Kamis, Februari 21, 2008

Orang Jogja di Jakarta


Orang Jogja di Jakarta banyak sekali. Rukun, suka kumpul-kumpul dan senangnya nostalgia saat hidup di Jogja dulu. Apalagi yang dulunya kuliah di UGM, kampus Bulaksumur. Bila ketemu pastilah rame bener celotehan yang terlontar. Saling tanya kabar si anu gimana, terus dengan rasa ingin tahu yang begitu besar tanya nasibnya si dia piye ? Pokoknya heboh.

Aku sendiri hidup di Jogja dalam kurun waktu yang cukup lama. Setidaknya tujuh tahun. Mulai masuk tahun 1987 dan akhirnya menyelesaikan studi S-1 ku tahun 1994. Di Jogja juga aku mendapat jodoh, tetapi kami menikah di Bandung, tempat asal gadisku.

Jogja adalah hulu sungai. Tempat sebuah Universitas tertua di negeri ini berada. Alumninya tanpa malu-malu menamakan dirinya sebagai Universitas Ndeso. Ya. Ndeso. Berbau pedesaan, kampungan dan udik. Malu-maluin buat yang gak faham maknanya, tetapi membanggakan bagi yang mengerti filosofi dasarnya.

Deso (baca ndeso) bisa bermakna negatif, bisa pula positif. Ndeso, itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya.

Maka kemudian dia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.

Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso dalam makna yang negatif.

Orang Jogja beda dengan ndeso bermakna negatif. Lebih banyak yang bernada positif, apalagi orang Jogja di Jakarta. Teman-teman yang kukenal baik umumnya punya karakteristik sama yaitu humble, rendah hati, senang berbagi, guyub dan kalau bekerja wah bukan main keras dan tekunnya. Benar-benar seperti orang ndeso.

Kalau ingin tahu, mental juang orang Jogja mungkin salah satu yang terhebat di dunia. Orang tua tua disana … pagi hari sudah bangun pagi-pagi dan mulai bekerja. Saat masih tinggal di Jogja, saya sering menjumpai banyak ibu-ibu yang sudah renta, bungkuk …menggendong barang dagangan berupa sayur mayur atau makanan pagi yang siap santap.

Disekitar Malioboro banyak sekali pengemudi becak yang berusia lanjut … dekat Tugu Jogja. Mereka tidak pulang ke rumahnya, tetapi memilih tidur di becaknya yang menjadi tempatnya mencari nafkah. Orang Jogja di Jakarta yang saya kenal memang tidak menjadi tukang becak lagi, banyak yang menjadi kaum profesional. Tetapi kalau mereka masih bujangan, umumnya mereka juga punya kegemaran serupa : tidur di kantor. Heroik sekali ya?

Ketika Indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka kita sepatutnya mulai berhemat. Orang Jogja di Jakarta tanpa banyak cakap menempuh caranya sendiri : rame-rame menjual mobilnya dan berganti sepeda motor.

Paling tidak itu terjadi pada orang-orang Jogja yang saya kenal.

Bangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, angka kriminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan global. Maka orang nDeso mampu mengatasi krisis karena mereka bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyiasati hidup.

Yang lebih mengerikan itu adalah orang ndeso yang norak. Itu yang berbahaya, dan harus dijauhi, karena supaya dia tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah dunia kalo si kere tidak tahu dirinya kere. Bisa-bisa besar pasak daripada tiang nanti. Ujung-ujungnya korupsi, dan masuk penjara.

Jumat, Februari 15, 2008

Obama, The Incredible Leader

BEGITULAH sebutan tanda kekaguman saya pada Barack Hussein Obama jr, senator Illinois yang kini sedang bertarung ketat melawan Hillary Clinton guna merebut posisi puncak di negara adi daya Amerika Serikat. Itu semua dimulai ketika dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat, Obama tampil memukau dengan pidatonya yang dianggap merupakan re-inkarnasi mendiang Presiden AS paling kharismatis John F Kennedy.

Saat dia berpidato menyambut kemenangan dalam Kaukus Iowa, saya langsung melambung dan berharap benar bahwa Obama akan menjadi pemimpin Amerika Serikat yang luar biasa. The Inredible Canidate. Kemenangan pendahuluan Obama di Iowa merupakan terobosan yang sangat substansial. Betapa tidak. Penduduk kulit putih Iowa mencapai 93 persen, dan Obama berhasil membuat Iowa jatuh cinta padanya.

Meski sudah menjelma menjadi negara yang multirasial, masalah keturunan ini masih menjadi isu yang sensitif buat Amerika. Para penduduk AS dari lingkungan Afro-Amerika kurang begitu sreg menerima Obama sebagai bagian dari komunitasnya. Obama dianggap kurang hitam, apalagi dia setengah putih karena ibunya, Ann Dunham, berasal dari Kansas. Bapaknya Barak Hussein Obama Sr adalah penerima beasiswa dari Kenya dan menikahi Ann, melahirkan Obama Jr pada 1961 di Hawaii.

Ketika pada 2006 Obama mengunjungi Kenya, ia disambut bak pahlawan dengan penuh kebanggaan karena keturunan Kenya bisa menjadi senator yang sekarang sudah meningkat menjadi calon Presiden Amerika Serikat.

Obama Sr memang seorang playboy yang menikah beberapa kali. Pertama sebelum Ann, di Kenya, setelah bercerai dari Ann dengan wanita kulit putih AS lain, lalu dengan dua wanita Kenya dan total menjadi bapak dari sembilan anak. Sementara Ann Dunham setelah cerai dari Obama Sr menikah dengan Soetoro dari Indonesia, yang kemudian membawa Obama melewati masa SD antara 1968-1973 di Indonesia.

Setelah itu Ann bercerai lagi dari Soetoro dan kembali ke Hawaii, dan Obama Jr lebih banyak dirawat oleh kakek-neneknya dari pihak Ibu. Adik tiri perempuannya Maya Soetoro ikut pindah ke Hawaii dan menikah dengan warga Kanada keturunan Tionghoa, Konrad Ng. Betapa beragamnya ras yang ada di lingkungan keluarga Obama.

Dalam bukunya "Dreams" Obama menulis : "Rasisme bukan cuma kejam, tetapi juga pongah. Dua warna kulit membuat saya mengalami krisis identitas."

Latar belakang sejarah ini sekarang mulai terkuak dan merupakan bagian dari ujian sejarah, apakah AS akan lulus sebagai negara demokrasi sejati yang tidak terhambat oleh faktor sentimen primordial seperti ras, etnis, keturunan, dan agama. Jika John Kennedy menghadapi masalah Katolik dan Mitt Romney agama Mormon, maka yang menimpa Obama adalah dua masalah sekaligus, etnis campuran imigran Kenya dan isu bahwa ia pemeluk Islam semasa hidup di Indonesia.

Bila nanti Obama benar-benar menang dan mengalahkan Hillary, maka tampaknya Obama akan menjadi unstoppable -tidak akan terbendung lagi pada konvensi Nasional Demokrat Agustus 2008 dan langsung menuju pemilihan Presiden melawan Republik November 2008. Obama benar-benar menjadi kekuatan dahsyat yang bahkan mengalahkan dinasti Clinton, apalagi dinasti Kennedy kini berpihak padanya.

Saat ini dana kampanye Obama yang didukung oleh konglomerat George Soros, Warren Buffet, setara dengan dana yang dihimpun Hillary. Tapi, pesona Obama sudah jauh meninggalkan Hillary, bahkan di kalangan pemilih wanita dan kaum muda kulit putih. Disimpulkan bahwa Hillary hanya didukung oleh generasi tua yang merupakan masa lalu, sedang Obama menjanjikan harapan untuk perubahan.

Dunia akan menguji apakah AS benar-benar menjadi pimpinan global yang punya otoritas moral untuk mendikte orang lain atau jatuh ke lembah rasialisme yang berbahaya. Agar mengikuti teladan meritokrasi, seorang presiden keturunan dunia ketiga menduduki Gedung Putih. Seorang presiden yang berasal dari ayah Afrika, beribu kulit putih Amerika, serta memilik saudara berkulit putih bermata biru, atau saudara berkulit hitam, atau sawo matang serta adik ipar seorang keturunan China.

Benar-benar gambaran luar biasa untuk seorang calon Presiden Amerika Serikat. Obama, bila terpilih sebagai Presiden AS saya harap akan menjadi Presiden yang paling dicintai warga dunia, sekalipun mereka tak ikut memilihnya. Inilah momentum buat rakyat Amerika memperbaiki citra bangsanya. Momentum untuk memilih Presiden yang dicintai dunia, menghapuskan George W Bush, Presiden AS yang paling dibenci dan terkucilkan di seluruh dunia !

Selasa, Februari 12, 2008

Medio Februari

Buat banyak anak muda, medio Februari mungkin identik dengan perayaan yang tak jelas asal muasalnya. Valentino Rossi. Eh, salah. Itukan nama pembalap motoGP kondang ya? Yang benar adalah Valentine Day. Hari kasih sayang. Rupanya manusia kehilangan ide untuk berkasih sayang sehingga dibuatlah ide agar berkasih sayang cukup satu hari saja dari 365 hari yang ada dalam satu tahun.

Tetapi dua adikku masing-masing Imam Muazansyah, si anak bungsu dari keluargaku dan Aribuana Erdani, si anak bungsu dari keluarga isteriku alias adik ipar secara berurutan berulang tahun pada medio Februari ini. Imam pada 14 Februari dan Ari pada 15 Februari. Keduanya sudah berkeluarga. Yang satu tinggal di Tanjung Selor, Kalimantan Timur dan yang lain tinggal di Ciamis, Jawa Barat.

Imam, adikku bungsu ini lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman. Adik yang wajahnya paling mirip denganku baik saat kecil maupun ketika remaja. Kini sudah memiliki sepasang putera dan puteri. Yang besar bernama Alya dan yang kecil bernama Razan. Imam memilih bekerja sebagai pengusaha di Tanjung Selor dan menetapkan jalan hidupnya untuk berwiraswasta di kabupaten Bulungan, yang terletak di belahan utara provinsi Kaltim itu.

Ari, sang adik ipar adalah saudara isteriku yang wajahnya paling mirip dengan isteriku. Juga sudah berkeluarga dengan satu anak bernama Abam. Bersama isterinya Lia, mereka menjalani hidup berumah tangga di Ciamis. Meski hanya lulusan SMA, Ari cukup ulet dan lelaki yang bertanggung jawab pada keluarganya. Dia menjalankan usaha kecil-kecilan untuk menopang kehidupan keluarga kecilnya.

Selamat Ulang Tahun adik-adikku. Semoga berbahagia selalu.

Kamis, Februari 07, 2008

Imlek Milik Siapa ?


Oleh Ws Budi Santoso Tanuwibowo


ADA yang bertanya, "Sebenarnya Tahun Baru Imlek itu milik siapa?" Orang Tionghoa, umat Budha atau siapa? Kalau dibilang dirayakan oleh orang Tionghoa, pada kenyataannya banyak yang tidak merayakan. Demikian juga kalau dikatakan umat Budha. Lantas kalau tidak jelas demikian, mengapa Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai Hari Nasional? Pertanyaan lebih lanjut adalah, "Kalau didasari pertimbangan etnis, bukankah hal ini akan membuka peluang bagi etnis-etnis lain untuk menuntut hal serupa?"

Untuk menjawab pertanyaan di atas memang tidak mudah. Apalagi bagi mereka yang berumur 40 tahun ke bawah. Selama lebih dari separuh waktu pemerintahan Orde Baru, praktis Tahun Baru Imlek tidak diperbolehkan dirayakan secara terbuka. Imlek hanya boleh dirayakan secara tertutup di lingkungan keluarga atau kerabat. Pada kurun waktu 70an sampai menjelang akhir pemerintahan Orde Baru, jangan harap bisa menonton Barongsai dan Liong sebebas sekarang. Jangan harap pernik-pernik Imlek bisa dijumpai di mana-mana. Semuanya harus ditutup demi kepentingan politik waktu itu.

Apa yang kita sebut sebagai Tahun Baru Imlek, adalah awal atau hari-hari pertama dari sebuah sistem penanggalan yang sudah sangat tua umurnya. Penanggalan yang sekarang kita kenal dengan nama penanggalan Imlek, sudah ada sejak 4.700an tahun yang lalu. Penggagasnya adalah Huang Di atau Kaisar Kuning, yang hidup pada 2696-2598 SM. Beliau di samping seorang Raja Agung, Raja Suci, juga merupakan Bapak orang Tionghoa. Sementara bagi umat Ru Jiao atau yang di Indonesia lebih dikenal sebagai umat agama Khonghucu, Huang Di diakui sebagai salah satu nabi.

Sistem penanggalan karya Huang Di ini, kemudian diterapkan oleh pendiri Dinasti Xia, 2205-1766 SM, Xia Yu - yang juga merupakan salah satu nabi dalam Ru Jiao - sebagai penanggalan resmi Dinasti Xia. Namun ketika Xia jatuh dan diganti Dinasti Shang, 1766-1122 SM, Shang menggantikannya dengan sistem penanggalan Shang. Penentuan awal tahunnya dihitung kembali mulai tahun 1 (pertama), sedangkan penentuan hari pertama tahun barunya ditetapkan maju 1 (satu) bulan. Akibatnya jika menurut sistem penanggalan Xia hari pertama tahun baru jatuh pada permulaan musim semi, menurut sistem penanggalan Shang jatuh pada akhir musim dingin.

Shang runtuh dan digantikan oleh Dinasti Zhou, 1122-255 SM. Wen Wang, pendiri Dinasti Zhou, yang juga merupakan salah satu nabi Ru Jiao, menggantinya dengan sistem Zhou. Tahun pertamanya dikembalikan lagi ke tahun 1 (pertama) dan hari pertama tahun barunya juga dimajukan, persis pada puncak musim dingin, tanggal 22 Desember, ketika matahari berada di atas garis 23,5 derajat Lintang Selatan. Itulah saat dimana wilayah Zhou (ada dalam wilayah Tiongkok modern sekarang) mengalami siang hari yang terpendek. Saat itu dipercaya sebagai awal jatuhnya tahun baru, mengingat setelah itu matahari 'kembali' ke utara Khatulistiwa. Sampai saat ini pun tanggal 22 Desember (atau jatuh 21 Desember pada tahun Kabisat), tetap diperingati sebagai Dong Zhi, Writer Soltice atau Puncak Musim Dingin. Ketika Zhou jatuh dan digantikan Dinasti Qin, 255-202 SM, sistem penanggalannya pun diubah lagi dengan memajukan awal tahun barunya.

Sheng Ren (Nabi) Kong Zi, Khongcu, Confucius, 551-479 SM, yang hidup semasa Dinasti Zhou melihat bahwa bagi masyarakat pada waktu itu yang mayoritas hidup dari pertanian, sistem penanggalan Dinasti Xia lah yang paling baik, karena awal tahun barunya jatuh pada awal musim semi, sehingga bisa digunakan sebagai pedoman dalam pertanian. Sheng Ren Kong Zi menyarankan agar negara kembali menggunakan Kalender Xia.

Namun nasihat bijak ini tidak digubris pemerintahan waktu itu. Juga ketika Zhou diganti Qin. Baru ketika Qin runtuh dan diganti Dinasti Han, 202 sM-206 M, ada keinginan kuat untuk merealisasikan nasihat Kong Zi. Pada masa Kaisar Han Wu Di, 140-86 SM, tepatnya tahun 104 SM, sistem penanggalan Xia diresmikan kembali sebagai penanggalan negara dan tetap digunakan sampai saat ini. Untuk menghormati Kong Zi, penentuan perhitungan tahun pertamanya dihitung sejak tahun kelahiran Kong Zi, 551 -SM. Itulah sebabnya penanggalan Imlek berjarak 551 tahun dibanding penanggalan Masehi. Jika sekarang penanggalan Masehi bertahunkan 2009, maka tahun Imleknya = 551 + 2002-,= 2559. Pada jaman Han Wu Di pula Ru Jiao atau agama Khonghucu ditetapkan sebagai agama negara (state religion).

Di samping agama Khonghucu, di Tiongkok berkembang pula agama Tao dan belakangan agama Budha. Ketiga agama ini hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Bahkan hari rayanya juga disesuaikan dengan sistem penanggalan Xia. Sementara itu agama Khonghucu berkembang sampai ke Korea, Jepang, Vietnam, Mongolia, Myanmar dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Korea, Jepang, Vietnam dan Myanmar, meski dengan nama atau istilah yang berbeda, tetapi merayakan hari Tahun Baru yang sama.

Ketika pemerintahan Indonesia merdeka belum genap berusia 1 (satu) tahun, tepatnya tanggal 18 Juni 1946, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang Hari Raya, No. 2/OEM­1946. Pada pasal 4 ditetapkan 4 (empat) hari raya Tionghoa : Tahun Baru Imlek, Wafat Nabi Khonghucu (Kong Zi), Qing Ming (Ceng Beng) dan Hari Lahir Nabi Khonghucu. Ketika Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres 14/1967, mulai terjadi pembatasan-pembatasan yang mencapai puncaknya tahun 1978, diantaranya pelarangan merayakan tahun Baru Imlek secara terbuka, pelarangan bahasa Hua Yu (Mandarin), pengingkaran hak sipil umat agama Khonghucu dan pelarangan pengajaran agama Khonghucu yang sebelumnya bebas diajarkan di sekolah.

Angin segar mulai berhembus ketika era Reformasi. Presiden B.J Habibie mulai menghapus istilah pribumi dan non pribumi. Inpres 14/1967 dicabut Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dengan Keppres No. 6/2000 tertanggal 17 Januari 2000. Dengan Keppres ini, segala hal yang sebelumnya dikekang akibat Inpres 14/1967 menjadi cair. Untuk pertama kalinya "Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia" (MATAKIN) mengadakan perayaan Tahun Baru Imlek secara nasional pada tanggal 17 Februari 2000. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, Tahun Baru Imlek dinyatakan sebagai Hari Nasional, yang disampaikan secara langsung ketika beliau memberikan amanat pada perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2553, yang diadakan oleh MATAKIN, di Hall Arena Pekan Raya Jakarta, tanggal 17 Februari 2002.

Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Tahun Baru Imlek merupakan Hari Raya Keagamaan bagi umat Ru Jiao atau Khonghucu, karena di samping mengandung aspek spiritual, penggunaan kembali penanggalan Xia didasari sabda Sheng Ren Kong Zi. Tahun Baru Imlek sekaligus juga merupakan Hari Raya orang Tionghoa, karena sejak awal sejarahnya, orang Tionghoa menyatu dan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Ru Jiao sendiri. Ketika Ru Jiao berkembang ke seluruh dunia, maka umatnya - apapun ras atau etnisnya - juga merayakannya. Demikian juga bagi umat Tao dan umat Budha sekte tertentu yang kental berinteraksi dengan tradisi Tionghoa. Sementara itu bagi bangsa Indonesia sendiri, sejarah mencatat bahwa sejak awal berdirinya Republik Indonesia, tepatnya sejak 18 Juni 1946, Tahun Baru Imlek - dan Hari Raya Qing Ming, Hari Lahir dan Wafat Nabi Khonghucu - telah pula ditetapkan sebagai hari raya. Kalau kemudian ada yang bertanya Tahun Baru Imlek itu milik siapa, jawaban yang paling bijaksana adalah sudah bukan lagi milik umat agama Khonghucu atau orang-orang Tionghoa yang masih menghayati tradisi Khonghucu semata, melainkan sudah menjadi milik bangsa Indonesia dan bahkan milik seluruh bangsa di dunia.**



*) Penulis adalah Ketua Umum MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia)

Selasa, Februari 05, 2008

Super Tuesday


Selasa, 5 Februari 2008 ini adalah hari bersejarah bagi tradisi demokrasi di Amerika, negeri yang secara geografis jauh dari Indonesia, tetapi dekat dari segi politik. Jauh karena memang jarak kedua negara ini terpisah oleh samudera Pasifik. Ada 12 jam wilayah waktu yang membuat Indonesia dan Amerika serasa jauh di mata.

Inilah hari menentukan masa depan Amerika. Hari dimana para calon presiden Amerika Serikat pengganti George W Bush yang sudah menjalani masa kepresidenan sebanyak dua kali masa jabatan. Setelah pemilihan dari satu negara bagian ke negara bagian lain, para calon presiden AS baik dari Partai Republik yang berkuasa, maupun dari Partai Demokrasi yang beroposisi mulai menyongsong Super Tuesday 5 Februari ini.

Saat tulisan ini diturunkan, Amerika masih berada di waktu Shubuh. Di hari ini, para pemilih di 22 negara bagian akan menentukan calon presiden (capres) pilihan mereka secara serempak. Karena itulah disebut dengan Selasa Super. Lebih dari separuh delegasi Partai Demokrat dan 40% delegasi Partai Republik akan ditentukan untuk dikirim ke Konvensi Nasional masing-masing partai.

Dalam sepekan ini, waktu dan dukungan dana merupakan faktor penting dalam kampanye menjelang Super Tuesday.Dua capres unggulan Demokrat, Hillary Clinton dan Barack Obama,didukung dana yang kuat sehingga bisa berkampanye melalui iklan televisi di berbagai negara bagian sekaligus.

Di kubu Republik,banyak negara bagian yang menggunakan sistem pemenang mendapatkan semua dukungan delegasi. Jadi, tiap tim sukses capres harus memperhitungkan peluang mereka. Jika peluangnya tipis, biasanya tim sukses lebih baik melepas negara bagian tersebut dan mengincar negara bagian yang lebih potensial.

Sementara di kubu Demokrat, sebagian besar delegasi dipilih sesuai proporsi perolehan suara melalui pemilihan kongres distrik. Di beberapa distrik,delegasi berjumlah genap dan dua capres unggulan bisa saja mendapatkan jumlah delegasi yang sama persis.Namun di distrik lain,delegasi jumlahnya ganjil, sehingga sangat penting arti seorang delegasi.

”Dalam tahap ini,delegasi menjadi begitu penting. Kita tidak bisa menganggap remeh bahkan satu delegasi sekalipun dan melepasnya begitu saja,” kata Guy Cecil, direktur politik nasional, bagian dari tim sukses Hillary. ”Kita tidak punya banyak waktu untuk berkampanye di semua negara bagian.Kesan pertama sangat menentukan, apakah itu positif atau negatif,” kata Jenny Backus, seorang konsultan Demokrat yang tidak berafiliasi pada seorang capres.

Bagi capres Republik, pemilihan di Florida, kemarin, merupakan ajang pembuktian sebelum memasuki Super Tuesday. Hasil di sini akan memengaruhi bagaimana anggapan terhadap para capres di negara-negara bagian selanjutnya. Pemungutan suara di Florida dibuka pada pukul 07.00 waktu setempat (pukul 19.00 WIB). Kubu Republik akan memperebutkan 57 delegasi di sini.

Sebenarnya kubu Demokrat juga menggelar pemilihan di Florida.Namun,ada perselisihan terkait waktu pelaksanaan antara pejabat partai tingkat nasional dengan tingkat negara bagian. Akibatnya, pemilihan di Florida tidak masuk perhitungan. Berdasarkan jajak pendapat Zogby,capres Republik John McCain unggul atas rival terdekatnya Mitt Romney, yaitu 33% berbanding 30%.

Sementara Rudolph Guiliani di posisi ketiga dengan 13% suara dukungan. Peluang McCain menang di Florida bertambah kuat, pasalnya dia didukung Gubernur Charlie Crist yang populer di sana serta dari Senator Mel Martinez,yang memiliki pengaruh terhadap komunitas Kuba-Amerika.

Hillary sebenarnya menjadi capres favorit di Florida. Namun, meski menang sekalipun, delegasi dari Florida tidak akan disertakan di konvensi nasional Partai Demokrat. Menjelang Super Tuesday, rival kuat Hillary, Obama, memperoleh dukungan penting dan signifikan dari Senator Edward Kennedy dari Massachusetts.

Dia adalah saudara Presiden John F Kennedy yang selamat menjadi korban pembunuhan. Dukungan dinasti politik Kennedy ini menjadi modal besar bagi Obama dalam menyongsong Super Tuesday. Pasalnya, banyak pendukung Demokrat yang masih menganggap penting pengaruh dinasti Kennedy. Dukungan Kennedy diincar seluruh capres Demokrat pada setiap pemilihan capres di Amerika.

Di samping statusnya sebagai ikon liberal dan anggota dinasti Kennedy, Edward bisa menjadi modal untuk penggalangan dana kampanye di tingkat nasional serta menciptakan jaringan politik. Pengumuman dukungan Edward ini membuka pertarungan antara dua dinasti berpengaruh di Demokrat, yaitu Kennedy dan Clinton. Ini juga menambah tekanan bagi Clinton, setelah mengalami kekalahan telak atas Obama di pemilihan South Carolina akhir pekan lalu.

Diantara kedua kandidat utama demokrat itu, aku tentu saja berharap bahwa Obama bisa unggul atas Hillary. Hope. Begitu tema utama kampanye kandidat Presiden AS yang pernah melewati masa kanak-kanaknya di Jakarta itu. Bila Obama terpilih maka dialah yang akan menjadi Presiden pertama kulit hitam di negara paling majemuk di dunia itu, Amerika Serikat. Kuucapkan selamat memilih buat rakyat Amerika.

Minggu, Februari 03, 2008

Banjir


Tahun ini, tiga belas tahun sudah aku hidup dan mencari penghidupan di Ibukota.

Dalam masa itu, seingatku sudah tiga kali aku mengalami banjir besar dan dengan skala yang begitu massif dan dahsyat. Tetapi banjir yang Jum'at, 1 Februari lalu melanda berbagai tempat di ibukota memang lain dari yang lain.

Tidak ada isu banjir kiriman dari daerah Puncak atau Bogor. Tidak ada ribut-ribut kenaikan air di Bendungan Katulampa, atau di Manggarai. Yang ada adalah hujan deras, sederas-derasnya selama berjam-jam. Dan Jakarta pun menjelma menjadi kolam raksasa.

Dahsyatnya banjir 1 Februari lalu memang benar-benar dramatis. Karena Jakarta bukan terkena banjir besar kali ini, juga bukan yang terakhir.

Bandara Soekarno-Hatta sempat ditutup selama 5 jam, lebih dari 237 jadwal penerbangan terganggu, sebagian dialihkan ke bandara lainnya. Penumpang keleleran di terminal yang berubah bak pasar malam. Yang baru datang maupun yang berangkat terlantar berjam-jam, bahkan ada yang sampai dua hari bertahan di Bandara.

Jalanan menuju ke bandara merupakan satu titik kemacetan dari 140 titik yang bisa dikatakan lumpuh total. Arus kendaraan menumpuk di jalanan, atau berputar-putar dalam kemacetan tak berujung. Beberapa kendaraan menjelma menjadi perahu dadakan yang hanya kelihatan atapnya karena keburu kejebak banjir sebelum mampu menyelamatkan diri.

Yang lebih menyedihkan lagi dan menjadi puncak dari kemacetan ini dialami oleh rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang baru mengadakan inspeksi mendadak ke Karawang . Rombongan itu mesti terhenti di depan Sarinah, jalan Thamrin, pusat kota Jakarta. Ruas jalan itu serta jalan Sabang memang tergenang air yang cukup tinggi. Sepinggang orang dewasa.

Dalam gambar kita melihat Bapak Presiden dipayungi untuk pindah mobil, dan melanjutkan perjalanan ke Istana melalui jalur Busway.

Tampaknya, banjir kali ini tak membedakan pangkat tinggi atau rendah, melainkan tanah tinggi atau tanah rendah. Dan ini, rasanya, masih akan menjadi berita lagi, bahkan selama bulan Februari ini. Karena menurut perhitungan BMG, curah hujan masih tinggi. Masih berpotensi menyebabkan terjadinya kolam renang raksasa—yang tak bisa dipakai berenang.

Dan setiap kali terjadi, kita gelageban, terendam dalam, megap-megap, sampai air itu menyusut dengan sendirinya. Entah kemana itu sang ahli, yang dalam kampanyenya menjadi Gubernur Jakarta menjanjikan bisa mengatasi banjir di ibukota negara. Fauzi Bowo ngumpet entah dimana.

Kalau banjir ini terjadi karena peristiwa alam, aku mungkin bisa menerima. Curah hujan yang lebih dari biasanya di musim rendheng ini -- ada yang mengaitkan dengan datangnya Imlek, tahun baru China yang selalu didahului turunnya hujan sebagai tanda banyak rejeki. Ada saat hujan, ada saat kemarau. Ada saat menanam, ada saat panen.

Yang tak bisa kita terima adalah : kenapalah air hujan yang turun itu tidak segera terbuang ke laut. Tidak segera teralirkan melalui gorong-gorong yang ada, melalui kanal, atau dipercepat dengan pompa air untuk membuangnya.

Gubernur DKI malah marah-marah pada kontraktor gorong-gorong dan menuduh mereka tak becus kerjanya. Banjir itu masalah. Dan masalah perlu dicari solusinya. Tidak perlu terlalu banyak marah-marah, bisa mengundang penyakit ke tubuh kita.

Sebut saja misalnya air tersumbat karena aliran sampah. Ya mestinya segala daya dan upaya dilakukan agar sampah tak dibuang sembarangan. Taruh kata karena kanal penyalur banjir masih terganjal. Ya sudah, segala daya, segala dana diupayakan untuk menyelesaikan ini. Sampai kemudian kita tak memakai pembenaran terjadinya banjir lagi karena alasan yang sama.

Taruh kata dan taruh kata yang bisa diidentifikasi sebagai penyebab, dengan bergegas diselesaikan. Jangan cuma umbar kata-kata di koran dan televisi. Atau malah ngumpet tidak mau berkomentar. Itu bukan sang ahli namanya. Lebih cocok disebut saja ahli ngumpet, atau ahli banjir aja sekalian. Ahli yang bawa banjir, bukan ahli mengatasi banjir.

Widjanarko Menanti Palu Hakim Diketuk


Oleh : Iwan Samariansyah
Wartawan Jurnal Nasional


SIDANG perkara mantan Direktur Utama Perum Bulog Widjanarko Puspoyo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sudah mendekati babak akhir. Bila tak ada aral melintang, pengadilan tingkat pertama itu akan mengambil keputusan akhir (vonis) pada Senin, 4 Februari mendatang. Disitulah nasib pria kelahiran Yogyakarta, 22 April 1949 itu akan ditentukan.

Persidangan terhadap Widjan – panggilan akrab politisi PDIP itu – dimulai pada 9 Oktober 2007 lalu. Drama menggapai keadilan, dan penentuan apakah Widjan melakukan korupsi atau tidak di Bulog itu diwarnai insiden. Pada sidang perdana itu, saat membacakan eksepsinya, entah sungguhan atau pura-pura, mantan Ketua Umum AMPI di era Orde Baru itu mendadak saja terkulai di kursinya. Jatuh pingsan.

Sejumlah pengamat hukum dengan nada sinis mengatakan bahwa taktik kuno itu ternyata masih juga dipakai oleh terdakwa kasus korupsi. Tak terkecuali Widjan. Meski kemudian ada surat keterangan dokter yang mengatakan bahwa terdakwa memang benar-benar sakit. Taktik pingsan di pengadilan, atau wajah yang terkesan shock dan menyedihkan serta surat sakti dari dokter seolah menjadi menu wajib para terdakwa.

TM Luthfi Yazid, pengacara yang mencermati berbagai sidang kasus korupsi, berpendapat bahwa hakim sepatutnya harus jeli terhadap gejala dimanfaatkannya alibi kesehatan untuk menghindari dari hadir di pengadilan. ”Diperlukan komite independen dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk melakukan verifikasi terhadap terdakwa. Berdasarkan itu maka Hakim bisa membuat ketetapan apakah seorang terdakwa sehat atau tidak. Layak maju ke sidang pengadilan atau tidak,” ujarnya kepada Jurnal Nasional, tadi malam.

Widjan merupakan terdakwa dalam dua kasus dugaan korupsi di tubuh Perum Bulog dan kasus penerimaan gratifikasi (hadiah/fee) dalam kasus impor beras dari Vietnam. Sidang yang berlangsung di ruang sidang Garuda PN Jaksel itu selalu dipenuhi para pengunjung, baik dari keluarga terdakwa maupun bekas karyawannya di Bulog.

Dalam persidangan yang diketuai majelis hakim Edy Junarso ini, tim JPU mendakwa Widjan telah melakukan tindak pidana korupsi, seperti diatur dalam pasal 2 (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 seperti diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ancaman pidananya adalah penjara maksimal seumur hidup.

Dalam dakwaan primer, Widjan didakwa melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus impor sapi dari Australia pada 2001. Pengadaan sapi itu tidak terwujud alias fiktif, dan sapi jaminan dari rekanan bulog tersebut tidak bisa diambil alih. "Perbuatan itu telah merugikan keuangan negara, dalam hal ini Perum Bulog," kata JPU Yuni Dharu Kinarsih.

JPU juga mendakwa Widjan dalam kasus dugaan korupsi ekspor beras Bulog sejumlah 50 ribu metrik ton ke Afrika Selatan pada 2005. "Dalam kasus ini telah terjadi manipulasi harga beras menjadi Rp1.818 per kilogram, berbeda dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 474/KMK.02/2004 yang mengharuskan beras dijual dengan harga Rp3.334 per kilogram. Akibat perbuatan itu, telah terjadi kerugian keuangan negara senilai Rp78,3 miliar," kata Kuntadi anggota JPU lainnya.

Dalam dakwaan ketiga, JPU menyatakan Widjan telah menerima hadiah dalam pengadaan beras hasil kerjasama Bulog dengan Vietnam Southern Food Corporation pada 2001-2002. Vietnam Food diduga telah mengirimkan uang sekitar US$1,6 juta ke PT Arden Bridge Investment (ABI) milik adik Widjan, Widjokongko Puspoyo. Selanjutnya uang-uang tersebut mengealir ke rekening Widjan dan keluarganya

Akhirnya setelah serangkaian sidang, Jaksa mengeluarkan tuntutannya tepat pada hari peringatan Malari, 15 Januari 2008 lalu. Pada Selasa malam itu, Widjan dituntut hukuman 14 tahun penjara karena diduga bersalah dalam sejumlah kasus korupsi di Bulog.

Anehnya, saat sepatutnya vonis dibacakan, Majelis Hakim menundanya. Alasannya, majelis hakim belum mencapai kata mufakat mengenai penentuan vonis terhadap Widjanarko.Hal tersebut dikatakan Ketua Majelis Hakim Artha Thersia dalam persidangan kemarin usai menanyakan kesiapan dan kesehatan terdakwa Widjanarko dalam persidangan kemarin.

Dalam sidang kemarin Theresia menegaskan, tiga hakim yang menangani kasus Widjanarko masih berbeda pendapat dan belum mencapai kata mufakat. "Ada tiga orang hakim yang bermusyawarah, tetapi pendapatnya ada 30," kata Theresia. Bukan main.

Widjan sendiri bersikeras bahwa dirinya sama sekali tak bersalah dalam ketiga kasus yang dituduhkan padanya. Bahkan dia mengatakan bahwa kasus yang menimpa dirinya ini sarat dengan muatan politis. Karena dirinya lah yang melaporkan kalau ada kasus impor sapi fiktif ini. “Saya yang melaporkan kok malah saya yang dituduh korupsi,” ujarnya.

Versi Widjan soal impor sapi fiktif, PT Lintas Nusa Pratama (LNP) yang merupakan rekanan Bulog dalam pengadaan sapi ini telah ditipu oleh supplier sapi dari Autralia sehingga sapi yang telah dipesan sebayak 1.000 ekor tersebut tidak datang.

Menurutnya Bulog saat itu sudah mengajukan gugatan di pengadilan di Autralia yang dialami PT LNP atas penipuan yang dilakukan oleh supplier sapi tersebut karena LNP sudah membayar ke supplier tersebut.

"Sidang putusannya baru selesai Desember lalu. Pihak LNP dimenangkan oleh pengadilan setempat, dan supplier tersebut akan membayar kerugian sebesar Rp 5,7 milliar yang dialami Bulog atas kerugian yang sudah dibayarkan ke supplier itu. Tapi kenapa saya yang diajukan sebagai tersangka? Ini kan sebenarnya masalah utang-piutang," ujar Widjanarko heran.

Apapun alasannya, Widjan sudah dituntut untuk dikenai hukuman penjara selama 14 tahun. Soal vonis hakim, tentu hanya ketiga anggota majelis hakim yang tahu, apakah Widjan dinyatakan bersalah atau tidak. Atau kalaupun bersalah, berapa tahun Widjan mesti divonis.

Hanya saja dalam soal korupsi, tampaknya hakim-hakim seolah-olah sepakat bahwa hukuman yang dijatuhkan harus keras, tegas dan pantas. Adik Widjan sendiri, Widjokongko yang dituntut hukuman lima tahun penjara, kemarin sudah dijatuhi vonis selama empat tahun penjara. Akankah vonis hakim nanti menjadi sesuatu yang adil bagi Widjan. Kita tunggu saja.