Menulisku Hilang


MENULIS adalah satu hal, dan mood untuk menulis soal lain pula. Itu pula yang tengah terjadi pada diriku. Setelah 15 Agustus, aku mandeg menulis di blog ini cukup lama. Padahal dalam periode seminggu ini begitu banyaknya peristiwa penting yang pantas untuk ditulis. Aku baca beberapa penulis blog lain menulis peristiwa-peristiwa itu dengan amat khidmat. Dan bagus-bagus pula hasilnya.

Tapi, ada soal lain pula kenapa aku mesti berhenti sejenak mengisi blog ini. Aku cuti sejak 16 Agustus lalu ! Cuti ? Iya. Resminya aku meliburkan diri sejenak, menjauhkan diri dari dunia keseharianku di Bekasi dan Rawamangun. Kemana aku pergi ? Lumayan jauh, sebenarnya, dan aku tak pergi sendiri. Bersamaku ikut juga keluargaku : isteri dan kedua puteriku. Kami mengikuti perjalanan muhibah keluarga ke Solo, cikal bakal keluarga besar isteriku.

Akibatnya, terlewatkanlah tahun ini aku menulis kontemplasi pribadiku mengenai peristiwa-peristiwa berikut ini :

Pertama, 14 Agustus 2007 : Perayaan Hari Pramuka Nasional. Sebagai orang yang pernah dibesarkan oleh Gerakan Pramuka, mestinya aku bisa menulis kenangan lama masa SD, SMP dan SMA ketika aku mendapat begitu banyak pelajaran berharga sebagai seorang Pandu. Terutama masa-masa SMA, ketika aku mengikuti begitu banyak kegiatan nasional saat berseragam Pramuka.

Kedua, 17 Agustus 2007 : Hari Proklamasi Kemerdekaan. Perayaan tujuh belasan selalu memberikan makna tersendiri buatku. Orang Indonesia, sepertiku, patut menulis sesuatu yang lain dari biasanya di hari ini. Hari ketika bangsa ini dilahirkan, dan nasionalisme sebuah komunitas dibangun. Tentu menarik mengamati makna kemerdekaan bagi kita semua saat usia tersebut sudah menginjak usia 62 tahun.

Ketiga, 17 - 19 Agustus 2007 : Perjalanan muhibah ke Solo. Ini perjalanan besar bagi keluarga besar isteriku, keturunan Panembahan Samber Nyowo atau yang lebih dikenal sebagai Gusti Mangku Negoro I, pendiri Kraton Mangku Negoro di Surakarta. Cikal bakal keluarga besar yang berpusat di Wonogiri ini adalah dari salah satu tumenggung Mangku Negoro I yang bernama Prawiro Martoyo, dan karena itu disebutlah trah Prawiro Martoyo. Ada 50 orang bepergian dalam satu bus besar sewaan. Semuanya satu kerabat. Hebat !

Keempat, 20 Agustus : Yogyakarta. Pada perjalanan pulang aku memutuskan untuk tinggal di Jogjakarta karena mesti mengurus beberapa surat-surat kendaraan seperti STNK dan SIM yang kebetulan lebih enak dibuat di Jogjakarta. Luar biasa, dalam tempo sehari surat itu berhasil kubuat dengan biaya yang kurang dari Rp 500 ribu. Apa benar ya ? Bahwa sudah terjadi reformasi birokrasi dalam pelayanan publik kita ? Aku membuktikannya.

Kelima, 21 Agustus : Travel. Perjalanan pulang ke Bekasi dari Jogjakarta menumbuhkan suatu hal yang menarik untuk ditulis. Namanya kendaraan travel. Ini moda transportasi yang agak unik karena kita bisa naik dari depan rumah, dan langsung turun di depan rumah pula. Kendaraan antar jemput ini fenomena unik yang menarik dicermati. Harga travel Jogjakarta - Bekasi yang mesti aku bayar adalah Rp 125.000,- per orang.

Nah, kapan semua itu aku tulis ? Mungkin tak akan pernah ditulis. Aku lagi sedang tidak mood untuk menulis. Anggap saja, tulisan dengan judul "Hari-hari yang Terlewatkan" ini sebagai rangkuman dari semua itu. Juga menjadi alasan bagi semua orang yang mampir ke blog ini untuk mengetahui apa saja yang kulakukan selama beberapa hari ini. Mood untuk menulis memang tidak datang setiap waktu.

Rawamangun, 21 Agustus 2007 jam 13 : 00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar